Ustaz Ma’ruf Khozin: Semua Ulama Membagi Bid’ah

 
Ustaz Ma’ruf Khozin: Semua Ulama Membagi Bid’ah
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Selepas perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang selalu diselenggarakan tiap Bulan Rabiul Awal, banyak sebagian dari umat Muslim yang menganggap perayaan tersebut adalah bid’ah, yang mana pelakunya adalah sesat.

Tidak hanya itu, bahkan amaliyah yang biasa dikerjakan oleh umat Islam yang berfaham Ahlussunnah wal Jamaah pun tak luput dari sebutan bid’ah.

Ustaz Ma’ruf Khozin, Ketua Aswaja Center PWNU Jawa Timur menanggapi pemahaman yang keliru tersebut melalui unggahan Facebook terbarunya, Selasa (26/10).

Beliau menguti hadis yang menjadi dasar bahwa sesuatu yang tidak dikerjakan oleh Nabi SAW adalah bid’ah, berikut hadisnya:

ﺃﻻ ﻭﺇﻳﺎﻛﻢ ﻭﻣﺤﺪﺛﺎﺕ اﻷﻣﻮﺭ، ﻓﺈﻥ ﺷﺮ اﻷﻣﻮﺭ ﻣﺤﺪﺛﺎﺗﻬﺎ، ﻭﻛﻞ ﻣﺤﺪﺛﺔ ﺑﺪﻋﺔ، ﻭﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ

“Ketahuilah, jauhi oleh kalian perkara-perkara yang baru. Karena seburuk-buruk perkara adalah sesuatu yang baru. Tiap-tiap suatu yang baru adalah bid’ah. Dan tiap-tiap bid’ah adalah sesat.” (HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan sebagainya)

Hadis tersebut biasa digunakan oleh kelompok Islam di luar Ahlussunnah wal Jamaah untuk membid’ahkan amaliyah yang biasa dikerjakan. Mereka menolak amaliyah Ahlussunnah yang dianggap sesuatu yang baru, sesuatu yang tak pernah Nabi SAW lakukan. Misalnya saja Maulid Nabi, para ulama Ahlussunnah menilai perayaan Maulid merupakan bid’ah hasanah, sebuah tradisi yang bila dikerjakan pelakunya mendapatkan pahala, sebab dalam Maulid terdapat pembacaan shalawat dan doa.

Syekh bin Baz ternyata membagi bid’ah menjadi dua:

البدعة تنقسم إلى: بدعة دينية، وبدعة عادية

“Bid’ah terbagi menjadi dua, bid’ah agama dan bid’ah tradisi.” (Fatawa Al-Lajnah ad-Daimah 4/93)

Syekh Albani mengistilahkan  id’ah dengan dua bentuk:

اﻟﺒﺪﻋﺔ اﻟﻠﻐﻮﻳﺔ واﻟﺒﺪﻋﺔ اﻟﺸﺮﻋﻴﺔ

“Bid’ah secara bahasa dan bid’ah secara syar'i.” (Silsilah Dhaifah, 14/26)

Syekh Ibnu Utsaimin lebih detail lagi mengistilahkan bid’ah menjadi dua:

ﺑﺪﻋﺔ اﻋﺘﺒﺎﺭﻳﺔ ﺇﺿﺎﻓﻴﺔ، ﻭﺑﺪﻋﺔ ﻣﻄﻠﻘﺔ ﺇﻧﺸﺎﺋﻴﺔ

“Bid’ah i'tibariyah idhafiyyah dan bid’ah mutlaqah insyaiyyah.” (Majmu' Fatawa Wa Rasail 5/250)

“Saya lebih percaya kepada ulama yang lebih kredibel dan disampaikan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar,” tulis Ustaz Ma’ruf Khozin.

Al-Hafidz Ibnu Hajar membagi bid’ah menjadi dua, yaitu:

ﻗﺎﻝ اﻟﺸﺎﻓﻌﻲ اﻟﺒﺪﻋﺔ ﺑﺪﻋﺘﺎﻥ ﻣﺤﻤﻮﺩﺓ ﻭﻣﺬﻣﻮﻣﺔ ﻓﻤﺎ ﻭاﻓﻖ اﻟﺴﻨﺔ ﻓﻬﻮ ﻣﺤﻤﻮﺩ ﻭﻣﺎ ﺧﺎﻟﻔﻬﺎ ﻓﻬﻮ ﻣﺬﻣﻮﻡ

“Bid’ah (sesuatu yang baru) itu ada dua; terpuji dan tercela. Jika sesuatu yang baru sesuai dengan sunah maka terpuji. Jika bertentangan dengan sunah maka tercela.”

Dalam riwayat lain Imam Syafi'i berkata:

اﻟﻤﺤﺪﺛﺎﺕ ﺿﺮﺑﺎﻥ ﻣﺎ ﺃﺣﺪﺙ ﻳﺨﺎﻟﻒ ﻛﺘﺎﺑﺎ ﺃﻭ ﺳﻨﺔ ﺃﻭ ﺃﺛﺮا ﺃﻭ ﺇﺟﻤﺎﻋﺎ ﻓﻬﺬﻩ ﺑﺪﻋﺔ اﻟﻀﻼﻝ ﻭﻣﺎ ﺃﺣﺪﺙ ﻣﻦ اﻟﺨﻴﺮ ﻻ ﻳﺨﺎﻟﻒ ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﻓﻬﺬﻩ ﻣﺤﺪﺛﺔ ﻏﻴﺮ ﻣﺬﻣﻮﻣﺔ اﻧﺘﻬﻰ

“Perkara baru ada dua, bila perkara baru bertentangan dengan Qur'an, hadis, riwayat Sahabat atau ijma', maka ini adalah Bid’ah yang sesat. Jika sesuatu yang baru ternyata sesuatu yang baik (dan) tidak bertentangan dengan Qur'an, hadis, riwayat Sahabat atau ijma' maka ini adalah Bid’ah yang tidak tercela.” (Fathul Bari 13/253)

Disadur dari Ustaz Ma’ruf Khozin


Editor: Daniel Simatupang