Catatan Gus Dur, 'Pelacur dan Anjing, Kiai dan Burung'

 
Catatan Gus Dur, 'Pelacur dan Anjing, Kiai dan Burung'

LADUNI.ID, Jakarta - Alkisah, seorang pelacur tua, mungkin tinggal seonggok daging penuh dengan kuman penyakit kotor, tertatih-tatih menempuh perjalanan di padang pasir. Perbekalan tinggal air sekendi belaka, padahal perjalanan masih jauh.

Tiba-tiba dilihatnya seekor anjing tergeletak begitu saja di tempat sepanas itu. Tiada harapan lagi untuk hidup, karena sudah tidak kuasa berjalan lagi. Tinggal menunggu saat kematian.

Tak sampai hatinya melihat penderitaan anjing itu, pelacur tersebut lalu meminumkan airnya yang tinggal sedikit itu ke mulut makhluk sial dangkalan itu.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN