Biografi Nyai Asmah Sjachrunie, Ketua Muslimat NU (1980-1985)

 
Biografi Nyai Asmah Sjachrunie, Ketua Muslimat NU (1980-1985)

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat

2.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
2.1  Peranan di Nahdlatul Ulama
2.2  Aktif di Politik
2.3  Masa Penjajahan

3.    Karir Beliau
4.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
Nyai Asmah Sjachrunie lahir pada 28 Februari 1928, di Rantau, Kalimantan Selatan.

1,2 Wafat
Nyai Asmah wafat pada tanggal 2 Juni 2014.

2. Perjalanan Hidup dan Dakwah

2.1 Peranan di Nahdlatul Ulama
Nyai Asmah aktif di Muslimat NU sejak 1952. beliau kemudian diberi kepercayaan untuk memimpin Muslimat NU di Kalimantan Selatan dan mendapat hak untuk membentuk beberapa cabang. beliau pun memilih untuk fokus berjuang melalui Muslimat NU.

Pada 1954, Muktamar NU sekaligus kongres Muslimat NU digelar di Surabaya. Dari situ beliau mulai dikenal banyak kalangan, bukan hanya dari kalangan wilayahnya sendiri di Kalimantan, tapi juga di luar Kalimantan seperti Jawa dan lain-lain.

Topik utama yang dibahas dalam muktamar NU tersebut adalah persiapan pemilu yang akan dilaksanakan pada 1955 dan Nyai Asmah dipilih sebagai anggota Panitia Penyusunan Calon anggota konstituante dan DPR untuk maju dalam pemilu mendatang.

Dalam buku karangan Ali Zawawi yang berjudul "Asmah Sjachruni: Muslimah Pejuang Lintas Zaman" dijelaskan, Nyai Asmah saat itu merupakan satu-satunya Ketua Muslimat yang berasal dari luar Jawa dan berhasil memimpin Muslimat dalam tiga periode yaitu dari 1979-1984.

Kemudian, Nyai Asmah dipercaya lagi untuk memimpin Muslimat pada periode 1984-1989 dan menjabat lagi sebagai ketua Muslimat NU pada periode 1989-1994. Hal itu membuktikan bahwa selain Nyai Asmah cukup dihargai dan mendapatkan penghormatan dari kalangan warga Nahdliyin, beliau juga memiliki kecakapan dalam memimpin Muslimat NU.

Jatuh bangun berjuang besama Muslimat NU, tibalah saatnya ia berakhir dengan masa jabatannya di Muslimat NU pada 1995 di Kongres Jakarta. Namun, Nyai Asmah sangat mencintai Muslimat NU. Karena itu, walaupun telah melepaskan jabatannya sebagai ketua umum, Nyai Asmah masih mendampingi Muslimat dan kader-kader Muslimat NU dalam berbagai aktivitas. Hingga akhirnya hayatnya.

2.2 Aktif di Politik
Nyai Asmah pun menjadi perbincangan publik karena saat itu sangat jarang perempuan bisa tampil di panggung politik. Pada 1956, Nyai Asmah resmi menjadi anggota DPR sehingga berpindah tempat tinggal ke Jakarta.

Titik balik seseorang dalam menempuh perjuangannya tentu tidak bisa dilepaskan dari kekuatan mental, keberanian dan pengorbanan. Hal ini juga dialami oleh Asmah ketika beliau melangkahkan kakinya ke Ibu Kota demi cita-cita besar dalam perjuangannya.

Pada 1979, Asmah kemudian terpilih menjadi Ketua Umum Muslimat NU setelah melalui beberapa perdebatan. Disela-sela kesibukannya di DPR dan Muslimat, suaminya pun mendadak sakit dan meninggal pada April 1981. Asmah pun dilanda kesedihan yang mendalam.

2.3 Masa Penjajahan
Selain berkecimpung di dunia pendidikan, Asmah juga aktif dalam dunia militer. Di era Jepang, beliau ikut dalam barisan Fujinkai (para militer perempuan). Sedangkan di era kemerdekaan, tepatnya tahun 1948-1949, beliau juga tercatat sebagai anggota Angkatan Laut Republik Indonesia. Meski saat itu, ALRI belum menjadi kesatuan yang resmi.  

3, Karir Beliau
Sejak muda beliau telah aktif dalam kegiatan sosial. Lulusan Kjoin Joseidjo itu, terlibat dalam dunia pendidikan sejak era Jepang. Mulai dari menjadi guru bantu di Futsu Tjo Gakko di Rantau I, hingga dipercaya menjadi Wakil Kepala Futsu Tjo Gakko di Rantau III. 

Aktivitas Nyai Asmah di dunia pendidikan terus berlanjut saat Indonesia telah merdeka. beliau tercatat ikut membantu mengajar di Sekolah Rakyat VI, mulai Rantau III, Batu Kulur Kandangan sampai Ulin Kandangan. Aktivitas mengajar ini, berlangsung hingga 1954.

4. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs: NU Online

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya