Kisah Wali Samud Disangka Gila yang Wafat Usai Dapat Salam dari Mbah Hamid Pasuruan

 
Kisah Wali Samud Disangka Gila yang Wafat Usai Dapat Salam dari Mbah Hamid Pasuruan

LADUNI.ID, Jakarta - Samud adalah orang yang disangka gila oleh banyak orang. Beliau dulu sering terlihat dari pasar Kaliwungu Kendal, pasar Mangkang Semarang, pasar Jerakah Semarang, pasar Karangayu Semarang, pasar Bulu Semarang.

Namun, beliau sering tidur di pasar Jerakah Semarang. Beliau kadang berjalan kaki, namun terkadang numpang angkot, dan para sopir angkot akan dengan senang jika Beliau mau naik angkotnya, dan mereka tidak akan meminta ongkos kepadanya, karena jika Beliau naik angkotnya akan banyak yang memberi sedekah kepada beliau, dan semua sedekah itu akan diserahkan pada sang supir angkot, dan para supir juga punya keyakinan jika ditumpangi Samud hari itu angkotnya akan dapat banyak penumpang, demikian juga orang-orang yang mempunyai warung makanan dipasar, mereka akan berebut menewari Samud agar mau makan di warungnya.

Sebenarnya banyak orang di pasar-pasar tersebut yang sudah menyadari keanehan Samud, mereka bilang kalau Samud bukan orang biasa, maka tidak boleh diganggu.

Termasuk kebiasaan Samud yang sering tidur beralaskan daun kurma yang masih baru/basah, dan sering membawa buah kurma yang masih muda (hijau) entah dapat dari mana.

Samud ditemukan meninggal di pasar Jerakah Semarang, setelah mendapat salam dari Mbah Hamid Pasuruan yang dititipkan orang Kendal yang sowan Mbah Hamid. Jenazah beliau dirawat oleh Modin Jerakah dan dimakamkan di TPU Bergota Semarang

Mengenai foto yang tersebar ini setelah kami bertemu dengan orang-orang dulu sering ketemu dan melihat beliau, seperti pedagang pasar Bulu, pasar Karangayu , ternyata Tidak Benar. Mungkin ini cuma ilustrasi.

له الفاتحة.......

Terkuaknya Kewalian Wali Samud Semarang oleh Mbah Hamid Pasuruan

Pada suatu waktu, ada tamu dari Kendal sowan kepada Mbah Hamid. Singkat cerita, Mbah Hamid menitipkan salam untuk Wali Samud yang kesehariannya berada di pasar, menitipkan salam untuk seorang yang dianggap gila oleh masyarakat Kendal dan Semarang.

Wali Samud kesehariannya berada di sekitar pasar dengan pakaian dan tingkah laku persis seperti orang gila. Namun tidak pernah mengganggu orang-orang di sekitarnya. Terkadang beliau membantu bongkar muat barang-barang di pasar dan tidak mau di kasih upah.

Tamu tersebut bingung kenapa Mbah Hamid sampai menitip salam untuk Samud yang dianggap gila oleh dirinya dan orang-orang di daerahnya.

Tamu tersebut bertanya, “Bukankah Samud tersebut adalah orang gila Kiai…?”

Kemudian Mbah Hamid menjawab, “Beliau adalah Wali Besar yang menjaga Kendal dan Semarang, Rahmat Allah turun, bencana ditangkis, itu berkat beliau, sampaikan salamku!” Kemudian, setelah si tamu pulang ke Kendal, menunggu keadaan pasar sepi, dihampirinyalah Wali Samud yang dianggap “orang gila” itu, yang ternyata Shohibul Wilayah Kendal dan Semarang itu.

Assalamu’alaikum…” sapa si tamu.

Wali Samud memandang dengan tampang menakutkan layaknya orang gila sungguhan, kemudian keluarlah seuntai kata dari bibirnya dengan nada sangar,

Wa’alaikumussalam... Ada apa?”

Dengan badan agak gemetar, si tamu memberanikan diri,

Berkatalah ia, “Panjenengan dapat salam dari Mbah Hamid Pasuruan, Assalamu’alaikum…”

Tak beberapa lama, Wali Samud berkata,

Wa’alaikum salam” dan berteriak dengan nada keras, “Kurang ajar si Hamid, aku berusaha bersembunyi dari manusia, agar tidak diketahui manusia, kok malah dibocor-bocorkan”

“Ya Allah, aku tidak sanggup, kini telah ada yang tahu siapa aku, aku mau pulang saja, gak sanggup aku hidup di dunia.”

Kemudian Wali Samud membaca sebuah do’a, dan bibirnya mengucap, “Laa Ilaaha Illallah… Muhammadur Rasulullah

Seketika itu, langsung wafat lah Wali Samud di hadapan orang yang diutus Mbah Hamid agar menyampaikan salam, hanya si tamu lah yang meyakini bahwa orang yang dicap sebagai orang gila oleh masyarakat Kendal dan Semarang itu adalah Wali Besar, tak satu pun masyarakat yang meyakini bahwa orang yang meninggal di pasar adalah seorang wali.

Malah si tamu juga dicap sebagai orang gila oleh orang-orang karena meyakini Samud sebagai Wali.

Di Antara Keanehan Pada Diri Wali Samud

Menurut cerita tutur, Wali Samud biasa membawa-bawa (bahasa Jawa: nenteng-nenteng) daun kurma yang masih basah dan dijadikan alas duduk/tidur di pasar.

Setiap hari Jum’at beliau jarang terlihat di pasar, padahal setiap harinya beliau ada di pasar itu. Dan terkadang beliau jalan-jalan di Pasar memakai peci putih layaknya sudah menunaikan haji, padahal tingkah laku dan pakaian beliau persis seperti orang gila.

Subhanallah... Begitulah para wali-walinya Allah. Saking inginnya berasyik-asyikan hanya dengan Allah sampai berusaha bersembunyi dari keduniawian, tak ingin ibadahnya diganggu oleh orang-orang ahli dunia.

Bersembunyinya mereka memakai cara mereka masing-masing. Oleh karena itu, janganlah kita su’udzan terhadap orang-orang di sekitar kita, jangan-jangan dia adalah seorang wali yang “bersembunyi”.

Cerita Mbah Hamid yang saya coba tulis hanyalah sedikit dari kisah perjalanan beliau. Semoga kita, keluarga kita, tetangga kita dan orang-orang yang kita kenal senantiasa mendapat keberkahan sebab rasa cinta kita kepada wali-walinya Allah.

Jadi ingat nasihat Maha Guru kami, Al Quthb Habib Abdulqadir bin Ahmad Bilfaqih:

“Jadikanlah dirimu mendapat tempat di hati seorang auliya”

Semoga nama kita tertanam di hati para kekasih Allah, sehingga kita selalu mendapat nadhroh dari guru-guru kita, dibimbing ruh kita sampai terakhir kita menghirup udara dunia ini. Amin Ya Rabbal ‘Alamin…!

(Saifurroyya)


Sumber : Syaikhuna wa Murobbi Arwachina KH. Achmad Sa’idi bin KH. Sa’id (Pengasuh Ponpes Attauhidiyyah Talang, Tegal) dan Dari Cerita Ulama dan Masyarakat Semarang, Kendal dan sekitarnya.