Biografi Nyai Hj. Mahmudah Mawardi, Ketua Umum Muslimat NU (1950-1979)

 
Biografi Nyai Hj. Mahmudah Mawardi, Ketua Umum Muslimat NU (1950-1979)
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Menjadi Pengasuh Pesantren
3.2  Salah Satu Pendiri IPPNU
3.3  Memimpim Muslimat
3.4  Aktif di Politik

4.    Karir-Karir
5.    Chart Silsilah Sanad
6.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
Nyai Hj. Mahmudah Mawardi lahir pada tanggal 12 Februari 1912 M, di Solo. Beliau merupakan putri pertama dari lima bersaudara, dari Kyai Masjhud, salah satu tokoh yang dianggap menjadi salah satu perintis berdirinya NU di Kota Solo.

Saudara-saudara beliau diantaranya:

  1. Nyai Mahmudah,
  2. Nyai Mahwiyah,
  3. Nyai Mahsunah,
  4. Nyai Mahdumah
  5. Mahmulah.

Kelima putri ini lahir dari istri pertama Kyai Masjhud. Setelah istri pertamanya wafat, Kyai Masjhud kemudian memperistri Nyai Syuaibah, yang kemudian melahirkan salah satu tokoh pendiri IPNU dan PMII, KH. Mustahal Ahmad.

1.2 Riwayat Keluarga
Selama kurun waktu 1933-1945 M, saat Nyai Hj. Mahmudah Mawardi menjadi kepala sekolah Madrasah Muallimat NDM. Pada kisaran tahun itu pula, Nyai Mahmudah menikah dengan salah seorang tokoh pergerakan PSII Solo, KH. A. Mawardi. Nama inilah yang tersemat di belakang namanya hingga akhir hayat.

Dari pernikahan tersebut lahir putra-putri yang kelak juga menjadi tokoh besar. Di antaranya KH. Chalid Mawardi (Ketua PP GP Ansor 1980-1985, mantan Dubes RI di Syiria dan Lebanon), Nyai Hj. Farida Purnomo (Ketua PP IPPNU 1963-1966) dan Nyai Hj. Lathifah Hasyim (Dewan Penasihat PP Muslimat NU 2011-2016).

1.3 Wafat
Begitu banyak jasa yang telah Nyai Hj. Mahmudah Mawardi ukir, termasuk saat beliau ikut aktif membantu perjuangan bangsa indonesia melalui Barisan Hizbullah di Surakarta (12 Oktober 1945 – 19 September 1947). Tugasnya kala itu, berada di garis belakang untuk membuka dapur umum, mengumpulkan obat-obatan, lauk-pauk dan menjadi kurir. Atas jasanya itu, beliau mendapat tanda penghargaan Bintang Gerilya.

Menjelang wafatnya, ketika sakit, banyak tokoh NU yang menjenguknya, KH. Ali Maksum dan Gus Dur termasuk diantaranya. Nyai Hj. Mahmudah Mawardi akhirnya wafat pada Rabu Wage, 26 Rabiul awal 1408 H/ 18 November 1987 M. pukul 14.00 di Keprabon Wetan Solo, usia 78 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Astana Pulo Laweyan Solo.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Sejak kecil, Mahmudah belajar kepada orang tuanya di Pondok Pesantren yang kelak dikenal sebagai Pesantren Al-Masjhudiyah. Kemudian beliau belajar selama 6 tahun di Madrasah Ibtidaiyyah Sunniyah Solo, hingga tamat pada tahun 1923.

Setelah itu, beliau melanjutkan belajar di Madrasah Tsanawiyyah Sunniyah selama 3 tahun. Sunniyah merupakan sebuah nama langgar dan Madrasah di daerah Keprabon Timur Solo. Letaknya sekitar 300 m ke arah utara dari rumah Nyai Hj. Mahmudah.

Seiring waktu berjalan, Nyai Hj. Mahmudah terus meningkatkan kemampuannya dengan mengikuti kursus-kursus keguruan. Beliau juga pernah nyantri di Pesantren Jamsaren Solo, di bawah asuhan KH. Mohammad Idris. Kesemuanya ini menjadikan dirinya sebagai pribadi yang terpelajar nan alim.

Berdasarkan penuturan salah seorang keponakannya, Kyai Nashirul Umam, Nyai Hj. Mahmudah juga berhasil menjadi salah seorang penghafal Al-Qur’an atau hafidhah.

2.2 Guru-Guru

  1. Kyai Masjhud (ayah),
  2. KH. Mohammad Idris Jamsaren.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah
Nyai Hj. Mahmudah mengawali kiprah perjuangannya dengan menjadi guru di tempat belajarnya dahulu, Sunniyah, sejak tahun 1930 M. Bersama kaum perempuan muslim di Solo, beliau kemudian mendirikan Organisasi Nahdlatul Muslimat (NDM) di Kauman Surakarta pada bulan April 1931 M. Organisasi ini bergerak pada bidang pendidikan, khususnya untuk kaum perempuan. Dalam proses pendirian, Nyai Hj. Mahmudah menjadi ketua pendiri organisasi, hingga akhirnya membuka cabang di mana-mana.

Sebagai tokoh pergerakan, kehidupan Kyai Mawardi banyak menginspirasi Nyai Hj. Mahmudah untuk ikut aktif dalam dunia pergerakan. Nyai Hj. Mahmudah kemudian ikut aktif dalam organisasi kewanitaan. Hingga pada tahun 1943, Kyai Mawardi meninggal. Sejak saat itu perjalanan panjang berkarir, berjuang dan membesarkan anak-anak, mesti dijalani sendiri oleh Nyai Hj. Mahmudah.

3.1 Menjadi Pengasuh Pesantren
Tidak hanya itu, ketika pada tahun 1954 M. ayahnya wafat, Nyai Hj. Mahmudah Mawardi diberi amanah untuk menggantikan sang ayah sebagai pengasuh Pesantren yang kala itu terdapat 150 santri putri. Berbagai jalan kehidupan ini, semakin membentuk karakternya sebagai seorang wanita yang tangguh.

3.2 Salah Satu Pendiri IPPNU
Nyai Hj. Mahmudah Mawardi adalah sosok yang menjadi salah satu kunci terbentuknya IPPNU yang ketika awal berdiri berpusat di Solo. Hampir sebagian besar tokoh pendiri IPPNU, seperti Umroh Machfudzoh, Basyiroh Soimuri, Machmudah Nahrowi, Farida Mawardi dan lain-lain merupakan santriwati yang ikut mengaji di Pesantren Masjhudiyah.

3.3 Memimpin Muslimat
Bakatnya sebagai seorang pemimpin sudah terlihat sejak Nyai Hj. Mahmudah Mawardi ikut membidangi berdirinya NDM. Di Muslimat NU, karirnya juga terus melesat hingga pada tahun 1946 beliau mengemban dua amanah sekaligus, sebagai ketua pertama Pimpinan Cabang Muslimat NU Surakarta dan ketua organisasi Federasi Wanita Islam Indonesia di Solo. Sebagai catatan, Muslimat NU baru diresmikan pada tanggal 29 Maret 1946 dalam Muktamar NU ke-XVI di Purwokerto.

Selang empat tahun kemudian, 1950, ketika diselenggarakan Muktamar NU ke-XVIII di Jakarta, Nyai Hj. Mahmudah terpilih sebagai ketua umum Muslimat NU. Sejak saat itu, beliau memimpin hingga delapan periode lamanya (1950-1979).

3.4 Aktif di Politik
Selain berjuang di Muslimat, Nyai Hj.Mahmudah juga banyak dipercaya untuk mengemban amanah di banyak hal. Di ranah politik, beliau bahkan dijuluki sebagai ‘politisi wanita besi brilian dari NU’. karir politiknya diawali sejak 1946 ketika menjadi anggota DPRD Kota Besar Surakarta dari golongan wanita. Pada saat yang sama beliau juga duduk sebagai anggota BP KNPI mewakili Masyumi (waktu NU masih bergabung dengan Masyumi). Tahun 1952 duduk sebagai anggota Liga Muslimin Indonesia dari NU.

Berlanjut pada masa pemerintahan RIS, beliau duduk sebagai anggota DPR RIS di Jogjakarta (1959), kemudian sebagai Anggota DPR RI (1956-1971), Anggota DPR/MPR RI mewakili NU dan PPP (1971-1977), dan Anggota MPR RI dari PPP (1977-1982). Pada perhelatan Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA) pada tahun 1965 dan 1970 ia dipercayai sebagai salah satu delegasi Indonesia.

4. Karir-Karir

  1. Guru di Madrasah Sunniyah 1930 M,
  2. Ketua pendiri Organisasi Nahdlatul Muslimat di Solo, (1931-1940 M.),
  3. menjadi anggota DPRD Kota Besar Surakarta, 1946 M,
  4. Sebagai anggota BP KNPI mewakili Masyumi,
  5. Ketua pertama Pimpinan Cabang Muslimat NU Surakarta,
  6. Ketua Organisasi Federasi Wanita Islam Indonesia di Solo,
  7. Sebagai anggota Liga Muslimin Indonesia dari NU 1952,
  8. Sebagai anggota DPR RIS di Jogjakarta (1959),
  9. Pada perhelatan Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA) pada tahun 1965 dan 1970 M, Sebagai salah satu delegasi Indonesia,
  10. Sebagai Anggota DPR RI (1956-1971),
  11. Anggota DPR/MPR RI mewakili NU dan PPP (1971-1977),
  12. Anggota MPR RI dari PPP (1977-1982),
  13. Ketua umum Muslimat NU. Sejak saat itu, beliau memimpin hingga delapan periode lamanya (1950-1979).

5. Chart Silsilah Sanad
Berikut ini chart silsilah sanad guru Nyai Hj. Mahmudah Mawardi dapat dilihat DI SINI

6. Referensi
NU Online/nu.or.id

Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 18 November 2023, dan terakhir diedit tanggal 12 Februari 2024

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya