Buya Syakur Yasin: Tauhid Bukan Konsep Matematika!

 
Buya Syakur Yasin: Tauhid Bukan Konsep Matematika!
Sumber Gambar: Foto (Ist)

LADUNI.ID Jakarta – Prof. Dr. KH Abdul Syakur Yasin, menjelaskan bahwa konsepsi Tauhid tidak dipahami bilangan, sebagaimana pemahaman banyak orang Islam yang kerap menyamakan makna ke-Esaan Tuhan sebatas jumlah bahwa Tuhan itu satu. Pria yang akrab disapa Buya Syakur itu mengungkapkan bahwa konsep Tauhid, hakekatnya bahwa manusia tidak mempunyai apa-apa dan tidak mempunyai hak kepemilikan.

“Yang namanya Tauhid meng-Esakan Tuhan, tolong jangan terbatas dipahami bahwa itu hanya satu. Paham itu mah gampang. Kemaha-Esaan Tuhan itu, bukan hanya bilangannya satu, juga bukan satu matematika. Bukan. Kalau matematika, 1 itu bisa berasal dari setengah (1/2) tambah setengah (1/2). Atau sebaliknya, bilangan satu (1) bisa dibagi dua (2) gak? Bisa kan? Jadinya setengah (1/2)? Atau satu (1) dibagi empat (4) jadinya seperempat (1/4). Jadi dipahaminya tidak sebatas itu. Tetapi satu kehendak, satu keinginan, satu kekuasaan. Itu maksudnya. You’re nothing, keberadaanmu berdasarkan keputusan Tuhan,” ulas Buya Syakur, saat mengaji Kitab Roaituallah, karya Mustofa Mahmud yang dinukil dari Kitab Al Mawaqif wal Mukhotobat, karya Syech Muhammad Bin Abdul Jabbar An Nafri seperti yang ditayangkan oleh Wamimma TV, Rabu 14 April 2021.

Pengasuh Pondok Pesantren Cadangpinggan Indramayu Jawa Barat itu melanjutkan, bahwa ketika kita memproklamirkan diri bahwa Tuhan itu hanya Allah, seharusnya kita bisa bersikap konsisten untuk selamanya. “Sing ajeg, sing lempeng, jangan mancle-mencle, jangan leab-leob. ‘Fala ila ha illa Ana’, tidak ada Tuhan kecuali Aku. Semuanya yang ada di langit dan di bumi adalah milik Ku. Semuanya ini milik Ku, paham gak manusia? Kamu tidak lebih sebagai tamu Ku. Tidak untuk selamanya kok. ‘Fala tunazi’ni maa li’, jangan berantem dengan Aku, memperebutkan sesuatu yang menjadi milik Ku. Jangan berebut kepemilikan dengan Ku, semuanya milik Ku. Kamu tidak punya apa-apa. Kuberikan kepadamu kapan saja, dan Ku ambil darimu kapan saja, tidak ada urusan,” sambung Buya Syakur.

Ia memberi contoh, bagaimana banyak orang belum memahami sepenuhnya sikap bertauhid dalam kehidupan sehari-hari. Buya mencontohkan, ketika kita sering mengklaim bahwa apa yang kita perjuangkan, apa kita dapatkan itu lantaran kerja keras diri sendiri. “Kamu mengatakannya minal muwahidin, mengklaim Aku muwahidun. Aku meng-Esakan Tuhan, Tuhanku Maha Esa. Dimana ke-Esaan Tuhan mu ketika kutanya, darimana rumah sebagus ini kau bangun? Kau jawab ini adalah hasil keringat, kerja kerasku. Mobil darimana? Beli. Beli darimana? Dari dealer. Jadi engkau mengaku ber Tuhan dan meng-Esakan Tuhan mu, dimana ke- Esaan-Nya? Engkau membanggakan keilmuanmu, kecantikanmu, kerja kerasmu, dimana keberadaan Tuhanmu?” tanya Buya Syakur.

Buya menegaskan, konsep Tauhid, itu hanya Allah, semuanya hanya Allah. Dan itulah makna ke-Esaan Tuhan, jadi bukan (sebatas) bilangan. (Editor: Ali Ramadhan)