Memaknai Kedudukan Ibadah

 
Memaknai Kedudukan Ibadah
Sumber Gambar: merdeka.com

LADUNI.ID, Jakarta - Perintah Allah Ta'ala itu ada dua macam yaitu fardu dan sunah. Ibadah fardu diibaratkan modal utama dalam perdagangan, bila dilaksanakan dalam berdagang kita seperti mendapatkan impas atau istilahnya balik modal, sementara ibadah sunah bila ditambahkan akan menjadi laba yang kita peroleh.

Demikian Imam Ghazali di dalam kitab Bidayatul Hidayah menggambarkan kedudukan ibadah fardu dan sunah.

Skema ibadah sunah yang ditambahkan setelah ibadah fardu ialah:

  • Sunah dari syahadat yakni wirid atau zikir.
  • Sunah dari salat yakni rawatib, tahajud, duha, hajat.
  • Sunah dari puasa yakni puasa di bulan-bulan mulia lainnya.
  • Sunah dari zakat yakni infak dan sedekah.
  • Sunah dari haji yakni umroh (bagi yang mampu).

Jika ingin dikenal Allah Ta'ala lakukan ibadah-ibadah sunah tersebut. Supaya kita memiliki orientasi dalam beribadah dengan sebuah metodologi untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.

Dalam hadits qudsi Allah SWT berfirman:

مَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ اَلْمُتَقَرَّبُوْنَ بِمِثْلِ أَدَاءِ مَا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِم، وَلَا يَزَالُ اْلعَبْدُ يَتَقَرَّ بُ النَّوَافِلِ حَتَّى أَحِبَّهُ، فَإِذَا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به، وبصره الذي يبصر به، ولسانه الذي ينطق به، ويده التي يبطش بها، ورجله التي يمشي بها

"Tidaklah mendekat kepada-Ku mereka yang berkeinginan mendekat pada-Ku dengan menunaikan apa yang telah Aku wajibkan atas mereka, dan senantiasa (tidaklah berhenti) seorang hamba mendekat kepada-Ku dengan jalan melaksanakan ibadah-ibadah sunah hingga Aku mencintainya. Maka jika Aku mencintainya, Kujadikan [penjagaan dan pemeliharaan atas] pendengarannya yang dia mendengar dengannya dan penglihatannya yang dia melihat dengannya, dan lisannya yang dia berucap dengannya dan tangannya yang memegang dia dengannya dan kakinya yang berjalan dia dengannya."

Metodologi yang ditawarkan Imam Ghazali ini sangat kontekstual bisa diterapkan dalam banyak hal, seperti dalam hal bekerja sebagai karyawan, dalam hal belajar sebagai siswa, mahasiswa dan lain sebagainya. Jika ingin mendapatkan lebih, kita harus melakukan lebih.

Perlunya menjaga etika secara lahir dan batin dalam menegakkan perintah Allah SWT. Sebab akhlak itu ada sisi zahir dan batin. Allah SWT senantiasa mengawasi zahir dan batinmu setiap waktu. Ikhlas atau tidak ikhlas adalah hubungan primordial kita dengan Allah SWT.

Tataran hati itu urusan Allah, sementara malaikat hanya mencatat amal.

Janganlah kita melampaui kapasitas sebagai hamba. Penting bagi kita memiliki etika sebagai hamba secara lahir maupun batin. Menurut falsafah Jawa: Aja nglamak artinya jangan melampaui batas.

Kita harus berusaha ndepe-ndepe atau mendekatkan diri dengan melakukan apa yang disukai Allah SWT. Metodologinya dengan mengurutkan wirid dari pagi hingga sore. Supaya semua yang kita lakukan tersambung kepada Allah SWT.

Wujud etika batin adalah senantiasa menjaga hati selalu bersih, tenang, sabar dan istikamah. Sedangkan etika lahir dengan tidak menghadirkan sifat-sifat buruk ke dalam diri kita seperti sombong, iri, dengki dan lain sebagainya.

Bersegeralah untuk melakukan amal-amal tersebut karena jika kita menundanya kita telah terperangkap tipu daya setan.

 


*) Oleh Neyla Hamadah, Pengasuh Pesantren Al-Barokah Putri Kawunganten Cilacap.