Kiai Abdul Wahab Ahmad: Membuang Sawah Memungut Butiran Tanah

 
Kiai Abdul Wahab Ahmad: Membuang Sawah Memungut Butiran Tanah
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Ada seseorang yang menulis panjang lebar untuk membuktikan bahwa Candi Borobudur buatan Nabi sulaiman. Berbagai detail kecil dicari lalu dirangkai agar terlihat cocok lalu dicocok-cocokkan. Padahal semua bisa melihat langsung bahwa itu adalah candi Budha yang memuat banyak sekali stupa Budha.

Reliefnya jelas terlihat mengisahkan ajaran Budha. Susunannya, bentuknya, lokasinya, waktu berdirinya dan semua informasi dasar mengenai Candi ini sama sekali tidak merujuk pada sosok Nabi Sulaiman bin Daud dan ajaran Tauhid yang dibawa beliau. Tapi fakta-fakta seterang itu pun diabaikan demi memilih serpihan data untuk dicocok-cocokkan.

Kejadian yang sama berlaku pada sebagian penafsir al-Qur'an modern. Ada yang menulis panjang lebar untuk membuktikan bahwa dalam al-Qur'an ada indikasi yang mendukung kesimpulan filsafat perenial bahwa semua agama pada dasarnya sama-sama jalan keselamatan yang hanya berbeda pada aspek luar tetapi mempunyai inti yang sama dan menuju pada Tuhan yang sama. Ayat al-Baqarah: 62, al-Maidah: 69 dan al-Hajj: 17 adalah yang paling sering dibawa-bawa untuk kepentingan ini.

Agar terlihat cocok dengan ide mereka, seabrek ayat lain yang menegaskan bahwa hanya islam agama yang diterima Allah dan bahwa non-muslim akan masuk neraka bahkan kekal di dalamnya diabaikan begitu saja. Rukun iman dan rukun islam seolah tidak pernah ada.

Berbagai hadis yang menjelaskan siapa yang masuk surga dan siapa yang masuk neraka dilupakan dengan sengaja. Celaan al-Qur'an pada sesembahan selain Allah seolah tidak pernah tertulis. Dakwah panjang 23 tahun yang dilakukan Nabi Muhammad hingga menempuh berbagai peperangan untuk menjelaskan bahwa agama Islam adalah satu-satunya agama yang diridai Allah seolah tidak pernah terjadi.

Mereka itu bagaikan petani yang membuang Sawah demi memungut butiran tanah yang berjatuhan dari sandal-sandal pejalan kaki. Tidak perlu mengoleksi gelar akademik yang panjang untuk tahu kesalahan nalar semacam ini.

Semoga bermanfaat.

Oleh: Kiai Abdul Wahab Ahmad


Editor: Daniel Simatupang