Wejangan Bijak Sang Guru Sufi ketika Ada yang Sibuk Menilai Orang Lain tapi Lupa pada Diri Sendiri

 
Wejangan Bijak Sang Guru Sufi ketika Ada yang Sibuk Menilai Orang Lain tapi Lupa pada Diri Sendiri
Sumber Gambar: Herjaka HS 2008, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Dalam sebuah majlis, seorang guru sufi ditanya muridnya, “Wahai Guru, bagaimana pendapatmu tentang dua keadaan manusia ini. Yang pertama, seseorang yang sangat rajin beribadah, namun sombong, angkuh, dan merasa paling suci. Yang kedua, seseorang yang jarang beribadah, tetapi akhlaknya begitu mulia; rendah hati, santun, lembut, dan penuh cinta kepada sesama?”

Sang guru sufi tersenyum, lalu menjawab singkat, “Keduanya baik.”

Sang murid pun terkejut mendengar jawaban itu.

Sang guru sufi pun menjelaskan, “Boleh jadi, ahli ibadah yang sombong itu suatu saat sadar akan buruknya akhlak dirinya. Ia lalu bertaubat dengan sebenar-benarnya, sehingga menjadi manusia yang baik lahir maupun batin.”

“Dan boleh jadi, orang yang jarang beribadah itu, karena kebaikan hatinya, Allah menurunkan cahaya hidayah kepadanya. Hingga akhirnya ia menjadi ahli ibadah yang tulus, dengan akhlak yang indah, baik lahir maupun batin,” imbuhnya.

Murid itu masih penasaran. Tak puas dengan penjelasan gurunya, ia pun bertanya lagi, “Kalau begitu, Guru… siapa yang tidak baik?”

Sang guru sufi menatap muridnya dengan penuh kasih, lalu berkata, “Dengarlah nak…. Yang tidak baik adalah kita—orang ketiga—yang selalu merasa mampu menilai orang lain, namun lalai untuk menilai diri sendiri.”

Mendengar nasihat yang sangat menyentuh itu, sang murid tertegun dan merasa malu sendiri. Selama ini ternyata dalam benaknya ia sibuk menilai orang lain, dan lupa menilai dirinya sendiri.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN