Gus Baha: Hidup Nunggu Mapan Itu Lho Ngapain?

 
Gus Baha: Hidup Nunggu Mapan Itu Lho Ngapain?

LADUNI.ID, Jakarta - “Sampean kalau menganggap kenal presiden penting, kenal pejabat penting, kenal orang kaya penting, punya duit banyak penting dan lain-lain tapi ndak pernah merasa kalau sujud kepada Allah itu penting. Hati-hati sampean kelak kalau dihisab di mahsyar bisa habis sampean. Bagaimana kalau kemudian Allah bilang pas sampean dihisab, 'Sana pergi ke sesuatu yang kamu anggap penting. Minta ke dia.' Habis sampean."

Kira-kira begitu dawuh Gus Baha. Ulama besar yang sering ngaji di musalla kecil. Menjadi syirik itu tak harus dengan menyembah selain Allah atau menganggap ada yang setara dengan Allah. Merasa ada sesuatu yang lebih penting dari sujud kepada Gusti Allah pun bisa membahayakan status manusia saat di akhirat nanti.

Jadi kalau bisa waktu meninggal, status seseorang dalam keadaan sujud kepada Allah atau statusnya sebagai orang yang menunggu waktu sujud wajib alias menunggu waktu salat lima waktu.

Jangan sampai meninggal dalam keadaan statusnya sebagai yang berharap punya uang banyak, berharap punya rumah mewah atau status orang yang berharap pada hal-hal duniawi lain.

Orang jangan sembrono. Malaikat akan mencatat status terakhir orang yang meninggal. Dalam keadaan mengabdi kepada Allah atau dalam keadaan memikirkan hal duniawi.

Jadi hidup yang keren itu hidup yang pola pikirnya menunggu waktu ibadah sambil melakukan kemanfaatan. Bukan hidup menunggu mapan. "Malaikat nanti mencatat si fulan meninggal dalam keadaan menunggu salat Duhur. Kan keren.

Bukan si Fulan meninggal dalam keadaan menunggu mapan. Ingin punya mobil mewah ndak kesampaian.

Urip (hidup) kok kepingin mapan itu loh laopo (ngapain). Apa ndak kuatir mati dalam keadaan begitu?"

Pada tahap ini banyak umat ndak lolos 'ujian' di padang mahsyar. Mumpung belum, jangan sembrono kalau hidup. Harus banyak ngaji. (@mulangngaji)