Pelajaran dari Burung Qatha: Kisah Personal dan Refleksi Spiritual

 
Pelajaran dari Burung Qatha: Kisah Personal dan Refleksi Spiritual
Sumber Gambar: Ustadz Ma’ruf Khozin

LADUNI.ID, Jakarta – Tidak banyak yang percaya bahwa saya dulunya bertubuh kurus, tinggi, berkulit hitam, dan berkumis. Penampilan saya saat itu jauh dari kesan menarik, bahkan sering jadi bahan olok-olok di kalangan teman pondok. Namun dari pengalaman inilah, saya justru menemukan makna dalam pelajaran bahasa Arab dan spiritualitas.

Saya pernah dibandingkan dengan sosok makhluk dalam syair Arab klasik yang dipelajari dalam kitab Alfiyah Ibnu Malik, khususnya dalam bab Isim Maushul. Syair tersebut berbunyi:

بَكَيْتُ على سِرْبِ الْقَطَا إذْ مَرَرْنَ بِي • فَقُلْتُ وَمِثْلِي بِالْبُكَاءِ جَدِيـْـرُ

Aku menangis ketika melihat rombongan burung Qatha berlalu di depanku. Aku berkata, orang sepertiku memang layak menangis.

أَسِرْبَ الْقَطَا هَلْ مَنْ يُعِيْرُ جَنَاحَـهُ • لَعَلِّي إِلَى مَنْ قَــدْ هَوَيْـتُ أَطِيْـرُ

Wahai burung-burung Qatha, adakah di antara kalian yang bersedia meminjamkan sayap? Agar aku bisa terbang menemui kekasih yang kucinta.

فَجَاوَبَتْنِي مِنْ فَوْقِ غُصْـٍن أَرَاكَـةً • أَلاَ كُـلُّـنَـا يَا مُسْتَعِـيْـرُ نُعِيْـرُ

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN