Mengenal K.H. Muhammad As’ad, Pencetus Pendidikan Pesantren di Sulsel

 
Mengenal K.H. Muhammad As’ad, Pencetus Pendidikan Pesantren di Sulsel

LADUNI.ID, Jakarta - Al-Muallim Al-Awwal (pengajar yang pertama). Begitulah gelar yang diberikan kepada K.H. Muhammad As’ad karena beliau merupakan pencetus pendidikan madrasah pertama kali di Sulawesi Selatan (Sulsel).

Sosok kelahiran Mekah, 12 Rabiulakhir 1326 H atau 6 Mei 1908 M ini adalah keturunan asli suku Bugis. Ayahnya Syeikh Abdul Rasyid merupakan ulama Bugis yang bermukim di Mekah.

Tumbuh di lingkungan yang sarat akan ilmu agama membuat beliau berkembang menjadi sosok yang memiliki ilmu agama yang mendalam.

Tak tanggung-tanggung, di usia yang baru menginjak 14 tahun, beliau sudah hafal Alquran. Bahkan saat usia 17 tahun beliau sudah dipercaya untuk menjadi imam salat tarawih di Masjidilharam.

Mendengar aduan dari jemaah haji asal Kerajaan Wajo (sekarang Kab. Wajo) akan banyaknya penyimpangan dalam beragama yang dilakukan oleh masyarakat Wajo, menggerakkan hati K.H Muhammad As’ad untuk kembali ke tanah leluhurnya.

Meskipun beliau lahir dan tumbuh di Mekah, hal itu tidak membuat beliau lupa akan jati dirinya sebagai manusia berdarah Bugis.

Mengawali pengabdiannya di Wajo, tepatnya di Sengkang, tahun 1928 beliau memulai pengabdiannya dengan membuka pendidikan tradisional berupa pengajian kitab kuning di rumahnya.

Awalnya hanya diikuti oleh masyarakat sekitar, namun seiring berjalannya waktu, jumlah santri yang ikut mengaji pun bertambah banyak.

Tak hanya dari sekitar Sengkang, tapi dari luar Sulawesi juga datang untuk menimba ilmu. Hal ini menjadikan Sengkang saat itu sebagai ka’batul ilmi (pusat ilmu).

Karena santri yang makin banyak, akhirnya pengajian dipindahkan ke Masjid Jami yang lokasinya tidak jauh dari kediaman beliau.

Banyaknya santri dengan tingkatan umur dan dasar pengetahuan yang berbeda-beda, membuat beliau mendirikan sebuah lembaga pendidikan formal bentuk madrasah dengan nama Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) Wajo pada tahun 1930.

Dari MAI Wajo atau yang kini dikenal dengan Pondok Pesantren As’adiyah inilah lahir ulama-ulama besar di Sulawesi Selatan.

Di antaranya K.H. Abdurrahman Ambo Dalle, pendiri Pondok Pesantren Darud Da’wah wal Irsyad dan K.H.Daud Ismail, Pendiri Pondok Pesantren Yasrib.

Kini Pondok Pesantren As’adiyah memiliki 500 cabang yang tersebar di bumi Nusantara. Nama As’adiyah digunakan untuk mengabadikan nama beliau.

K.H. Muhammad As’ad menerima tanda kehormatan Bintang Mahaputra Naraya atas jasa-jasanya dalam pengembangan pendidikan dan dakwah di Sulawesi Selatan.


*) Artikel ini ditulis oleh Muhammad Sholahudin Al-Ayyubi yang sebelumnya dipublish di datdut.com dengan sedikit tambahan judul