Biografi KH. Hisyam Abdul Karim, Pendiri Pesantren Roudlotus Sholihin Purbalingga

 
Biografi KH. Hisyam Abdul Karim, Pendiri Pesantren Roudlotus Sholihin Purbalingga
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Mendirikan Pesantren
3.2  Masa Penjajahan
3.3  Kiprah di Nahdlatul Ulama


4.    Karya-Karya
5.    Chart Silsilah Sanad
6.    Referensi

 

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Hisyam Abdul Karim lahir pada tanggal 08 Agustus 1909 M, di Purbalingga, Jawa Tengah. Beliau merupakan putra dari bapak Abdul Karim, seorang Kepala Dusun Sukawarah di Desa Kalijaran.

1.2 Riwayat Keluarga
KH. Hisyam Abdul Karim menikah dengan Nyai Rumiyah, seorang putri dari Carik Desa Kalijaran. Pada tahun 1927 M,

1.3 Wafat
KH. Hisyam Abdul Karim wafat pada Hari Kamis Kliwon, 4 Jumadil Akhir 1410 H / 12 Januari 1989 M.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
KH. Hisyam Abdul Karim memulai pendidikan formalnya, hanya sampai di Sekolah Dasar (SD). Tetapi, beliau sangat rajin mengaji kepada ustadz di kampungnya.

Guru ngaji pertama beliau adalah ayahandanya sendiri, yakni Kyai Abdul Karim, seorang Kepala Dusun yang juga guru kesenian Rodat, khas Purbalingga. Dari ayahandanya, lalu petualangan keilmuan Kyai Hisyam berlanjut, dari satu pondok ke pondok lain, di sekitar Banyumasan. Semakin banyak belajar, Kyai Hisyam justru merasa ternyata masih banyak ilmu yang belum dipelajarinya.

Kesadaran itu jadi penguat beliau untuk pergi dari Purbalingga menuju Jampes, sebuah dusun di Desa Putih, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Di sana beliau nyantri kepada KH. Dahlan, seorang ulama, wali yang dikaruniai ilmu laduni dan juga nyantri kepada KH. Ikhsan. Diasuh dua ulama terkemuka di Ponpes Jampes selama delapan tahun itu, keilmuan Kyai Hisyam semakin dalam terutama di bidang ilmu falak atau astronomi.

Masih merasa belum puas, Kyai Hisyam kemudian melanjutkan ngaji ke pondok lain. Dari Jampes di Kediri, beliau menuju Cirebon untuk nyantri di Pondok Pesantren Buntet. Di sana beliau mendalami Ilmu Qiroatul Qur'an kepada KH. Yusuf. Selesai dari Ponpes Buntet, Kyai Hisyam melanjutkan pengembaraannya untuk memperdalam Al-Qur'an kepada KH. Nuh Pager Aji Cilongok. Setelah itu beliau mendalami Thariqah kepada KH. Rifa'i, Sokaraja.

2.2 Guru-Guru

  1. KH. Abdul Karim (ayah),
  2. KH. Dahlan Jampes,
  3. Syekh Ihsan Al-Jampesi
  4. KH. Yusuf Buntet,
  5. KH. Muhammad Nuh Al Hafiz (Mbah Nuh Pageraji)
  6. KH. Rifa'i, Sokaraja.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Mendirikan Pesantren
Setelah selesai belajar ilmu agama, sekitar 15 tahun dari satu pesantren ke pesantren lain, atas restu guru-gurunya, pada 2 Februari 1929 M. atau Rabu Kliwon, 22 Rajab 1347 H. KH. Hisyam Abdul Karim akhirnya mendirikan Pondok Pesantren Sukawarah yang juga dikenal dengan nama Pondok Pesantren Roudlotus Sholihin. Oleh jamaahnya, beliau biasa dipanggil Mbah Hisyam Kalijaran.

Di kalangan Nahdliyin daerah Banyumasan, KH. Hisyam Abdul Karim merupakan seorang ulama yang ampuh, dalam keilmuan sekaligus kanuragannya. Beliau juga sangat lekat di ingatan jamaahnya sebagai ulama yang murah senyum, lucu namun sangat dalam isi dakwahnya

3.2 Masa Penjajahan
Ketika pada masa perang kemerdekaan, Pesantren Sukawarah Kalijaran menjadi semacam tempat pengaderan para pejuang. Selain mengaji, sebagian dari santri juga dibekali ilmu-ilmu lain seperti baris-berbaris, belajar huruf morse, dan juga belajar pertolongan pertama dalam kecelakaan.

Mereka dilatih oleh kader pemuda Ansor setempat. Tentang gambaran pesantren ini di zaman lampau pernah dikisahkan pula oleh KH. Saifuddin Zuhri dalam buku Guruku Orang-orang dari Pesantren (1974).

Pada perkembangannya, Pondok Kalijaran, sekitar tahun 1969 M. di sana sudah dibangun MTs AIN (Madrasah Tsanawiyah Agama Islam Negeri). Sebuah Nama sekolah yang cukup berwibawa didengar waktu itu. Sebab, di Jawa Tengah baru ada dua Tsanawiyah Negeri. Di Babakan Tegal dan Karanganyar, Purbalingga. Pondok ini kemudian diasuh oleh KH. Muzammil dan KH. Musta'id Billah, dan santrinya berjumlah ribuan.

3.3 Kiprah di Nahdlatul Ulama
Selain menjadi pengasuh pesantren, KH. Hisyam Abdul Karim juga aktif di Nahdlatul Ulama. Dirinya tercatat pernah menjabat sebagai Rais Syuriah PCNU Purbalingga selama tiga periode, yakni periode tahun 1973-1975, 1975-1978, dan 1978-1983.

4. Karya-Karya
1. Terjemah Hidayatus Shibyan (Nadzom Jawa),
2. Irsyadul 'Awwam Fii Bayaani Diinil Islam - Jilid 1, 2 dan 3 (Nadzom Jawa),
3. Terjemah Khoridatul Bahiyyah (Nadzom Jawa),
4. Terjemah Qoshidah Burdah (Nadzom Jawa),
5. Terjemah Syair Khashoishul 'Asyarah (Nadzom Jawa),
6. Syair Tamba Ati,

TAMBA ATI

Karya KH. Hisyam Abdul Karim

Tamba ati iku sanga ing wernane

Siji maca qur'an mikir ing maknane

Pindo aja wareg-wareg ing mangane

Telu nangis mbengi nobati dosane

Papat sregep shalat tahajud mbengine

Lima sregep ngadep para 'ulamane

Nenem ngudi halaling sandang pangane

Pitu aja kakehen omong lahane

Wolu aja kakehen rerubungane

Sanga aja nitik khabar awurane

Iki sanga lakoni sekabehane

Insya-a llaah lemes lan lembut atine

5. Chart Silsilah Sanad
Berikut chart silsilah sanad guru KH. Hisyam Abdul Karim dapat dilihat Di Sini.

6. Referensi
NU Online

Artikel ini sebelumnya dibuat pada tanggal 08 Agustus 2023, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 12 Januari 2024.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya