Gus Miftah: Jangan Sia-Siakan Orang Tua

 
Gus Miftah: Jangan Sia-Siakan Orang Tua
Sumber Gambar: Selasa Pahing, 16 Mei 2023 laduni.id (ft.Gus Miftah)

LADUNI.ID, Jakarta - KH.Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus Miftah lahir 5 Agustus 1981, di  Desa Adiluhur, Jabung, Lampung Timur Lampung.
Beliau merupakan keturunan ke-9 Kiai Ageng Hasan Besari, pendiri Pesantren Tegalsari di Ponorogo. 

Dalam Tausiyahnya beliau selalu mengingatkan kita semua agar  tidak menyia-nyiakan ibu, sebab ibu merupakan orang yang merawat dan membesarkan kita dari bayi hingga dewasa.
Gus Miftah mengatakan, ibu merupakan malaikat yang dikirim Allah SWT untuk melahirkan dan mengurus kita. "Saat kecil ibu selalu mengurus anaknya dengan tulus dan penuh cinta."
Tidak ada susksesnya seseorang tanpa ridhanya orangtua, tanpa restu mereka seorang anak hanya akan menjadi manusia gagal.

Dari  Sahabat Abdullah bin ’Amru radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

"Ridha Allah tergantung pada ridha orangtua dan murka Allah tergantung pada murka orangtua.” (HR. Imam Hakim, HR. Imam At-Tirmidzi, Imam At-Thabrani).
Orangtua merupakan manifestasi malaikat yang Allah SWT utus ke dunia.
Seorang anak wajib menghormati dan berbakti kepada mereka, khususnya ibu, sebab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda:
Dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ بِحُسْنِ صَحَابَتِى قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « ثُمَّ أَبُوكَ »

“Seorang pria pernah mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam lalu berkata, ‘Siapa dari kerabatku yang paling berhak aku berbuat baik?’ Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan, ‘Ibumu.’ Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan, ‘Ayahmu’.” (HR. Imam Bukhari dalam Kitab Adabul Mufrad, sanadnya hasan).

Orangtua bisa merawat dan membesarkan 10 anak dengan sabar, namun 10 orang anak belum tentu bisa merawat satu orangtua.
Orangtua dengan sabar menganti popok ketika tengah malam, orangtua dengan sabar menyapi anaknya yang nangis karena lapar, orangtua dengan sabar melakukan apa saja untuk anaknya.

Namun belum tentu anak sabar merawat orangtua, yang terjadi malah tanggungjawab merawat orangtua dilempar kepada orang lain, belum lagi ketika ketika anak laki-laki mendapat istri yang akhlaknya kurang baik terhadap mertua, dan istri berani mengatur suami.
Buruknya perilaku anak laki-laki kepada ibunya juga terkadang mendapat pengaruh dari istrinya, padahal walaupun sudah menikah seorang anak laki-laki tetap memiliki tanggungjawab berbakti dan merawat ibunya, sampai kapanpun.

Sahabat Ali Bin Abi Thalib mengatakan, kalau seandainya seorang anak berbuat baik 24 jam seumur hidupnya untuk kedua orangtunya, itu tidak bisa membalas jasa seorang ibu ketika melahirkanmu.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ahqaf 46:15,

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ اِحْسَانًا ۗحَمَلَتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۗوَحَمْلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰثُوْنَ شَهْرًا ۗحَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةًۙ قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ (١٥)

15. Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nimat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. (QS. Al-Ahqaf 46:15).

Allah SWT berfirman dalam QS. Luqman 31:14,

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ (١٤)

14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun [1181]. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. [1181] Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun. (QS. Luqman 31:14).

Gus Miftah juga menekankan pada kita semua agar seorang anak menghormati kedua orangtuanya. "Jika orangtua Anda sudah tua janganlah Anda membawanya ke panti jompo, rawatlah mereka sebagaimana mereka merawatmu sejak kecil,". 

Demikianlah Artikel tentang Jangan menyia-nyiakan orang tua, semoga bermanfaat dan selalu mengingatkan kita agar selalu berbakti kepada orang tua.

 

 

Sumber : Kitab Adabul Mufrad, Karya Imam Bukhari.
Vidio Dakwah Gus Miftah  Dilansir dari akun Instagram milik @gusmiftah

___________
Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada Kamis, 2 September 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan.

Editor : Sandipo

Selasa Pahing, 16 Mei 2023
Selasa     : 3
Pahing     : 9