Mbah Maimun Zubair: Pondok Iku Dunyo⁣

 
Mbah Maimun Zubair: Pondok Iku Dunyo⁣

LADUNI.ID, Jakarta - Sekitar empat tahun yang lalu, saya sowan ke Syaikhina KH. Maimoen Zubair. Ada seorang yang sowan juga, minta restu mau buat pondok. Saya kurang tahu persis apakah orang tersebut alumni atau bukan.

Saat itu, beliau Syaikhina duko' (ghodhob/marah), dan dengan suara yang lantang beliau dhawuh;⁣

ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻌﻈﻴﻢ ﺍﻟﻔﻮﻧﺪﻭﻙ ﻟﻴﺲ ﻭﺳﻴﻠﺔ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﺠﻨﺔ، ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﻮﺳﻴﻠﺔ ﻫﻰ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ.⁣

"Demi Allah Dzat Yang Maha Agung, pondok bukan wasilah ke surga. Yang menjadi wasilah adalah ngajinya!".

Beliau meneruskan dawuh: "Pondok iku dunyo. Akeh kiai seng gak faham, mergo pondok iki nek kyaine mati, anake podo rebutan. Iki ndudohno ne pondok iki ndunyo.”

(Pondok itu dunia, banyak kiai yang tidak paham. Karena pondok itu kalau kiainya meninggal, anak-anaknya saling berebut. Itu menunjukan bahwa pondok itu dunia). ⁣

"Akidahku lan mbah-mbahku kabeh ora podo ngarepno pondok. Aku mulang Ihya' lan ngaji liyane neng atine ora ono sekelumit blas pengen due pondok".

(Akidahku dan kakek-kakekku semuanya tidak menginginkan pondok. Saya mengajar kitab Ihya' dan kitab lainnya, di hati tidak ada sekelumit pun ingin punya pondok).

Beliau Syaikhina akhirnya mewanti-wanti : "Pokoke seng kudu mok cekeli koe kudu ngaji lan mulang kitab salaf. Donyo ora bakal kiamat ne wong iseh podo ngaji.”

(Pokoknya yang harus dipegang erat, kamu harus ngaji dan mengajar kitab salaf. Dunia tidak akan kiamat selama orang masih mau mengaji).

***

Itulah pesan yang disampaikan oleh Syaikhona Mbah Maimoen Zubair yang perlu menjadi renungan untuk kita semua: pondok itu adalah bagian dari dunia, jadi ia bersifat fana. Yang penting dari pondok itu adalah pengajiannya.

Sebesar apapun pondok pesantren, bila tidak diimbangi dengan ngaji yang ikhlas lagi istiqomah, niscaya hanya akan menjadi bagian dunia yang fana. Sebaliknya sesederhana apapun keadaan ataupun fasilitas pondoknya, bila dibekali ngaji yang ikhlas dan istiqomah, niscaya akan dicatat amal berganjaran surga. Wallahu a’lam bisshawab.

Ilaa ruuhil marhum Syaikhona Mbah Maimoen Zubair, lahumul Faatihah.

***

Sumber: Khazanah Ulama
Editor: Muhammad Mihrob