Gus Baha: Jangan Sampai Kamu Berkeyakinan Allah itu 'Arodh (Sifat)

 
Gus Baha: Jangan Sampai Kamu Berkeyakinan Allah itu 'Arodh (Sifat)
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Sebenarnya ilmu Tauhid itu mudah untuk dipelajari, tidak seribet yang dibayangkan oleh sebagian orang. “Makanya Allah melatih kita, yuridullahu bikumul yusra. Andaikan manusia di seluruh dunia di poling untuk melihat Lata dan Uzza itu apa? Tidak usah ada orang Islam dan orang kafir. Tidak usah intervensi. Pasti mereka jawab itu batu. Andaikan Isa atau Yesus dipampang di dunia. Orang-orang poling, Islam maupun kafir. Tidak ada yang mengintervensi. Pasti akan bilang itu manusia. Paham ya?” kata Gus Baha.

Mereka (orang-Orang kafir) menceritakan bahwa batu itu adalah Tuhan, mereka merekayasa bahwa Lata dan Uzza yang sebenarnya batu menjadi Tuhan yang mereka sembah. Makanya, di dalam Al Quran oleh Allah mereka disebut:

وَ مَکَرُوۡا وَ مَکَرَ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ

Artinya: “Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS. Al-Imran: 54)

“Misalnya di Yunani, itu orang kalau bilang Tuhan itu 'akal'. Makanya mereka menyebutnya 'logos', Tuhan itu 'arodh. Perhatikan, jangan sampai salah! Bisa-bisa kafir nanti. Tuhan itu 'arodh (sifat), jadi Tuhan itu tidak ada Dzatnya. Kemudian Logos ini nempel dalam diri Yesus, kata orang Kristen. Sehingga jadilah Logos, log (logika atau akal). Makanya orang filsafat menyebut Tuhan itu akal 1, akal 2, akal 3. Makanya disebut ideologi, Log,” jelas Gus Baha.

Pertanyaan selanjutnya adalah saat Allah itu 'arodh (log), kemudian belum ada tempat bagi-Nya, Allah bergentayangan di mana? Sebelum Nabi Isa ada, lantas Allah bersemayam dimana? Kata orang Majusi, bersemayam di api. Kata kafir Jahiliyah, bersemayam di arca. Para orang Majusi kuno mengatakan bersemayam di gunung. Jika pemikiran ini sampai ada, maka akan salah untuk seterusnya. Sebab jika Allah dikatakan sebagai ‘arodh (sifat) maka harus menempel pada dzat, sedangkan Allah itu al-Qayyum (Dzat yang berdiri sendiri).

Sesuatu bisa diketahui, itu karena sudah Haq dan wujud. Kalau itu belum wujud, maka tidak bisa diketahui. Berhala Lata dan Uzza bisa diketahui karena itu batu, karena wujud. Namun sifat ketuhanan berhala Lata dan Uzza itu tidak wujud, sehingga tidak diketahui. “Sesuatu yang tidak wujud itu kan tidak bisa diketahui. Yang bisa diketahui hanyalah yang wujud. Makanya fa'lam annahu lailahaillallah. Harus tahu,” tegas Gus Baha.

Jika seandainya manusa tidak tahu pun, Allah tetaplah Tuhan. Itulah sebabnya Al Quran menjelaskan:

 …قُلْ ءَامِنُوا۟ بِهِۦٓ أَوْ لَا تُؤْمِنُوٓا۟

Artinya: “Katakanlah: ‘Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah)’….” (QS. Al-Isra: 107)

“Jadi, lam yatawalad minwujuu dihi syai'un. Jangan sampai kamu berkeyakinan setelah Allah wujud, otomatis makhluk-Nya wujud. Berarti wujudnya makhluk tanpa kehendak Allah, itu salah. Itu juga termasuk tawallud. Kalau kamu menyakini begitu, berarti terjadi keyakinan tawallud. Setelah ada Allah, otomatis makhluk-Nya ada. Itu juga dosa besar. Kafir. Bukan hanya dosa besar, tapi kafir,” kata Gus Baha.


Editor: Daniel Simatupang