Membaca Ulang Tulisan Gus Dur Berjudul “Akan Pecahkah NU?”
Laduni.ID, Jakarta - Saat ini dinamika kepengurusan PBNU kembali menjadi sorotan publik. Beredarlah Risalah Syuriah yang ditandatangani Rais Aam KH. Miftachul Akhyar dan berimplikasi pada desakan agar KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum PBNU. Dinamika ini sepertinya dalam catatan sejarah perjalanan Nahdlatul Ulama juga pernah terjadi. Dan satu hal yang perlu diingat berkaitan dengan itu, bahwa memang NU selalu diuji oleh pertarungan internal, namun sebagaimana yang sudah-sudah, kita yakin, NU akan selalu pula menemukan jalan pulang kepada dirinya sendiri. Karena, seperti kata Gus Mus, “NU itu milik Gusti Allah!”
Dalam konteks dinamika PBNU saat ini yang sarat dengan riuh wacana, silang pendapat, dan kekhawatiran warga Nahdliyin, rasanya ada kebutuhan mendesak untuk membaca ulang sejarah, sebagai upaya menjaga kejernihan sikap. Menurut saya, salah satu tulisan yang sangat relevan adalah artikel Gus Dur berjudul “Akan Pecahkah NU?”. Artikel ini bisa dianggap catatan sejarah, tetapi lebih dari itu, juga sebagai bentuk refleksi seorang pemimpin yang memahami betul denyut organisasi NU ini; denyut para kyai, para santri, para kader, dan budaya besar yang menaunginya.
Dengan latar keprihatinan saat ini, mari kita letakkan kembali tulisan Gus Dur sebagaimana aslinya, agar menjadi cermin seutuhnya bagi kita bersama. Jangan pernah lupa bahwa NU pernah melalui badai yang lebih besar, tetapi tetap tegak karena para pengurus dan warganya akhirnya memilih kebijaksanaan demi kemaslahatan umat, bukan kemenangan jangka pendek yang bernuansa kepentingan pribadi.
UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN
Support kami dengan berbelanja di sini:
Rp23.920
Rp448.000
Rp430.000
Rp39.357
Memuat Komentar ...