Gus Nadir: Cara-Cara Dialog yang Mengundang Permusuhan Harus Dihindari

 
Gus Nadir: Cara-Cara Dialog yang Mengundang Permusuhan Harus Dihindari
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Ketika mengutus Nabi Musa dan Nabi Harun untuk bertemu Fir’aun, Allah menitipkan pesan yang luar biasa kepada keduanya.

“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, Sesungguhnya Dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Thaha: 43-44)

Allah memerintahkan kedua utusan-Nya itu untuk berdialog menyampaikan pesan ilahi dengan cara yang lembut, santun dan tidak mentang-mentang. Tidak langsung pukul, mencak-mencak (berlagak) gak karuan, langsung pakai dalil, menutup argumen lawan bicara. Fir'aun adalah sosok yang paling ingkar. Dalam ayat lain, dia (Fir'aun) menyebut dirinya sebagai Tuhan (Ana robbukumul a'la/aku adalah tuhan kamu yang maha tinggi).

Kita yang bukan nabi, tidak selayaknya berdialog dengan cara yang keras. Lawan bicara kita pun pasti bukan orang yang seingkar Fir'aun.

Cara itu penting. Jika pun orang tidak menerima kebenaran yang kita bawakan, bukan berarti harus bermusuhan, menyalah-nyalahkan dengan keras, mencak-mencak yang justru kita terlihat sombong.

Tidak sama keyakinan bukan berarti harus bermusuhan. Yang sekarang baik belum tentu akhirnya baik. Yang sekarang jelek, belum tentu akhirnya jelek. Maka cara-cara dialog yang mengundang permusuhan harus dihindari.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN