Universitas Tertua di Dunia Ternyata Berawal dari Bangunan Masjid, Ini Pendirinya

 
Universitas Tertua di Dunia Ternyata Berawal dari Bangunan Masjid, Ini Pendirinya

LADUNI.ID, Jakarta - Tahukah Anda, siapakah orang yang pertama kali membangun universitas hingga bisa kita kenal dan nikmati hingga hari ini? Ternyata, dia adalah seorang perempuan muslim bernama Fatimah Al Fihri.

Lalu, siapa pula yang mendesain baju dan topi Toga yang selalu digunakan pada saat wisuda? Mengapa topi Toga berbentuk kotak ? Diambil dari bentuk apakah topi tersebut? Jawabannya: yang mendesain baju dan topi tersebut adalah Fatimah Al Fihri.

Kenapa topi berbentuk kotak? Karena Fatimah ingin siapa pun yang menggunakan topi tersebut sewaktu di Wisuda, pikirannya selalu ingat akan Baitullah atau Ka'bah yang berbentuk kotak dan berwarna hitam tersebut. Ya, bentuk Ka'bah yang kotak itulah yang mengilhami Fatimah Al Fihri ketika mendesain topi Toga yang hingga kini masih dipergunakan para wisudawan/wati.

Tapi, siapakah Fatimah Al Fihri tersebut? Fatimah Al Fihri yang lahir di Qairrawwan, Tunisia, pd 800 M dan meninggal pada 880 M di Fez, Maroko. Fatimah adalah perempuan Muslim yang mendirikan Universitas pertama di Dunia, Universitas Qawariyyin, di Daerah Fez, Maroko.

Hal ini tercantum dalam buku Guinness Wolrd Records 1989 bahwa universitas tersebut tercatat sebagai universitas pertama dan tertua di dunia. Universitas yang berawal dari bangunan masjid tersebut dibangun selama 2 tahun (859 - 861 M). Menurut sebuah riwayat, selama pembangunan berlangsung, Fatimah selalu menjalankan Ibadah Puasa. Subhanallah...

Fatimah bukanlah penduduk asli Fes, dia berasal dari kota Qairouan, atau yang di masa kini dikenal dengan Tunisia. Pada waktu itu Qairouan merupakan kota pertama yang menjadi pusat studi Islam di Afrika. Ayah Fatimah, Muhammad al-Fihri, merupakan pedagang sukses yang terpaksa memindahkan keluarganya sejauh lebih dari 1600 km dari Qairouan ke Fes di Maroko.

Ayah Fatimah yang hanya dalam waktu 10 tahun menetap di Ibu Kota baru tersebut telah berhasil sukses kembali, dan saat dia meninggal, Fatimah dan saudara-saudaranya mewarisi kekayaan yang sangat besar. Fatimah bertanya-tanya, apa yang harus dilakukan dengan kekayaan baru ini?

Ayah Fatimah telah membesarkan Fatimah dan saudara perempuannya yang bernama Mariam untuk mendapatkan pendidikan terbaik. Fatimah dan Mariam memutuskan untuk menggunakan harta mereka untuk membangun masjid dan sekolah bagi masyarakat setempat. Kompleks ini kemudian dikenal sebagai masjid dan sekolah Qairouan karena dibangun di bagian Fes di mana sebagian besar pengungsi dari Qairouan, Tunisia, menetap.

Awalnya, Qairouan memiliki fungsi keagamaan yang sama dengan masjid dan madrasah-madrasah lainnya, yaitu pengajaran tentang ilmu-ilmu tradisional Islam yang menjadi landasan ajaran Islam di mana pun. Tiga bidang studi utama bagi siapa saja yang sedang mempelajari ajaran Islam adalah sebagai berikut ini: Studi Ilmu Tafsir Al-Quran, Studi Ilmu Hadis, dan Studi Ilmu Fiqh.

Namun, pada perkembangannya sekolah Qairouan juga menawarkan pelajaran non-Islam sebagai bagian dari pendidikan yang lebih luas, termasuk matematika, astronomi, astrologi, fisika, puisi, dan sastra. Inovasi ini merupakan hal yang penting bagi Qairouan untuk menjadi lebih dari sekedar sekolah keagamaan. Hal itu juga yang merupakan titik balik dalam sejarah Universitas Qairouan—dan untuk masa depan pendidikan tinggi di seluruh dunia.

Ilmuwan-ilmuwan Dunia yang merupakan Alumni Universitas tersebut, di antaranya Ibnu 'Arabi, Ibnu Bajjah, Ibnu Khaldun, Abdullah Al Ghumari, dan lainnya. Bahkan seorang mahasiswa Non Muslim bernama Gerber dari Auvergne yang kelak menjadi Paus Silvester II di Vatikan, pernah menjadi Mahasiswa di universitas tersebut.