Nasihat Imam Syafi’i; Dalam Menilai Seseorang Dibutuhkan Kejernihan Hati

 
Nasihat Imam Syafi’i; Dalam Menilai Seseorang Dibutuhkan Kejernihan Hati

LADUNI.ID, Jakarta - Suatu hari Imam Syafi'i mengunjungi kediaman Iman Ahmad bin Hanbal, setelah keduanya menyantap makan malam, Imam Syafi'i kemudian berbaring di kamar yang telah di sediakan.

Keesokan harinya, putri Imam Ahmad bertanya kepada ayahnya,

"Ayah, apakah orang itu adalah Imam Syafi'i yang sering anda ceritakan?"

"Iya betul putriku."

"Aku mengamati tamu ayah itu sejak tadi malam, ada tiga hal yang aku perhatikan. pertama, ketika kita menghidangkan makanan, dia makan banyak sekali. Kedua, saat masuk kamar tamu dia hanya tidur, tidak melaksanakan sholat malam sama sekali. Dan ketiga, waktu sholat subuh dia sholat berjamaah bersama kitam tanpa berwudlu."

Imam Ahmad hanya diam saja mendengarkan penuturan putrinya. Pada waktu berhadapan dengan Imam Syafi'i, Imam Ahmad menanyakan tiga hal yang disinggung putrinya. Dengan tenang Imam Syafi'i menjawab.

"Aku makan banyak sekali karena aku tahu betul makanan yang kalian hidangkan adalah dari harta yang halal, anda adalah orang yang dermawan”.

طعام الكريم دوأ وطعام البخيل دأ

Artinya "Makan makanan orang dermawan adalah obat, sedangkan makanan dari orang bakhil adalah penyakit."

Aku makan banyak bukan untuk mencari kenyang, tapi karena ingin mengobati penyakitku dengan makanan dari anda.

Aku tidak sholat malam, karena saat aku merebahkan badanku untuk tidur, aku melihat seolah di depanku terbuka lembaran al-Qur'an dan hadist, Allah memberikan petunjuk kepadaku menyelesaikan 72 masalah fiqih yang aku harapkan bisa bermanfaat untuk umat Islam. Sehingga malam itu aku tidak punya kesempatan untuk sholat malam.

Sedangkan aku sholat subuh bersama kalian tanpa berwudlu, karena aku belum tidur, sepanjang malam aku begadang, sehingga aku sholat subuh bersama kalian dengan wudlunya sholat Isya.

Mengetahui hal itu, putri Imam Ahmad hanya termanung menyadari kekhilafanya.

Sumber: KH. Agus Akhlis bin KH. Marzuqi Dahlan Lirboyo Kediri  (kitab Anisul Mu'minin hal 80)