Mbah Maimoen: Al-Quran itu adalah Ilmu, Bukan Hanya Bacaan

 
Mbah Maimoen: Al-Quran itu adalah Ilmu, Bukan Hanya Bacaan
Sumber Gambar: Pixabay

Laduni.ID, Jakarta – “Al-Qur'an itu adalah ilmu, bukan hanya sekedar bacaan saja,” begitulah dawuh yang sering kita dengar waktu Syaikhona Maimoen Zubair masih berada di antara kita.

Sekarang Al-Qur'an itu hanya dianggap sebagai bacaan semata, bukan sebagai ilmu. Padahal Al-Qur'an adalah ayat-ayat yang jelas, yang diletakkan dalam dadanya orang-orang yang diberikan ilmu.

بَلْ هُوَ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ فِيْ صُدُوْرِ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَۗ وَمَا يَجْحَدُ بِاٰيٰتِنَآ اِلَّا الظّٰلِمُوْنَ

Artinya: “Sebenarnya, (Al-Qur'an) itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang yang berilmu. Hanya orang-orang yang zalim yang mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS. al-‘Ankabut: 49)

Ayat ini menjelaskan bahwa ilmu itu adalah yang ada dalam dadanya para ulama.

إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.” (Hadits Bukhari Nomor 98)

Berbeda dengan ilmu kesaktian atau kejadugan, ilmu ini bisa dicabut oleh orang yang kesaktiannya lebih tinggi. Seperti cerita dalam manaqib Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani.

Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani berkata, “Pemuda itu terbang di angkasa. Dalam hatinya ia berkata, ‘Di Baghdad tidak ada orang yang seperti diriku.’ Maka kesakitannya aku ambil.”

إنه مر في الهواء وقال في نفسه: ما في بغداد رجل مثلي فسلبته حاله

Oleh karena itu, Syaikh Abdul Qodir disebut sebagai Sallabul Ahwal.

أنا سلاب الأحوال، أنا بحر بلا ساحل

Syaikhona Maimoen Zubair pernah menjelaskan bahwa Al-Qur'an itu mengandung tujuh hal, diantaranya yaitu:

1. Tauhid (keesaan Allah)

2. Qoshosh (kisah-kisah)

3. Mauidloh atau Ibroh

4. Amr (perintah)

5. Nahy (larangan)

6. Bisyaroh (kabar gembira)

7. Nidzaroh (ancaman)

Oleh karena itu, dikatakan Sab'an Minal Matsani (tujuh yang diulang-ulang dengan metode yang berbeda-beda). Dalam kitab Al-Baijuri Hasyiyah kitab Fathul Qorib syarah kitab Taqrib disebutkan bahwa Al-Quran itu hanya terdiri dari sembilan huruf, yaitu:

ألا إنما القرآن تسعة أحرف * سأنبيكها في بيت شعر بلا ملل

حلال حرام محكم متشابه * بشير نذير قصة عظة مثل

1. Halal

2. Harom

3. Ayat yang Muhkam

4. Ayat Mutasyabih

5. Basyir (kabar gembira)

6. Nadzir (ancaman)

7. Qishoh (kisah)

8. Mauidloh

9. Matsal (perumpamaan)

Berikut satu ayat yang mengandung empat perkara penting, yaitu: Khobar (Qishoh), Amr, Nahy, dan Bisyaroh.

وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اُمِّ مُوْسٰٓى اَنْ اَرْضِعِيْهِۚ فَاِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَاَلْقِيْهِ فِى الْيَمِّ وَلَا تَخَافِيْ وَلَا تَحْزَنِيْ ۚاِنَّا رَاۤدُّوْهُ اِلَيْكِ وَجَاعِلُوْهُ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ

Artinya: “Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, ‘Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul.’” (QS. al-Qasa: 7)

Ayat itu mengandung dua kabar (Kalam Khobar), dua perintah (Amr), dua larangan (Nahy) dan dua kabar gembira (Bisyaroh).

1. Dua kabar itu adalah:

وأوحينا إلى أم موسى، فإذا خفت عليه

Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa. Dan apabila engkau khawatir terhadapnya.

2. Dua perintah itu adalah:

أن أرضعيه، فألقيه في اليم

Susuilah dia (Musa). Maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil).

3. Dua larangan itu adalah:

ولا تخافي، ولا تحزني

Dan janganlah engkau takut. Dan jangan (pula) bersedih hati.

4. Dua kabar gembira itu adalah:

إنا رادوه إليك، وجاعلوه من المرسلين

Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu. Dan menjadikannya salah seorang rasul.

Dan akhirnya mari kita bersyukur dengan mengucapkan:

الحمد لله الذي أكرمنا باتباع شريعة أفصح من نطق بالضاد

Oleh: Kanthongumur

Di tulis di Majlis Ta'lim Sabilun Najah, Kramatsari III, Pekalongan Barat


Editor: Daniel Simatupang