Keakraban Mbah Liem dan Gus Dur Saat Berada di Makam Mbah Hasyim

 
Keakraban Mbah Liem dan Gus Dur Saat Berada di Makam Mbah Hasyim

LADUNI.ID, Jakarta - Ikut sedikit meramaikan Desember Bulan Gus Dur (#Desember_Bulan_GusDur). Dan kisah yang akan aku sampaikan ini terjadi di awal tahun delapan puluhan, awal-awal perkenalan Gus Dur dan Mbah Lim.

Ceritanya, Gus Dur berkunjung ke ndalem Mbah Liem di Sumberejo Wangi, Klaten. Setelah menginap semalam di Sumberejo Wangi, Gus Dur, Mbah Lim, dan rombongan berangkat ke Jombang.

Di perjalanan, mobil mereka berhenti di sebuah lampu merah. Maka datanglah perempuan berdandanan menor dengan pakaian minim yang ‘menawarkan diri’.

Kata Mbah Liem ke Gus Dur, "Gus Gus, ya iki isine Indonesia (Gus, ya ini lho isinya Indonesia).”

"Nggih, Mbah (Iya, Mbah),” jawab Gus Dur.

Sampai di Pesantren Tebu Ireng, rombongan langsung menuju ke pusara pendiri Nahdlatul Ulama, Hadlratus Syeikh Kiai Hasyim Asy'ari, lalu berdoa di sana.

Di makam Mbah Hasyim, Mbah Liem hanya sebentar berdoa. Aktivitas Mbah Liem lebih banyak berupa mencabuti rumput di makam dan sekitarnya.

Setelah dirasa cukup, Mbah Liem mengambil sebendel map berjumlah sembilan yang sebelumnya beliau bawa.

***

Agar konteksnya jelas, saya ceritakan sebentar. Begini: Mbah Liem ditakdirkan oleh Allah sebagai orang yang groyok bicaranya, sehingga ucapan-ucapannya agak sulit dipahami oleh orang lain. Karena itu, salah satu media komunikasi Mbah Liem dengan orang lain adalah dengan media tulisan.

Yang khas dari tulisan-tulisan Mbah Lim adalah selalu dimulai dengan basmalah, lalu dua kalimat syahadat, lalu shalawat kepada Kanjeng Nabi, dan baru isi yang akan disampaikan.

Tidak lupa, di akhir tulisan selalu tertulis waktu penulisan lengkap yang berupa tanggal, bulan, tahun, dan bahkan jam beserta menitnya. Dan tidak lupa selalu dilengkapi dengan tanda tangan, nama, dan stempel beliau.

***

Sekarang kembali ke kisah di atas. Belum diketahui dengan pasti apa isi tulisan dari sembilan map yang dibawa oleh Mbah Liem tersebut.

Dari sembilan map berisi tulisan Mbah Liem tersebut, delapan di antaranya diserahkan kepada Gus Dur. Sambil menyerahkan, Mbah Liem bilang ke Gus Dur, "Gus-Gus, ojo ngaku-ngaku puthune Mbah Hasyim nak ora iso ngatur negara! (Gus, jangan sekali-kali mengaku sebagai cucunya Mbah Hasyim kalau tidak bisa mengatur negara!).”

"Nggih, Mbah. Lajeng sing setunggal niku kangge napa? (Iya, Mbah. Lalu map yang satu itu buat apa?),” jawab Gus Dur sambil menanyakan satu map yang tidak ikut diberikan oleh Mbah Liem kepadanya.

"Kanggo arsip! (Untuk arsip!),” jawab Mbah Liem dengan singkat dan tegas. Lalu keduanya tertawa bersama. Lahum al-Fatihah.