Kopi Panas dan Jin

 
Kopi Panas dan Jin

LADUNI.ID, Jakarta - Al-Habib Al-Imam Ahmad Bin Hasan Al-Attas Huraidhah, Yaman, dalam karyanya yang berjudul Tadzkir An-Nas, halaman 177, mengutip perkataan gurunya Al-Habib Al-Imam Abu Bakar Bin Abdillah Al-Attas:

“Sesungguhnya setiap tempat atau rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya dalam keadaan sunyi tanpa seseorang, maka ia akan menjadi rumah jin. Namun bila rumah atau tempat tersebut biasa digunakan untuk membuat hidangan kopi panas, maka para jin tidak akan mau untuk mendekati maupun menempati rumah dan tempat tersebut.”

Kaitannya dengan hal itu, Ibnu Thayyib dalam tarikh-nya mengatakan: “Kopi adalah obat untuk menghilangkan keresahan bagi kaum pemuda dan kenikmatan yang utama bagi para pencari ilmu. Kopi adalah minuman bagi para hamba yang dekat kepada Allah, di dalamnya penuh khasiat bagi para pencari hikmah di antara manusia.”

Al-Imam Ibnu Hajar Al-Haitami r.a juga memiliki komentar menarik tentang kopi: “Ketahuilah duhai hati yang gelisah, kopi ini telah dijadikan oleh Ahli Shofwah (orang-orang yang bersih hatinya) sebagai pengundang akan datangnya cahaya dan rahasia Tuhan.”

Inilah mungkin di antara salah satu alasan, mengapa Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya hanya mau minum kopi dan tidak mau yang lainnya. Begitu bangun tidur, maka yang ditunggu oleh beliau salah satunya adalah secangkir kopi panas yang beraroma khusus.

Ada beberapa catatan khusus tentang minuman kopi yang Maulana Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Bin Yahya konsumsi: pertama, kopi beliau adalah kopi alami, tanpa campuran apapun, apalagi bahan kimia. Kopi beliau adalah siwalan, yang dibuat dan dikemas oleh seorang santri beliau dan diantarkan secara berkala.

Kedua, tidak semua orang cocok dan menyukainya, sehingga bila tidak cocok, lalu mengkonsumsi, maka perutnya akan mulas.

Ketiga, karena kopi beliau itu khusus dan tidak ada di pasaran, maka ke manapun pergi selalu dibawa oleh penderek-nya, baik itu di kereta, di mobil, di atas kapal, di pesawat, atau ke manapun pergi selalu terbawa sehingga selalu dapat menikmatinya.

Wallahu A’lam…

***

Sumber: buku Cahaya dari Nusantara
Editor: Muhammad Mihrob