Kita Perlu Asyik Menyifati Allah

 
Kita Perlu Asyik Menyifati Allah

LADUNI.ID, Jakarta - Semua manusia di dunia ini tidak akan pernah lepas dari dosa, sekecil apapun dosa itu. Hanya saja, Allah subhanahu wa ta’ala adalah Sang Maha Pengampun dan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sehingga para pelaku dosa masih berpotensi besar menerima ampunan dari Allah subhanahu wa ta’ala jika mau bertaubat secara sungguh-sungguh setulus hati.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan manusia pilihan dan mendapat kemuliaan dari Allah subhanahu wa ta’ala saja pernah melakukan kesalahan dan memohon ampunan kepada Allah. Apalagi kita manusia biasa yang sehari-hari tidak akan lepas dari desakan nafsu untuk melakukan salah dan dosa, tentunya harus memiliki keyakinan bahwa dosa-dosa kita akan diampuni sebab besarnya rahmat dan hidayah dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Dalam hal ini, KH Bahauddin Nur Salim atau Gus Baha menjelaskan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan kekasih Allah masih beristighfar dan mengakui bahwa Allah lah Sang Pemberi nikmat dan hidayah.

Gus Baha menjelaskan bahwa kita harus yakin bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah habibullah, kekasih Allah. Bahkan hingga mengucap kalimat istighfar saja, Nabi masih mengajari,

ابوءلك بنعمتك علي

“Saya kembali kepada Engkau ya mendapat nikmat dari Engkau.”

Oleh kaena itulah dalam beristighfar seyogianya tidak semuanya dihabiskan untuk mengingat dosa. Hal ini seperti yang pernah disampaikan oleh Abul Qosim al-Qusairy, “Jika orang istighfar itu hanya ingat dosa-dosanya, maka orang itu sombong!”

Kenapa sombong? Sebab, dia hanya mengingat bahwa dosa-dosa yang ia lakukan adalah karena dirinya dan menangis takut tidak mendapat ampunan dari Allah. Sehingga benar, bahwa orang yang beristighfar, memohon ampunan Allah, dengan hanya mengingat dosa-dosanya saja berarti dia telah lupa akan adanya kasih sayang yang telah diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Lalu, apa yang harus kita ingat? Ingatlah luasnya rahmat dan kasih sayang Allah, jangan yang diingat hanya dosa-dosa saja. Sebab, jika hanya mengingat dosa saja maka seakan-akan istighfar dan menangis itu hanya akan mengingatkan pada dosa-dosa itu saja. Konsekuensinya, setelah hanya ingat dosa saja, kemudian kita tidak nyaman hidup sama Allah.

Oleh karena itulah Gus Baha berpesan, mestinya kita ingat dan berdoa, “Ya Allah, saya pernah dosa tapi Engkau tetap masih mengesahkan hubunganku dengan-Mu… Saya pernah dosa kok masih Engkau sahkan saya meminta ampunan kepada Engkau ya Allah…

“Betapa besarnya hidayah Engkau… Engkau mengetahui bahwa saya pernah dosa tapi Engkau tetap tarik, Engkau angkat aku kembali kepada-Mu sehingga aku mau beristighfar.”

Dengan cara itulah, kita dapat asyik menyifati Allah. Allah itu Maha Pengampun, Allah itu Maha Pengasih. Jadi, jangan malah terus larut hanya pada ingatan dosa saja. Habis itu mukul-mukul kepala. “Lama-lama istighfarnya bukan astaghfirullah, tapi nasib… nasib…,” pungkas Gus Baha disambut tawa jamaah.

Semoga bermanfaat...