Ustadz Ma’ruf Khozin: Berjumpa Ruh Perjuangan Abah

 
Ustadz Ma’ruf Khozin: Berjumpa Ruh Perjuangan Abah

LADUNI.ID, Jakarta - Di tempat ini sudah saya sadari jauh dari kota Pontianak, Bengkarek Sungai Ambawang Kubu Raya. Saat bersama Abah saya, H Khozin Yahya, tahun 1990 pernah sampai di tempat ini. Kala itu listrik belum ada.

Yang memakai baju dan songkok putih di depan saya adalah Ust Rikun, nama lengkapnya adalah Farikun (فارق). Beliau berkisah sepulang dari mondok di Ganjaran Gondanglegi Malang. Bahwa Abah saya mengirim surat via pos yang isinya kurang lebih: "Kamu harus berjuang di kampungmu sendiri kalau kamu memang mau mengaku santrinya Kyai Yahya".

Mendapat surat itu Ust Rikun menjadi bingung, karena merasa belum memiliki ilmu untuk membangun Madrasah dan Lembaga Pendidikan. Beliau pun mendatangi sahabatnya Kyai Hanafi yang kampungnya tidak terlalu jauh. Kyai Hanafi pun menyetujui: "Teruskan. Saya mendukung sekali. Tapi saya tidak bisa membantu mengajar karena saya sudah punya Pondok sendiri" kata pengasuh PP Raudlatul Ulum Al-Kholiliyah Parit Surabaya ini.

Beliau pun masih melanjutkan bertemu dengan kawannya yang lain, H Syafi'i Kampung Baru, juga memberikan dukungan bahkan mengusulkan agar diberi nama Al-Furqan, satu makna dengan namanya Fariqun. Usulan itu diterima.

Hari ini, Lembaga Pendidikan Al-Furqan mengadakan Harlah. Didirikan pada 28 Januari 1991. Beliau pun mengundang saya untuk mengingat kembali awal mula sejarah Lembaga Pendidikan Al-Furqan yang beliau sebut sebagai perintah dari Abah saya, keberkahan dari Allah melalui guru-gurunya. Semoga, Lembaga Pendidikan Al-Furqan yang telah memiliki 160 murid, mulai PAUD hingga SMA ini diberikan keberkahan oleh Allah, bermanfaat untuk umat, dan terus berkembang mendakwahkan Islam Ahlussunah wal Jamaah. Amin.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN