Prespektif Psikologi tentang ‘Titik Koma’ dan Ilmu Kalam

Laduni.ID, Jakarta – Akhir-akhir ini kita kerap kali melihat atau menemukan lambang titik koma yang beredar di dunia maya. Awalnya filosofi adanya titik koma sebagai tanda baca merupakan simbol yang tepat untuk mereka yang tenggah berjuang, namun berbeda dengan prespektif dari seorang penulis yang memahami bahwa titik koma digunakan ketika seorang penulis bisa memilih untuk mengakhiri kalimat, tapi mereka memilih untuk tidak mengahiri pembahasan sampai di situ.
Terdapat berbagai makna dan arti dari dua goresan kecil yang awalnya dianggap remeh, namun sekarang lebih dianggap memiliki makna yang universal berkat seorang perempuan bernama Amy Bluel.
Karena kisah perjuangannya mengatasi depresi setelah ayahnya meninggal bunuh diri, suatu hari ia tersadar dan mempunyai keinginan untuk mengenang ayahnya sekaligus menumbuhkan kesadaran terhadap kasus kesehatan mental. Dengan mengikuti Project Semicolon, Amy bisa melakukan dua hal tersebut.
UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN
Support kami dengan berbelanja di sini:
Memuat Komentar ...