Saatnya Mengobati Penyakit Hati

 
Saatnya Mengobati Penyakit Hati
Sumber Gambar: Foto (ist)

Laduni.ID Jakarta - Setelah secara fisik boyong dari Pondok Ploso 20 tahun lalu saya langsung berdomisili di Surabaya, ikut istri. Berbagai dinamika hidup dan pengalaman saya temukan di sini. Hati saya ibaratnya sudah 'tayeng' / berkarat.

Alhamdulillah kalbu merasa tersirami lagi dengan ngaji kepada para Gawagis Ploso, malam ini di Keputih, Sukolilo Surabaya.

Baca Juga: Kenali Tiga Penyakit Hati

Dulu saya ngaji Fikih kepada Kiai Fuad Mun'im Jazuli dan ngaji Ihya' kepada Kiai Mahfudz Siraj. Beliau berdua telah wafat, Yarhamuhuma Allahu. Saat ini pun kami ngaji kepada para putra beliau, sebagaimana dikatakan dalam Nadzam Alfiyah Ibnu Malik:

وما يَلِي المُضَافَ يَأْتِي خَلَفَا • عنهُ في الاعْرَابِ إذا ما حُذِفَا

"Dua susunan kalimat yang beriringan (ibaratnya ayah dan anak), kalimat yang di belakang -anak- akan menggantikan kalimat yang di depan ketika yang di depan telah diambil -ayahnya wafat-."

Baca Juga: Ngaji Kitab Sullam Part 2 Mahasiswa KKL Integratif  Kenalkan Penyakit Hati Pada Masyarakat

Santri kalau ngaji kok 'ndingkluk' atau menundukkan kepala? Kepatuhan kami kepada ahlinya sama seperti manut ke dokter, mulai diagnosa, pemberian obat, perawatan hingga sembuh, tidak sedikitpun berani protes. Demikian pula kepada guru-guru kami. Bedanya, kalau ke dokter untuk mengobati penyakit fisik. Sedangkan kepada guru-guru pesantren adalah mengobati penyakit hati, seperti sombong, bangga diri, iri hati, dan lainnya.

Setelah ngaji guru kami, KH Ma'mun Machfudz  melantik Ittihad al-Mutakharrijin Al-Falah Ploso (IMAP) daerah Surabaya.
---------
Oleh: Ustad Ma’ruf Khozin
Editor: Nasirudin Latif