Ketika Allah Membukakan Tabir Kebodohan

 
Ketika Allah Membukakan Tabir Kebodohan

LADUNI.ID, Jakarta - Manusia diberi rezeki dalam berbagai bentuk, mulai dari rezeki yang berbentuk lingkungan yang baik, teman-teman yang baik, dan keluarga yang baik, serta harta yang berkah, hingga rezeki yang berbentuk ilmu. Semua rezeki itu tidak lepas dari pemberian dari Allah subhanahu wa ta’ala yang senantiasa harus disyukuri.

Banyak kalangan ulama besar yang sebenarnya dulu ketika masa kecil tidak memiliki kompetensi untuk menjadi ulama, tetapi ketika Allah subhanahu wa ta’ala sudah mengaruniainya ilmu maka kun fa yakun, semua terasa mudah dan gampang untuk memahami ilmu sehingga bisa menjadi ulama yang besar. Tidak terkecuali ustadz-ustadz kondang dan alim sebagaimana diceritakan oleh Ustadz Ma’ruf Khozin.

Ustadz Ma’ruf Khozin bercerita bahwa dirinya dulu bukan merupakan orang yang memiliki IQ atau kecerdasan tinggi. Ketika dulu beliau ngaji kepada abahnya sendiri, beliau bercerita susah dan tidak kunjung mengerti. Pada akhirnya, abahnya menyuruh ustadz bernama Pak Masturi untuk mengajar ilmu Nahwu dan Sharaf (gramatika Arab) setiap malam di ruang tamu rumah abahnya. Tetapi, meskipun beliau sudah diajari, tapi beliau masih belum paham dan hapal dengan baik.

Masa kecil itu dilalui Ustadz Ma’ruf Khozin bersama seorang teman di masa kecilnya bersama orang yang saat ini ada di Ketapang, Kalbar, Pak Syafiimanyan namanya. Beliau bercerita bahwa Pak Syafiimayan itulah yang menemani tiap malam beliau belajar Nahwu dan Sharraf sejak tahun 1992 hingga 1993 bersama adik bungsu Ustadz Ma’ruf Khozin yang bernama Gazali Khozin.

Dari itulah Ustadz Ma’ruf Khozin menyadari bahwa pengertian ilmu yang sekarang dimilikinya tidak lain adalah karena Allah subhanahu wa ta’ala telah membukakan tabir kebodohan yang dirasakan Ustadz Ma’ruf Khozin di masa kecil beliau. Oleh karena itulah, Ustadz Ma’ruf Khozin kembali teringat bahwa di antara guru-gurunya ada yang berdoa sebagai berikut,

اللَّهُمَّ افْتَحْ قُلُوْبَنَا فُتُوْحَ الْعَارِفِيْنَ

“Ya Allah bukakanlah hati kami (untuk menerima ilmu) seperti dibukanya orang-orang yang mengenal Allah.”

Kisah yang diungkapkan oleh Ustadz Ma’ruf Khozin ini mengajarkan kita bahwa ilmu yang kita miliki sekarang ini bukan lah murni dari kita sendiri, melainkan karena Allah telah membukakan tabir kebodohan sehingga kita bisa memahami ilmu yang sudah dipelajari. Doa dari guru-guru kita juga sangat berperan penting dalam menunjang keilmuan kita. Tanpa itu semua kita tidak lebih dari manusia yang tanpa ada pengertian apapun.

Kita juga bisa belajar dari kisah tersebut, bahwa tidak ada yang sulit di dalam kehidupan ini. Ketika kita sudah memiliki kemauan dan keinginan kuat, maka tidak ada yang mustahil bagi Allah untuk menunaikan keinginan itu.

Dengan demikian, tulisan ini sekadar pelajaran untuk kita semua, khususnya kepada penulis agar senantiasa mengharap ridha Allah dan syafaat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jangan lupakan juga guru-guru kita mulai dari guru ngaji hingga guru kita yang tidak pernah kita sadari telah mengajarkan banyak hal dan sangat berjasa dalam hidup kita. Akhirnya, semoga tulisan ini memberikan manfaat pada kita semua. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

 


Keterangan foto: ruang tamu rumah ayah Ustadz Ma’ruf Khozin, yang menjadi tempat kursus Ilmu pesantren.