Kisah Karomah Syekh Sya’rawy yang Didatangi Para Wali Kutub Mesir Menjelang Wafatnya

 
Kisah Karomah Syekh Sya’rawy yang Didatangi Para Wali Kutub Mesir Menjelang Wafatnya

LADUNI.ID, Jakarta - Syekh Sha'rawy adalah seorang ulama yang begitu digandrungi oleh masyarakat Mesir di hampir semua kalangan dan berbagai lapisan, dari yang elit politik Mesir hingga presiden, para ulama, sampai tukang semir sepatu di jalanan Mesir pun paham penjelasan dan pitutur Syekh Sya’rawi. Bahasanya sederhana, luwes dan lihai. Meskipun lebih banyak menggunakan ‘Amiyah Sya’biyyah (Bahasa rakyat), namun justru dirasa sangat komunikatif, langsung mengena dan mudah dicerna oleh semua kalangan. Dalam memahami kandungan ayat-ayat suci Al-Qur’an maupun Hadist Kanjeng Nabi Muhammad SAW., bahkan kalam-kalamnya dan doa-doanya masih selalu tersiar di berbagai televisi, radio-radio setiap harinya, baik di Mesir maupun tanah Arab seluruhnya.

Pada penghujung bulan Desember 2019 lalu, pada kesempatan perhelatan Cairo International Book Fair ke-51, Paviliun Al-Azhar sengaja mengangkat ketokohan Syekh Sya’rawy. Saya kira langkah tersebut juga bukan tanpa alasan, langkah yang dilakukan oleh Al-Azhar merupakan bagian dari cara Al-Azhar dalam melindungi dan menjaga marwah para ulamanya dari berbagai tuduhan, baik dari individu maupun kelompok. Sewali-walinya orang, tetap saja ada individu maupun kelompok yang tidak suka atau malah sampai hati menghina dan menyerangnya.

Tepatnya bulan Juni 2019, Syekh Sya’rawy cukup santer dinarasikan secara negatif. Beliau dituduh sebagai salah seorang Ulama yang menjadi sumber ideologi para ekstrimis dan teroris. Berbagai tokoh kiri, para seniman, bahkan sebagian mantan pejabat sempat mengeluarkan statemen negatif. Lebih-lebih narasi itu mengemuka paska peringatan Haul Syekh Sya’rawy dan langsung jadi perhatian publik.

Tak terima dengan tuduhan tak berdasar tersebut, Al-Imam Al-Akbar Syekh Prof. Dr. Ahmed Attayeb, Syekh Prof. Dr. Muhanna dan para ulama sepuh lainnya. Secara serentak menanggapi; bahwa tuduhan-tuduhan semacam itu tidaklah benar. Bagi para ulama sepuh Al-Azhar, Syekh Sya’rawi merupakan sosok yang istimewa, orang yang tulus dalam berkhidmah pada agama dan umat Islam. Grand Syekh kala Itu bahkan menanggapi sekaligus mendaulatnya sebagai salah seorang ulama pembaharu (Mujaddid) dalam ilmu tafsir. Pun sangat patriotik yang selalu setia pada negaranya, karena sejak muda Syekh Sya’rawy adalah yang paling aktif berorasi melawan kolonialisme barat yang bercokol negara-negara arab.

Pada kesempatan diskusi panel di Paviliun Al-Azhar Desember 2019 lalu. Yang mengulas manakib Syekh Sya’rawy adalah Ulama besar ilmu Hadits, Syekh Prof. Dr. Ahmed Omar Hasyim, bersama dengan Dr. Ahmed Sya’rawy (putra Syekh sya’rawy). Menurut Syekh Omar Hasyim, Syekh Sya’rawy adalah satu wali Allah yang do'anya mustajab. Soal cerita-cerita keramat para auliya serta keistimewaan para ulama Al-Azhar di bumi kinanah Mesir. Syekh Omar Hasyim memang yang paling handal dan mampu menceritakan secara detil. Termasuk misalnya cerita Syekh Omar tentang keramat Syekh Abdel Halim Mahmoud RA. bagaimana beliau memberikan wejangan yang terilhami setelah melakukan wirid Shalawat Al-Faraj demi pembebasan semenanjung Sinai dulu dari pendudukan Israel, serta bagaimana Mesir mampu menghancurkan benteng-benteng Israel yang bercokol di gurun-gurun wilayah semenanjung Sinai.

Gus Baha’dalam berbagai kesempatan bercerita bahwa pernah dihadiahi Syarah Shahih Bukhori 16 jilid oleh Al-Habib Prof. Dr. Quraish Shihab. Kitab syarah tersebut berjudul “Faid Al-Bary Fi Shahih Al-Bukhori”. Nah, muallifnya ya beliau Prof. Dr. Syekh Omar Hasyim. Beliau masih sugeng dan secara istiqomah mengisi pengajian Syarah Sahih Bukhari yang dikarangnya. Selalu terbuka bagi umum di masjid Al-Asyirah Al-Muhammadiyah di Kairo. Setiap hari Kamis sore, dulunya di hari Rabu sore.

Syekh Sya’rawy berguru kepada Syekh Al-Sayyid Mohamed Balkaid Al-Hibry Al-Hasani, seorang ulama besar sekaligus mursyid thariqah Syadzily di Al-Jazair. Pertemuan keduanya pun unik, dikisahkan mula-mula Syekh Sya’rawi diberikan mandat sebagai pimpinan delegasi Al-Azhar untuk negara Al-Jazair. Namun Syekh Sya’rawy menolaknya. Pada suatu malam, Syekh Sya’rawy bermimpi bertemu seorang lelaki paruh baya yang bersinar wajahnya dan berkata kepada dirinya dalam mimpi: “Mengapa Engkau menolak datang pada kami?”.

Dari mimpi tersebutlah, akhirnya mengubah fikiran dan sikap Syeikh Sya’rawi, yang awalnya menolak menjadi pimpinan delegasi, menerima dan memenuhi permintaan menuju negara Al-Jazair. Sesampainya di Al-Jazair ketemulah dengan Syeikh Al-Sayyed Mohamed Balkaid Al-Hibry Al-Hasani yang ternyata adalah sosok yang menemuinya sekaligus menegurnya dalam mimpi.

Keramat lain yang dianugerahkan Allah SWT pada Syekh Sya’rawy terjadi sekitar tahun 1954 di Saudi pada era Raja Saud Ibn Saud dan kisah ini sangat masyhur di jazirah Arab terlebih di Mesir. Kala itu Syekh Sya’rawy sebagai dosen Kuliyah Syari’ah di Makkah Al-Mukarramah mendengar bahwa pemerintah Saudi melakukan proyek perluasan area Baitullah Al-haram sekaligus melakukan Tarmim (perbaikan), sehingga adanya rencana pemindahan maqam Ibrahim dari tempat aslinya, tujuannya untuk memperluas area Thawaf. Pihak kerajaan Saudi pun sudah berikan keputusan, para mufti sepakat hanya tinggal eksekusi.

Namun rupanya Syekh Sya'rawy-lah satu-satunya orang non-Saudi yang menolak dan berupaya mencegah rencana tersebut. Berselang Lima hari sebelum eksekusi, Syekh Sya’rawy pun menghubungi Masyaikh Saudi seperti Syekh Ibrahim Al-Noury dan Syekh Ishaq Azzouz dan lain-lain. guna menyambungkannya kepada sang raja untuk menyampaikan alasan penolakannya.

Singkat cerita, Syekh Sya’rawy akhirnya melayangkan surat protes kepada sang raja, bahwa maqam ibrahim harus tetap berada di tempatnya. Dan upaya pemindahan itu baginya merupakan pelanggaran dan tidak dapat diterima. Dalam surat yang berjumla Lima lembar tersebut juga disertakan dengan alasan-alasan, serta menjabarkan tinjuannya dari segi Sejarah, Fiqh yang didasarkan pada hadits dan ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Maqam Ibrahim Al-Khalil.

Berselang hanya Sehari (24jam) Surat itupun sampai ditangan sang raja. Dan setelah sang raja membaca suratnya dan mempercayai semua yang dikemukakan Syekh Sya’raw. Sehingga sang raja pun mengumpulkan para ulama Saudi dan semuanya membenarkan seluruh dalil-dalil Syekh Sya’rawy yang akhirnya membuat sang raja memutuskan membatalkan rencana pemindahan maqam Sayyidina Ibrahim AS.

Dikisahkan, sang raja pun akhirnya mengundang Syekh Sya’rawy untuk mengucapkan terima kasih dan memberikan hadiah kepadanya. Bahkan Dua hari setelah Sang raja membatalkan rencana pemindahan tersebut, Syekh Sya’rawi diberikan kemuliaan oleh Allah, ditemui Nabi  Ibrahim AS. sembari mengucapkan terima kasih kepadanya.

Menjelang Wafat

Kisah Syekh Abdel Rahim Sya’rawy (salah satu putra mbarep) di hari-hari jelang wafat ayahandanya Syekh Sya’rawy, 18 (Delapan Belas) hari sebelum wafat tiba-tiba Syekh Sya’rawy tidak berkenan dan berhenti dari segala aktivitas makan, minum dan lainnya. Tiba-tiba seolah tahu dan sudah janjian kapan waktu, hari dan tanggal wafatnya. Telah menentukan sendiri tempat dimana dimakamkan. Tiba-tiba beberapa jam sebelumnya minta untuk mandi dan membersihkan badan. Minta digantikan jubah putih yang serba baru yang belum pernah dipakai sama sekali. Sebagaimana cerita-cerita keramat para ulama dan para auliya di Indonesia yang seringkali kita dengar.

Menurut kesaksian kerabat dan keluarga, saat ajal tiba Syekh Sya’rawy seolah disambut oleh para ahlu-bait, para wali kutub di Mesir, Sayyidina Husein RA., Sidi Ahmad Badawy RA. yang maqamnya di kota Thanta, Sidi Ibrohim Al-Qursy Ad-Dusuqy RA. yang maqamnya di kota Dasuq Prov. Kafr Syeikh. Sidi Hasan Syadzily RA. yang makamnya di Humaitsaroh, Sayyidah Zaenab Al-Kubra dan Sayyidah Nafisah yang makamnya di Kairo dan banyak lagi.

Saat mengucapkan syahadat didetik-detik penghujung usianya pun menggunakan khitab; “Annaka” Muhammadurrosulullah (bahwasanya Engkaulah Muhammad Saw. Utusan Allah Swt.). Jelas ini Khitob kepada orang yang ada dihadapan, yang artinya kanjeng nabi yang turut rawuh hadir menyambutnya.

“Jadi hati-hatilah hidup di Mesir ini, Tanah dan penduduk bumi para nabi ini memang penuh Misteri. Selain mberkahi juga Mālati”

Sumber : @Falih_vava, Cairo – Egypt