Ini Amalan yang Bisa Dibaca Antara Shalat Sunnah Qobliyah Subuh dan Shalat Subuh

 
Ini Amalan yang Bisa Dibaca Antara Shalat Sunnah Qobliyah Subuh dan Shalat Subuh
Sumber Gambar: Ilustrasi/Pexels

Laduni.ID, Jakarta – Wirid atau dzikir adalah amalan sunnah yang dapat dilakukan kapan saja dan pada kesempatan apapun. Termasuk ketika sedang melakukan aktivitas lain, seseorang masih dapat melafadzkan dzikir dengan mudah.

Berdzikir biasanya dilakukan setelah menunaikan ibadah shalat lima waktu, walau tidak jarang dilakukan pula pada pagi dan sore hari. Namun, Imam Nawawi dalam karyanya yang berjudul Al-Adzkar: Doa dan Dzikir dalam Al-Quran dan Sunnah sangat menganjurkan seseorang berdzikir kepada Allah setelah melaksanakan ibadah Shalat Subuh.

مَن صلى الغداة في جماعة، ثم قعد يذكر الله حتى تطلع الشمس، ثم صلى ركعتين، كانت له كأجر حجة وعمرة تامة، تامة، تامة

“Barang siapa yang sholat subuh berjamaah, kemudian dia duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lantas sholat dua rakaat, maka baginya seperti pahala haji dan umroh, yang sempurna, sempurna, sempurna.”

Gus Dewa dalam unggahan Facebooknya (4/1/2022), memberikan sebuah amalan wirid yang salah satu fadhilahnya dapat meluaskan rezeki lahir dan batin.

(ﻓﺎﺋﺪﺓ ﺃﺧﺮﻯ) ﻭﺭﺩﺕ ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ - ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻓﻲ ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﺻﺤﻴﺤﺔ ﻛﺜﻴﺮﺓ، ﺃﻣﺮ ﺑﻬﺎ ﺑﻌﺾ ﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﻟﺘﻮﺳﻌﺔ اﻟﺮﺯﻕ، ﻗﺎﻝ ﺑﻌﺾ اﻟﻌﺎﺭﻓﻴﻦ: ﻭﻫﻲ ﻣﺠﺮﺑﺔ ﻟﺒﺴﻂ اﻟﺮﺯﻕ اﻟﻈﺎﻫﺮ ﻭاﻟﺒﺎﻃﻦ، ﻭﻫﻲ ﻫﺬﻩ: ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ اﻟﻠﻪ اﻟﻤﻠﻚ اﻟﺤﻖ اﻟﻤﺒﻴﻦ، ﻛﻞ ﻳﻮﻡ ﻣﺎﺋﺔ ﻣﺮﺓ.

ﺳﺒﺤﺎﻥ اﻟﻠﻪ ﻭﺑﺤﻤﺪﻩ، ﺳﺒﺤﺎﻥ اﻟﻠﻪ اﻟﻌﻈﻴﻢ، ﺃﺳﺘﻐﻔﺮ اﻟﻠﻪ، ﻛﻞ ﻳﻮﻡ ﻣﺎﺋﺔ ﻣﺮﺓ. ﻭاﺳﺘﺤﺴﻦ ﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ اﻷﺷﻴﺎﺥ ﺃﻥ ﺗﻜﻮﻥ ﺑﻴﻦ ﺳﻨﺔ اﻟﺼﺒﺢ ﻭاﻟﻔﺮﻳﻀﺔ، ﻓﺈﻥ ﻓﺎﺗﺖ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻓﺒﻌﺪ ﺻﻼﺓ اﻟﺼﺒﺢ ﻭﻗﺒﻞ ﻃﻠﻮﻉ اﻟﺸﻤﺲ، ﻓﺈﻥ ﻓﺎﺗﺖ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻓﻌﻨﺪ اﻟﺰﻭاﻝ.  ﻓﻼ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻟﻠﻌﺒﺪ ﺃﻥ ﻳﺨﻠﻲ ﻳﻮﻣﻪ ﻋﻨﻬﺎ.

Wirid tersebut diambil dari salah satu kitab fenomenal karya Sayyid Abu Bakri bin Muhammad Zainal Abidin Syatha, yaitu Kitab I’anatut Thalibin. Berikut amalannya:

ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ اﻟﻠﻪ اﻟﻤﻠﻚ اﻟﺤﻖ اﻟﻤﺒﻴﻦ ١٠٠ ×

ﺳﺒﺤﺎﻥ اﻟﻠﻪ ﻭﺑﺤﻤﺪﻩ، ﺳﺒﺤﺎﻥ اﻟﻠﻪ اﻟﻌﻈﻴﻢ، ﺃﺳﺘﻐﻔﺮ اﻟﻠﻪ ١٠٠ ×

Wirid ini lebih afdhal dibaca di antara shalat sunnah Qobliyah Subuh dan Shalat Subuh, namun jika tak sempat, maka dapat dibaca setelah melaksanakan Shalat Subuh, sebelum matahari terbit. Para masyayikh sangat memandang baik amalan tersebut, saking baiknya, seseorang juga dapat mengamalkannya sebelum matahari tergelincir. Maka sebaiknya seorang hamba tidak meninggalkan hari-harinya dari amalan tersebut.

Sumber: Kitab I'anatut Tholibin juz 1 hal 186-187.
Disadur dari Gus Dewa


Editor: Daniel Simatupang