Biografi KH. Tolchah Mansoer, Pelopor Pendiri IPNU

 
Biografi KH. Tolchah Mansoer, Pelopor Pendiri IPNU
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi Biografi KH. Tolchah Mansoer 

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat
2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Perjalanan Pendidikan Beliau
2.2  Guru-guru
3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Pelopor Pendiri IPNU
4.    Karir-Karir Beliau
5.   Chart Silsilah Sanad Beliau
6.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Tolchah Mansoer lahir pada 10 September 1930 dikota Malang Jawa Timur. Beliau merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan KH. Mansoer dan Nyai Siti Nur Khatidjah.KH. Mansoer adalah seorang ulama dan pedagang kecil di kota tersebut. Ayah beliau berdarah Madura. Ibundanya bernama Siti Khodijah, seorang putri dari saudagar kaya di Madura, beliau juga berasal dari Blegah, Madura.

Tapi sayangnya sang kakak beliau, Ahmad Mansoer meninggal saat masih bayi, sedangkan adik beliau, Mardhiyah, lahir beberapa tahun kemudian.

Selain Mardhiyah dan alm. Ahmad, KH. Tolchah Mansoer juga mempunyai saudara seibu bernama Raden Isman, atau lebih dikenal dengan Raden Oesman.

1.2 Riwayat Keluarga
Pada 5 Desember 1957, KH. Tolchah Mansoer menikah dengan Nyai Umroh Machfudzoh, putra kyai besar dan seorang Menteri Agama RI KH. Muhammad Wahib Wahab.

Sebelum pernikahan mereka digelar, awalnya KH. Wahib tak menyetujui pernikahan ini. Namun, berkat hasil shalat istikharah, Nyai Wahib, istri KH. Wahib, mendukung hubungan kedua beliau. Dukungan juga datang dari kakek Nyai Umroh, KH. Abdul Wahab Chasbullah, yang melihat keduanya cocok, sama-sama merupakan aktivis organisasi.

Pasangan KH. Tholchah dan Umroh sangat inspiratif. Meski dari latar belakang keluarga yang berbeda, keduanya sama-sama menjadi pelopor di zaman beliau, khususnya pelopor para pelajar NU. Kedua berhasil mengawinkan dua organisasi kepelajaran di tubuh NU. KH. Tholchah ikut mendirikan Ikatan Pelajar NU (IPNU) dan menjadi Ketua Umum IPNU yang pertama, begitu juga Nyai Umroh yang ikut mendirikan Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) dan menjadi ketua umumnya yang pertama juga.

Buah dari pernikahan beliau, Tholchah dan Umroh dikaruniai tujuh orang anak,yaitu:

  1. Fajrul Falakh, mendapatkan gelar sarjana Hukum dari Universitas Gajah Mada, gelar MA di University Of London, dan gelar MSc dari London School of Econimics and Political Science.
  2. Zuhrufussurur memperoleh gelar sarjaan Elektro dari IKIP Yogyakarta.
  3. Nisrinum Ni’mah menyelesaikan sarjana pendidikannya di IAIN Sunan Kalijaga.
  4. Zunatul Mafruhah di Universitas Islam Indonesia.
  5. Safrotul Machrusah menyelesaikan sarjananya di IAIN Yogyakarta dan gelar Masternya di peroleh di Australian Nation University di Australia. sejak 13 Januari 2016 diangkat oleh Presiden Joko Widodo menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) RI untuk Republik Demokratik Aljazair. Rosa, panggilan akrab beliau, juga mengikuti jejak ibu beliau pernah menjadi Ketua Umum IPPNU 1996-2000.
  6. Choirotun Chisan memperoleh gelar sarjana Hukum dari IAIN Sunan kalijaga Yogyakarta dan mendapat master di Universitas Sanata Darma di Yogyakarta.
  7. Romahurmuziy memperoleh gelar sarjana teknik dari Institut Teknologi Bandung dan gelar master dari Teknik Industri dari perguruan tinggi yang sama. Menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan (DPP PPP)

1.3 Wafat
Pada puncak keemasan karir intelektual ini, KH. Tolchah Mansoer dipanggil ke rahmatulloh pada 20 Oktober 1986, setelah sempat dirawat di RS. Dr. Sardjito Yogyakarta karena penyakit jantung yang dibawaan beliau sejak lahir.

Setelah wafat beliau, KH. Tolchah Mansoer, KH. Ali Maksum, Rais Aam Syuriah PBNU 1989-1994 menyarankan agar KH. Tholchah Mansoer dikebumikan di pemakaman keluarga Pesantren Krapyak Yogyakarta. Karena bagi KH. Ali Maksum, KH. Tolchah Mansoer adalah salah satu orang yang sangat berpengaruh dalam Nahdlatul Ulama (NU).

Yaitu, KH. Tolchah Mansoer, sangat berperan terhadap lahir lahirnya IPNU serta kiprah beliau dan pengabdian beliau kepada NU dan umat Islam. Semoga apa yang telah diperbuatnya menjadi amal jariyah yang hingga kini pahalanya terus mengalir kepada Sang Guru Besar. Tentu, layak bagi generasi penerus NU, apalagi rekan dan rekanita IPNU-IPPNU mejadikan beliau teladan.

2.   Sanad Ilmu dan Pendidikan
Di sela-sela beliau menuntut ilmu pendidikan umum, beliau giat mengaji. Proses berjalannya dua sistem pendidikan itu, bagi KH. Tholchah remaja tidaklah lancar, tapi keduanya mampu dicapai beliau, walaupun memerlukan waktu lama. Beliau juga termasuk kutu buku dan gemar akan menuntut ilmu secara otodidak, bahkan saat menginjak dewasa tak segan-segan menjual mobil beliau untuk membeli kitab kuning dan buku.

2.1 Perjalanan Pendidikan Beliau
Pendidikan pertama KH. Tolchah Mansoer di peroleh di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama Jagalan Malang (1937-1945), kemudian melanjutkan di Madrasah Tsanawiyah ditempat yang sama hingga kelas III. Di Madrasah yang didirikan oleh KH. Nahrawi Thahir ini, KH. Tolchah Mansoer diasuh oleh KH. Muhammad Syukri Ghazali dan Kyai Murtaji Bisri.

Disamping itu beliau mengaji posonan (bulan Ramadhan) ke beberapa pondok pesantren. Diantaranya, di Pondok Pesantren Tebuireng dan Pondok Pesantren Al-Hidayah, Soditan Lasem. Di bawah asuhan KH. Ma’shum. Karena beliau memang santri yang cerdas dan otodidak, maka wajarlah bila KH. Tolchah Mansoer akhirnya menjadi seorang ulama besar.

Pada tahun 1947, pelajar usia 17 tahun ini menjadi sekretaris Sabilillah daerah pertempuran Malang Selatan, sehingga Beliau harus meninggalkan sekolah beliau. Baru setelah perang kemerdekaan usai, Beliau meneruskan sekolah di Taman Madya Malang sampai lulus tahun 1951.

Setelah lulus Taman Dewasa, Beliau masuk Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik (HESP), Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Kuliah beliau tidak berjalan lancar, karena beliau memang aktivis organisasi. Pada tahun 1953, KH. Muhammad Tholhah Mansur berhenti kuliah untuk sementara waktu dan baru tahun 1959 beliau kembali ke bangku kuliah.

Semangat KH. Tolchah Mansoer untuk belajar tidak pernah surut, walaupun telah menikah beliau tetap kembali ke bangku kuliah untuk menyelesaikan studi beliau, hingga kemudian beliau mampu menyelesaikan jenjang sarjana dan menjadi Sarjana Hukum pada tahun 1964.

Meskipun waktu yang diperlukan oleh KH. Tolchah Mansoer untuk menempuh sarjana hukum memakan waktu 13 tahun. Namun, berkat kegemaran beliau membaca beliau mampu menyelesaikan gelar Doktor Ilmu Hukum ( Jurusan Hukum Tata Negara) dalam waktu relatif singkat. Yakni dalam waktu hanya lima tahun.

Dengan Promotor Prof. Abdul Baffar Pringgodigdo, S.H, KH. Tolchah Mansoer berhasil meraih gelar Doktor Ilmu Hukum Universitas Gajah Mada dengan judul disertasi “Pembahasan Beberapa Aspek Tentang Kekuasaan-kekuasaan Eksekutif dan Legislatif Negara Indonesia (17 Desember 1969)”. Disertasi ini kemudian diterbitkan menjadi buku oleh penerbit Radya Indria, Yogyakarta (1970).

2.2 Guru-guru Beliau

  1. KH. Muhammad Syukri Ghazali,
  2. Kyai Murtaji Bisri.
  3. KH. Ma’shum

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah Beliau

3.1 Pelopor Pendiri IPNU
Dalam kehidupan organisasi, KH. Tolchah Mansoer telah menjadi aktivis organisasi sejak usia remaja, terutama dikalangan NU. Ketika masih duduk dibangkuTsanawiyah, beliau pernah menjadi Sekretaris Ikatan Murid Nahdlatul Ulama (IMNU) kota Malang (1945). Pada saat itu Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) belum lahir, baru pada sembilan tahun kemudian KH. Tolchah Mansoer menjadi salah satu penggagas berdirinya IPNU.

Pengalaman organasisi berikutnya yang diperoleh oleh KH. Tolchah Mansoer adalah saat beliau berpindah ke Yogyakarta. Saat itu beliau pernah menjabat sebagai menjadi wakil Departemen Penerangan Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) dan menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) wilayah Yogyakarta.

Meskipun pernah menduduki berbagai jabatan strategis dalam beberapa organisasi Islam yang pernah ada saat itu, sebagai generasi muda NU yang militan beliau mempunyai gagasan mendirikan organisasi Islam yang khusus mewadahi pelajar NU.

Gagasan ini kemudian beliau sampaikan dan akhirnya pada Konferensi Lembaga Pendidikan Ma’arif NU di Semarang (22 Februari 1954) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) didirikan. Kemudian, berdasarkan konferensi tiga kota di Solo rekan KH. Tholhah dipilih secara aklamasi terpilih sebagi ketua umumnya.

Setahun kemudian menyusul berdirinya Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) yang dipimpin oleh Nyai Hj.Umroh Mahfudlah (1955). Jabatan ketua umum ini dipertahankan beliau dalam Muktamar I di Malang (1955), Muktamar II di Pekalongan (1957) dan Muktamar III di Cirebon (1958).

Sampai sekarang kedua organisasi ini tetap hidup, walaupun pada tahun 1985 sesuai UU Nomor 8 Tahun 1985 yang melarang adanya organisasi pelajar selain OSIS, maka IPNU menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama dan IPPNU menjadi Ikatan Putri Putri Nahdlatul Ulama. Di era reformasi kondisi telah berbeda maka sejak tahun 2003 IPNU dan IPPNU kembali menjadi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama sebagaimana semula sewaktu didirikan.

4. Karir-Karir Beliau
Perjuangan KH. Tolchah Mansoer selanjutnya adalah sebagai ketua Pengurus Wilayah Partai NU Daerah Iistimewa Yogyakarta. Setelah terjadi fusi empat partai islam (NU, Parmusi, PSII dan Perti) menjadi Partai Persatuan Pembangunan (5 Januari 1973), beliau lebih banyak berperan aktif di Jamiyah Nahdlatul Ulama, disamping sebagai guru besar di beberapa perguruan tinggi dan mubaligh.

Sebagai gantinya Dra. HJ. Umroh Mahfudloh (istri beliau), tampil sebagai aktivis PPP, bahkan sampai menjadi ketua DPW PPP Daerah Istimewa Yogyakarta dan beberapa kali menjadi anggota DPRD I Yogyakarta dan DPD/MPR RI. Prof. Dr. KH. Tolchah Mansoer, adalah salah seorang tokoh yang ikut membidani kembalinya ke Khittah 1926.

Dalam Muktamar NU ke 27 di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukerejo, Asembagus Situbondo, yang diasuh oleh KH. As’ad Syamsul Arifin. Dalam Muktamar tersebut, beliau terpilih sebagai salah seorang Rois Syuriah PBNU dibawah pimpinan Rois Aam KH. Ahmad Shiddiq dan Wakil Rois Aam KH. Rodli Sholeh.

Sesuai dengan aktivitas beliau dalam organisasi, maka KH. Tolchah Mansoer pernah beberapa kali memegang jabatan dalam pemerintahan terutama di Daerah IstimewaYogyakarta. beliau pernah terpilih menjadi anggota DPR mewakili NU (1958) dan tahun itu juga beliau diangkat sebagai anggota Dewan Pemerintah Daerah (DPD), kemudian badan ini diubah namanya menjadi BPH (Badan Pemerintah Harian) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (1958). BPH Merupakan lembaga eksekutif di daerah yang bertugas membantu kepala daerah.

Profesi Utama KH. Tolchah Mansoer adalah sebagai pendidik sekaligus juru dakwah dan penulis. Sewaktu masih kuliah tingkat doktoral, beliau menjadi asisten dosen di IAIN Sunan Kalijaga (Sekarang UIN Sunan Kalijaga).

Setelah lulus beliau masih tetap mengajar di IAIN, kemudian juga di beberapa perguruan tinggi lainnya seperti IKIP Yogyakarta (sekarang UNY), Akademi Militer di Magelang, IAIN Sunan Ampel Surabaya, Akademi Administrasi Negara, Universitas Hasyim Asy’ari Jombang, Universitas Nahdlatul Ulama Solo dan lain-lain.

Guru Besar Hukum ini pernah memegang jabatan di beberapa perguruan tinggi, diantaranya:

  1. Asisten Rektor IAIN Sunan Kalijaga,
  2. kemudian Dekan Fakultas Ushuluddin,
  3. Direktur Akademi Administrasi Niaga Negeri di Yogyakarta (1965-1967),
  4. Rektor Universitas Hasyim Asy’ari (1970-1983),
  5. Rektor Institut Agama Islam Imam Puro, Purworejo (1975-1983),
  6. Dekan Fakultas Hukum Islam UNU (Universitas Nahdlatul Ulama) Surakarta,
  7. menjadi anggota badan Wakaf IAIN Sunan Kalijaga dan Badan Penyantun Taman Siswa Yogyakarta,

5. CHART SILSILAH SANAD
Berikut ini chart silsilah sanad murid KH. Tolchah Mansoer dapat dilihat DI SINI.

6. Referensi
Sumber: *Diambil dari buku Ensiklopedi Ulama Nusantara karya H.M. Bibit Suprapto, S.H.,M.Sc.,M.Si

 

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya