Cara Supaya Bercahaya Ala Imam Al-Ghazali

 
Cara Supaya Bercahaya Ala Imam Al-Ghazali
Sumber Gambar: Ilustrasi/Pixabay

Laduni.ID, Jakarta – Glow Up tak hanya soal wajah, tapi juga kebersihan hati dan jiwa akan terpancar dari kecantikan akhlak. Kita bisa mengadopsi konsep تزكية النفس yang dicetuskan oleh Al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin. Tazkiyatun nafs berarti mensucikan diri dari berbagai kecenderungan buruk, tercela dan hewani serta menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji dan malakuti. Proses yang dilalui dalam tazkiyatun nafs adalah takhalliyat al-nafs, tahalliyat al-nafs, tajalliyat.

Jangan salah, tentu ada tahapannya, persis seperti pemakaian Skincare.

1. Takhalliyat al-Nafs

Disebut juga takhalliyat as-siir yang berarti pengosongan jiwa dari akhlak tercela, pengosongan jiwa dari segenap pikiran yang akan mengalihkan perhatian dari dzikir dan ingat kepada Allah SWT. Seperti pemakaian skincare pada wajah. Takhalliyat ini adalah penggunaan milk-cleanser dan facial-soap yang berfungsi membersihkan kotoran-kotoran yang menempel pada wajah (sebelum merias kebaikan, perlu untuk membersihkan hati dulu).

2. Tahalliyat an-Nafs

Ialah pengisian jiwa dengan sifat-sifat terpuji sesudah mengosongkannya dari sifat-sifat tercela (takhalliyat al-nafs). Ibarat seperti tahap penggunaan toner, moisturizer, sunscreen, dan lain-lain yang berfungsi merias wajah agar tampak lebih glowing (setelah hati kosong dari sifat-sifat tercela, barulah di isi dengan sifat-sifat mahmudah).

3. Tajalliyat

Adalah tersingkapnya hijab yang membatasi manusia dengan Allah SWT, sehingga nyata, terang cahaya, dan kebesaran Allah dalam jiwa. Dengan mudah, jiwa akan menerima Nur Ilahi berupa hidayah dan ma’unah dari Allah SWT untuk senantiasa bersikap terpuji dan berakhlak mulia dalam hidup sehari-hari. Dalam hal ini, tajalliyat ibarat penggunaan skincare pada wajah. Tajalliyat/tajalli ini adalah fase Glow Up dari seseorang yang rutin menggunakan skincare secara teratur (munculnya kebiasaan baru ini bukanlah hal yang ujug-ujug, melainkan lahir dari proses yang panjang yang bernama istiqomah).

Proses tazkiyatun nafs dalam tarekat ini mengikuti filsafat kimiya al-sa’adah. Filsafat ini mendasarkan teorinya pada prinsip peleburan logam. Bahwa jiwa adalah ibarat biji logam, atau batu permata. Ia merupakan bahan baku yang masih perlu dilebur, dibentuk dan dibersihkan. Untuk menjadikan logam sebagai sebuah perhiasan yang berharga, maka terlebih dahulu harus dilebur dengan bahan kimia atau dengan panas (suhu) yang tinggi. Dalam waktu sangat lama, ia membutuhkan seorang pengrajin yang ahli dan telaten (sabar), serta memiliki seni tinggi.

Untuk menjadikan jiwa yang baik dan bernilai tinggi, jiwa perlu dilebur dengan bahan kimia atau dipanaskan dengan api, sehingga kotoran dan karat-karatnya terlepas. Maka tampaklah kecemerlangan logam mulia (emas). Lebih dari itu, ia tetap masih perlu (wajib) ditempa dan dibentuk dengan keinginan pengrajinnya, yaitu mursyid; harus selalu dibersihkan agar senantiasa cemerlang.

Oleh: Salman Akif Faylasuf


Editor: Daniel Simatupang