Kisah Lelaki Miskin Mendapat Syafaat Rasulullah karena Shalawat

 
Kisah Lelaki Miskin Mendapat Syafaat Rasulullah karena Shalawat

LADUNI.ID, Jakarta - Kisah ini menceritakan tentang seorang yang terbelit hutang-piutang, yang hidup dalam tumpukan hutang di tengah kubangan kemiskinannya. Seorang lelaki yang dulunya kaya raya lalu jatuh bangkrut sampai terbelit hutang sana sini, ia menanggung hutang yang begitu besarnya.

Setiap hari, rumahnya penuh dengan orang yang menagih hutang. Hingga pada suatu hari ia pergi ke tempat salah seorang saudagar kaya. Kedatangannya tiada lain adalah untuk meminjam uang pula. Saat itu, lelaksi tersebut meminjam uang sebanyak 500 dinar.

Lelaki itu memang sudah dikenal sebagai orang yang terlilit hutang. Saking terkenalnya orang ini, sampai-sampai saudagar kaya itupun bertanya, “Kira-kira kapan Anda akan melunasi pinjaman ini?”

“Minggu depan tuan...,” jawabnya singkat.

Pada akhirnya, ia pulang dengan 500 dinar di genggamannya. Jumlah uang yang dia pinjam tersebut, ia bayarkan kepada orang-orang yang setiap hari datang menagih hutang, sehingga dari 500 dinar itu tidak ada yang tersisa sama sekali.

Hari demi hari, hidupnya bertambah sulit. Keterpurukan kondisi ekonominya hingga tempo pembayaran hutangnya pun telah tiba. Saudagar itupun mendatangi rumah si miskin dan mengatakan, "tempo hutang Anda telah tiba,".

Dengan suara lirih dia menjawab: “Demi Allah saya sedang tak berhasil mendapatkan apa-apa untuk membayar, sungguh saya terus berusaha untuk melunasi.”

Saudagar merasa geram kepada si miskin dan mengadukannya ke pengadilan. Saudagar itupun membawanya ke hakim.

Setibanya di pengadilan, si hakim bertanya: “mengapa Anda tidak membayar hutang anda..?”

Lagi-lagi si miskin menjawab: "Demi Allah saya tak punya Apa-apa tuan."

Karena merasa ini adalah kesalahan si miskin, maka hakim pun memvonisnya dengan hukuman penjara sampai ia melunasi hutangnya.

Lelaki miskin itu pun bangkit dan berkata: “Wahai tuan hakim, berilah saya waktu untuk hari ini saja. Saya hendak pulang ke rumah untuk berjumpa keluarga dan mengabarkan hukuman ini sekalian berpamitan dengan mereka, baru kemudian saya akan kembali untuk dipenjara.”

Hakim menyahuti si miskin dengan mengatakan: “Bagaimana mungkin, apa jaminanmu bakal kembali besok, sementara aku telah memvonismu hukuman penjara?”

Lelaki itu terdiam, tapi seolah mendapat ilham di benaknya. "Rasulullah jaminanku, wahai tuan hakim, Aku bersaksi jika besok aku tidak kembali maka aku bukanlah termasuk umat Rasulullah.”

Si hakim tersentak diam dan tersentuh hatinya, ia sadar betapa agungnya Rasulullah. Kemudian si hakim menunda hukuman penjara untuknya hingga esok.

Sesampainya di rumah, lelaki miskin itupun mengabarkan kondisi kepada istrinya bahwa esok dia akan dipenjara. Sang istrinya pun bertanya: “Wahai suamiku, lantas mengapa sekarang engkau bebas?”

“Aku menaruh nama Rasulullah sebagai jaminanku,” begitu jawab suaminya.

Mata istrinya pun berkaca-kaca dan air matanya menetes sembari berkata pada suaminya: “Selama Rasulullah masih menjadi jaminan bagimu, maka mari kita bershalawat.”

Dan mereka pun bershalawat kepada Rasulullah dengan rasa cinta yang dalam. Lama bershalawat, akhirnya mereka tertidur, dalam tidurnya mereka mimpi melihat Rasulullah SAW.

Dalam mimpi itu, beliau Rasulullah SAW memanggil lelaki miskin itu dan berkata, “Hai fulan, jika besok telah terbit fajar, maka pergilah ke tempat ulama fulan dan sampaikan kepadanya bahwa aku menitipkan salam untuknya dan suruh ia menyelesaikan hutang-piutangmu. Jika ulama itu tidak percaya sampaikan 2 bukti ini.”

Kemudian si miskin itu bertanya : “Apa 2 bukti itu wahai Rasulullah?”

Rasulullah menjawab: “Katakan padanya bahwa di malam pertama ia sudah membaca shalawat untukku 1000x dan di malam terakhir dia telah ragu dalam jumlah bilangan shalawat yang dibacanya. Sampaikan padanya bahwa ia telah menyempurnakan shalawatnya.”

Seketika si miskin terbangun dan terkejut. Tanpa ragu pada pagi harinya ia pergi menuju si ulama fulan dan berjumpa dengannya.

Tanpa buang waktu si miskin menyampaikan apa yang ia lihat dalam mimpinya, “Wahai tuan ulama, Rasulullah telah menitipkan salam untuk Anda dan meminta anda agar menyelesaikan hutang-piutangku.”

Sang ulama bertanya: “Apa bukti dari kebenaran mimpimu itu tentang yang anda sampaikan?”

Lelaki miskin itupun menyampaikan kedua bukti sebagaimana yang disampaikan Rasulallah SAW dalam mimpinya, "Di malam pertama Anda telah bershalawat kepada Rasulullah sebanyak 1000x dan di malam terakhir anda telah ragu dengan jumlah bilangan shalawat yang telah Anda baca. Rasulullah mengatakan bahwa hitungan shalawat Anda telah sempurna, dan shalawat anda telah diterima oleh Rasulallah".

Mendengar hal itu, spontan ulama itu menangis karena berita gembira shalawatnya diterima Rasulallah SAW. Ulama tersebut pun memberi uang 500 dinar dari baitul mal (untuk melunasi hutang si miskin) dan 2500 dari harta pribadinya untuk si miskin sebagai tanda terima kasih atas berita gembira yang disampaikan.

Tidak berapa lama, kemudian si miskin bergegas pergi ke hakim untuk menyelesaikan perkaranya.  Sesampainya di tempat hakim, tiba-tiba si hakim bergerak ke arah si miskin seolah ia rindu ingin melihatnya dan memanggilnya seraya berucap:

"Kemarilah, berkat Anda aku mimpi berjumpa Rasulullah SAW. Rasulullah telah berpesan kepadaku bahwa jika aku menyelesaikan hutangmu maka kelak Rasulullah akan menyelesaikan perkaraku di akhirat. Ini uang 500 dinar untuk lunasi hutang-hutang anda".

Belum sampai selesai dia bicara, Tiba-tiba pintu ada yang mengetuk. Ketika dibuka, ternyata saudagar penagih hutang yang datang. Dia langsung memeluk si miskin dan menciumnya sembari berucap:

"Berkat anda saya mimpi berjumpa Rasulullah. Beliau berkata padaku jika aku merelakan hutangmu maka kelak di hari kiamat Rasulullah akan merelakan segala tanggunganku dan ini uang 500 dinar hadiah untuk Anda dan hutang anda lunas".

Subhanallah… Kisah ini menjadi bukti betapa Rasulullah SAW selalu memperhatikan urusan umatnya. Shalawat dan cinta kepada Nabi bisa menghilangkan kegundahan dan keresahan bahkan bencana. Wallahu A'lam bisshawab. Allahumma Sholli 'ala Sayyidina Muhammad Wa'ala aali Sayyidina Muhammad.(*)

***

Editor: Muhammad Mihrob