Kisah Awal Mula Penanggalan Tahun Hijriyah

 
Kisah Awal Mula Penanggalan Tahun Hijriyah

LADUNI.ID, Jakarta - Habib Ahmad Bin Novel Bin Salim Bin Jindan menceritakan tentang awal penanggalan tahun Hijriyah. Ia mengisahkan, Iman Abu Musa Al Asya’ari Radhiyallahu Anhu (ra) tampak bingung ketika menerima surat dari khalifah untuk melakukan salah satu instruksi di Bulan Sya’ban. Imam Abu Musa menjabat sebagai gubernur di era Khalifah Sayyidina Umar Bin Khattab ra.

Sang gubernur bingung dengan perintah tersebut sebab hanya menyebut bulan Sya’ban tanpa diketahui hitungan tahunnya. Banyak juga surat lain yang hanya tertulis di bulan Sya’ban, pun tanpa tahun.

"Imam Abu Musa Al Asya’ri bingung, ini surat bulan Sya’ban yang mana nih, yang itu Sya’ban juga,” kata Habib Ahmad Bin Novel Bin Salim Bin Jindan dalam pengajian Majelis Rouhah sekaligus pembacaan doa awal tahun dan akhir tahun di Yayasan Al Fachriah, Sabtu (31/8/19).

Alhasil, lanjut dia menjelaskan, persoalan yang sedang dihadapi Imam Abu Musa pun menjadi pembahasan bersama para sahabat Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam. Para sahabat berkumpul untuk mencari jalan keluar, sampai akhirnya bersepakat untuk menetapkan tahun.

Tahun dengan bilangan bulan yang sudah tersusun berdasarkan penghitungan gerakan bulan.

"Namun, para sahabat masih belum sepakat kapan awal permulaan tahun dihitung. Ada yang mengusulkan sejak Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dilahirkan, ada lagi yang mengusulkan sejak beliau diangkat menjadi rasul," jelasnya.

Lebih lanjut kata dia, pada akhirnya Imam Ali Bin Abi Tholib ra mengusulkan agar permulaan tahun dihitung berdasarkan waktu hijrahnya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Usul tersebut disetujuhi oleh para sahabat dan Khalifah Umar Bin Khattab ra.

“Penetapan penangggalan metode bulan ditetapkan oleh para sahabat. Tepatnya, 17 tahun setelah wafatnya Rasulullah Shollallahualaihi Wassallam,” terang dia. (*)