Shalawat: Pasword Memadukan Seluruh Frekuensi Jagad Raya

 
Shalawat: Pasword Memadukan Seluruh Frekuensi Jagad Raya
Sumber Gambar: Tebuiren online (Foto ist)

Laduni.ID Jakarta - Perintah bershalawat di dalam Al-Qur’an: Allah subhanahu wa ta'ala menyeru hamba-Nya bershalawat untuk Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam seraya berfirman: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawat dan salamlah kalian untuk Nabi, dan ucapkanlah salam penghormatan untuknya.” (QS. Al-Ahzab/33: 56).

Abu 'Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr Al-Anshari al-Qurthubi Al-Maliki atau Imam Al-Qurthubi rahimahullah (wafat 29 April 1273 M, Mesir) dalam kitab Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an menjelaskan, bahwa melalui ayat ini Allah subhanahu wa ta'ala memuliakan nabi-Nya, baik saat masih hidup maupun setelah wafat. Shalawat dari Allah subhanahu wa ta'ala adalah rahmat dan ridha-Nya. Shalawat dari para malaikat adalah doa dan istighfar. Shalawat dari umatnya adalah doa dan penghormatan atas kedudukannya. Shalawat wajib dibaca sekali seumur hidup, bahwkan wajib di setiap melakukan amalan wajib yang terdapat rukun shalawat di dalamnya.

Baca Juga: Pemandu Khotbah Membaca Shalawat dengan Suara Keras dan Panjang

Abah Guru Sekumpul atau Syaikh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari rahimahullah (wafat 10 Agustus 2005 M, Sekumpul) dawuh: "Amalan yang dibaca langsung sampai (washil) kepada tujuan adalah bershalawat kepada Baginda Nabi Besar Sayyiddina Wa Maulana Muhammad Shollallaahu' Alaihi Wasallam ".

Dalam Hadits Qudsi Allah subhanahu wa ta'ala berfirman kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam yang artinya, "Demi Kemuliaan dan KeagunganKu, apabila mereka datang kepadaKu dari segala jalan dan masuk kepadaKu dari segala pintu, maka Aku tak akan menyambut mereka kecuali mereka berada di belakang mu wahai Muhammad".

Diriwayatkan juga Rasulullah shalallahu alaihi wasallam di alam barzakh mendengar bacaan shalawat dan salam dan dia akan menjawabnya sesuai jawaban yang terkait dari salam dan shalawat tadi. Seperti tersebut dalam hadits, beliau bersabda: Hidupku, juga matiku, lebih baik dari kalian. Kalian membicarakan dan juga dibicarakan, amal­amal kalian disampaikan kepadaku, jika saya tahu amal itu baik, aku memujii Allah, tetapi kalau buruk aku mintakan ampun kepada Allah. Hadits riwayat al-Hafizh Ismail bin Ishaq al-Qadhi rahimahullah, dalam bab Shalawat ‘ala an-Nary. Ali bin Abu Bakar bin Sulaiman bin Abu Bakar bin Umar bin Shalih Nuruddin Abu al-Hasan al-Qahiry as-Syafi’i atau Imam Al-Haitsami rahimahullah (wafat 1404 M Mesir) menyebutkan dalam kitab Majma' az-Zawaid wa Manba’ul Fawaid, ia menganggap shahih hadits di atas.

Hal ini jelas bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam memintakan ampun umatnya di alam barzakh. Istighfar adalah doa, dan doa untuk umatnya pasti bermanfaat. Ada lagi hadits lain: Rasulullah bersabda: Tidak seorang pun yang memberi salam kepadaku kecuali Allah akan menyampaikan kepada ruhku sehingga aku bisa mennjawab salam itu. (HR. Imam Abu Dawud dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu. Ada di kitab Imam an-Nawawi, dan sanadnya shahih)

Syadad ibn Aush bin Tsabit Anshari al-Najjari al-Madani  Radhiyallahu Anhu (wafat 678 M di Baitul Maqdis Palestina) meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabada, “Sesungguhnya shalawat kalian untukku akan sampai kepadaku.  Seorang sahabat bertanya, “Bagaimana shalawat kami untukmu bisa sampai kepadamu padahal kamu telah dikubur?” Beliau lalu menjawab, “Sesungguhnya Allah Swt telah mengharamkan bumi memakan jasad para Nabi.” (HR. Imam An-Nasai, Imam Ibnu Majah, Imam Ibnu Khuzaimah dan Imam Al-Baihaqi rahimahumullah).

Baca Juga: Membaca Shalawat atau Taradhdhi dengan Suara Keras

Sirajuddin Abu Hafs Umar bin Ali bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Al-Anshari Al-Wadi Asyi Al-Andalusi At-Tukuruwi Al-Mishri Asy-Syafi`i atau Imam Ibnu Mulqin atau Imam Ibnu Mulaqqin rahimahullah (Wafat di Kairo pada 16 Rabi`ul Awwal 804 H/24 Oktober 1401 M) berkata, shalawat seorang yang sampai kepada Nabinya merupakan “penghubung” yang menghubungkan antara dirinya dengan Nabinya.

Shalawat yang merupakan penghubung antara seorang Muslim dengan nabinya, tentu memberi energi positif bagi sang pembacanya. Syaikh Dr. Ali Jum'ah berkata, “Salah satu upaya seorang hamba mencegah diri dari kemaksiatan adalah menjalin “hubungan” kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam dengan senantiasa bershalawat. Selain itu, shalawat juga merupakan bukti cinta seorang Muslim kepada Nabinya. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pernah bersabda, “Tidak sempurna iman salah seorang kalian, sehingga Aku lebih dicintainya daripada anak-anaknya, orangtuanya, bahkan seluruh manusia.” (HR. Imam Muslim). Maka, cinta yg dibuktikan dengan memperbanyak shalawat akan memberi energi yang dahsyat bagi seorang Muslim demi menjaga cintanya kepada Nabinya.

Baca Juga: Membaca Allah dalam Shalawat Masyisyiyah

Berkata Al-'Arif al-Kabir Al-Quthub al-Awliya Syekh Sayyid Imam Abul Hasan Muhammad al-Bakri rahimahullah" Fa Anta Baabullah Ayyumri'in ataahu Min Ghairika Laa Yadkhulu... (maka Engkau adalah pintu Allah, siapapun yang datang kepada Allah tidak melaluimu tidak akan bisa masuk ke hadirat Allah ‏). Rasulullah Shollahu'Alaihi Wassalam itu adalah:

Pintu Allah
Pintu Taat
Pintu Taubat.
Pintu Syafaat.
Pintu Mahabbah.
Pintu Ridho.
Pintu Iman.
Pintu Ibadah.
Pintu Doa
Pintu Syukur.
Pintu Ketenangan.
Pintu Ketinggian Derajat.
Piintu Wushul.
Pintu Bahagia.
Pintu Surga.
Pintu Rahmat.
Pintu sekaligus Tujuan.

Bacaan shalawat yang biasa kita ucapkan itu bukan sekedar bacaan biasa. Bunyi lafadz sholawat seakan mendoakan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. “Secara harfiah memang demikian. Namun, dibalik itu semua, ada sebuah rahasia besar yang luar biasa sekali,Menganggap bahwa sholawat itu semata-mata adalah mendoakan rahmat kepada  Nabi, itu salah besar. Nabi itu tidak butuh doa kita, amalan beliau sudah lebih-lebih.

Bila dikaji dengan secara mendalam, ternyata shalawat adalah kata kunci, semacam “password” untuk menyatukan seluruh frekuensi kehidupan di jagad raya ini. Jadi, bukan sekadar mendoakan rahmat kepada  Nabi semata. "Kalimat Wa’ala ali Sayyidina Muhammad itu, tidak sekedar tertuju kepada keluarga, Ahlul Bait atau Dzurriyah Nabi semata. Tetapi juga seluruh kaum Muslimin di muka bumi ini." Oleh karena itu, jika membaca sholawat jangan sampai hanya sebatas: Allahumma sholli ‘ala Sayyidina Muhammad. Secara harfiah itu boleh-boleh saja, tidak salah. Namun itu termasuk sholawat buntung . Lalu bagaimana yg lebih sempurna Bacalah:

Baca Juga: Menteri Susi Perintahkan Baca Shalawat kepada Nelayan Sebelum Jaring Ikan

Allahumma sholli ‘ala Sayyidina Muhammad Wa’ala ali sayyidina Muhammad

(Ya Allah semoga kiranya rahmat senantiasa tercurah kepada Kanjeng Nabi Muhammad dan juga atas keluarga Kanjeng Nabi Muhammad). "Minimal demikian. Jangan lupa sertakan selalu kalimat wa’ala ali sayyidina Muhammad,” 

Menurut Sayyidina Imam Syafi’i rahimahullah (wafat 820 M di Mesir) kalimat Wa’ala ali Sayyidina Muhammad itu tidak sekedar tertuju kepada keluarga, ahlul bait atau dzurriyah  Nabi semata. Tetapi juga seluruh kaum Muslimin di muka bumi ini. Jadi,  ketika membaca shalawat secara lengkap akan menjadi kekuatan super dahsyat, dimana kaum Muslimin di seluruh jagad raya ini menyatukan diri dalam sebuah frekuensi. Menjadi bagian dari kekuatan doa yang maha dahsyat. Semua termaktub dalam satu kalimat. Sungguh luar biasa. “Karena itu, mulai sekarang selalu diingat-ingat, jika bersholawat jangan biasakan membaca sholawat yang buntung. Bacalah sholawat dgn mencangking (mencakup) seluruh keluarga besar kaum muslimin,” pungkasnya.

ﺁﻟﻠّﻬُﻢَ ﺻَﻠّﯿﮱِ ﯛﺳَﻠّﻢْ ﻋَﻠﮱِ ﺳَﻴّﺪﻧَﺂ ﻣُﺤَﻤّﺪْ ﻭَ ﻋَﻠﮱ ﺁﻝِﺳَﻴّﺪﻧَﺂ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ

Dinukil dari terjemahan kitab Khozinatul Asror karya Asy Syaikh Al-'Arif Billah Muhammad Haqqi Afandi an-Nazili rahimahullah (wafat 18 Mei 1462 M / 9 Sya'ban 866 H) Hal 181 didalam Bab Rahasia Sholawat mengatakan: Sholawat merupakan puncaknya Asma’, Wirid, Dzikir, Azimah, mantra sakti yang kalau Kita berdo’a dengan Ajian apapun kalau tidak di dahului dan di tutup dgn membaca Sholawat maka Do’anya orang tersebut akan tehijab /terhalang.

Dalam kasat mata atau Alam Ghuyubi/ghoib, energi dari shalawat nabi sungguh besar dan berwarna putih kebiru-biruan (jika tidak salah saya melihat), dari beribuvribu faedah shalawat nabi hanya beberapa saja yg saya ketahui dan pernah saya praktekan dalam menggunakan amalan shalawat nabi dengan istiqomah, salah satunya adalah :

Baca Juga: Kenapa Harus Baca Shalawat? Ini 30 Fadhilahnya yang Luar Biasa

Menstabilkan energi atau menetralisirkan energi dari setiap amalan yang berhawa panas sampai energi dari amalan yang benar-benar membahayakan pada diri sendiri, alhamdulillah dalam beberapa detik energi yang panas, maupun energi yang berbentur di luar dan dalam diri langsung normal plus adem, dan langsung saya kembali mengingat Allah subhanahu wa ta'ala.

Inti dari Energi Shalawat Nabi adalah adanya sebuah harmoni melodi yang indah, selaras, dan serasi antara 3 Jenis Frekwensi Gelombang energi. Yaitu Energi Ilahi, Energi Malaikat, & Energi Manusia. Ketiga energi ini tersinkronisasi dengan baik di dalan frekwensi getaran energi sholawat (Nur Muhammad).

Seperti yg telah kita ketahui bershalawat nabi ada salah satu kunci atau password kita sebagai umat nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, agar kelak kita mendapat syafaat kelak di padang masyhar, serta mendapat ampunan dari Allah subhanahu wa ta'ala. Maka dari itu mari kita istiqomahkan dalam bershalawat nabi didalam keseharian kita.

Semoga bermanfaat
---------
Oleh: Al-Faqir Gus Ahmad Zaini Alawi (Khodim Jama'ah Sarinyala Kabupaten Gresik)
Editor: Nasirudin Latif