Antara Menulis dan Peluru

 
Antara Menulis dan Peluru
Sumber Gambar: Foto ist

Laduni.ID, Jakarta – “Dengan membaca kita akan mengenal dunia sementara dengan menulis kita akan dikenal dunia”

Budaya literasi khususnya tulis menulis sudah mulai menghilang pada masyarakat kita hari ini khususnya generasi muda. Padahal jika kita telusuri sejarah masa lalu bangsa ini memiliki budaya literasi atau tulis menulis yang sangat tinggi, bahkan salah satu senjata untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini salah satunya adalah menulis.

Tokoh-tokoh perjuangan indonesia dahulu hampir semua dari mereka menulis apakah itu tokoh nasionalis seperti soekarno, moh.hatta, moh.yamin maupun dari kalangan ulama seperti Moh.natsir, buya hamka serta banyak lagi tokoh-tokoh lainnya.

Mereka menulis, menuliskan kegelisahannya terhadap kondisi negeri disaat itu, menorehkan gagasan dan cita-citanya terhadap masa depan bangsa, menuliskan suara-suara perlawanan yang tertawan. Tak dipungkiri menulis adalah senjata perlawanan yang sangat efektif bahkan sangat ditakuti oleh penjajah. Tak sedikit para tokoh dan ulama yang dipenjara gegara tulisannya yang membuat merah kuping musuh.

Kata ulama mesir sayyid quthb: “Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, namun satu telunjuk (baca : menulis) bisa menembus jutaan kepala” .

Benar memang hanya dengan satu tulisan kita bisa menyampaikan inspirasi dan gagasan kita kepada banyak orang, ratusan, ribuan, bahkan jutaan. Kalau kita lihat ulama-ulama zaman dulu semisal imam syafii, imam al-ghazali, ibnu katsir, ibnu attaimiyyah serta ulama-ulama besar lainnya menyampaikan dakwahnya lewat kitab-kitab yang disusun tebal dan sampai saat ini masih bisa kita jumpai dan serap ilmunya.

Siapa saja bisa menulis dan siapa saja semestinya menulis termasuk anda, karena dengan menulis sangat banyak manfaat yang kita dapatkan salah satu manfaat utama dari menulis adalah menginspirasi orang lain, coba bayangkan jika satu tulisan kita menginspirasi orang lain untuk berbuat kebaikan tentu akan menjadi “passive pahala” untuk kita atau sering juga disebut sebagai amal jariyah.

Kemajuan teknologi semestinya menjadi sarana bagi kita untuk bisa menulis apakah melalui laptop, gadget ataupun apapun itu, jangan sampai gadget yang kita miliki hanya kita gunakan untuk bermain game yang tak mengenal waktu, stalking status teman di berbagai sosial media, berdebat saling hina dan caci di sosial media, sangat sayang sekali rasanya jika gadget kita hanya gunakan untuk hal-hal mubazir tersebut.

Apa yang akan saya tulis?, hmm, ini memang menjadi pertanyaan favorit setiap orang ketika disuruh menulis, bingung mau menulis apa?. Begini saudariku, 24 jam waktu yang Allah anugrahkan dalam sehari pada kita kita lalui dengan beragam aktivitas, dalam waktu 24 jam juga kita melihat dan menyaksikan berbagai macam fenomena, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi tak terhitung dan tercatat apa saja yang kita lakukan, apa saja yang kita lihat, apa saja yang kita dengar, apa saja yang kita gelisahkan, apa saja yang menjadi harapan kita dan masih banyak lagi hal-hal lainnya.

Nah, dari sekian banyak hal-hal diatas itu adalah sumber-sumber berharga untuk menjadi tulisan kita, oke, sekarang kita ambil contoh, suatu pagi kita bangun kesiangan yang menyebabkan kita telat shalat subuh, telat datang ke kampus sehingga kena marah sama dosen dikampus. Nah kejadian ini bisa kita jadikan tulisan dengan judul “Tips agar bangun tidak kesiangan”. Atau mungkin diperjalanan kita bertemu dengan motor ugal-ugalan yang akhirnya menyenggol angkot yang kita tumpangi, alhasil pak sopirnya bereaksi mengeluarkan kata-kata ajaibnya semua nama-nama binatang disebut hehe. Ini bisa lagi kita jadikan bahan tulisan kita misal dengan judul “Belajar sabar dari sopir angkot.

Intinya banyak sekali hal-hal menarik yang bisa kita jadikan sebagai sumber dari tulisan kita.
Setelah menemukan idenya maka tugas kita adalah menulis, menulis, menulis dan menuliskannya, jangan hiraukan seperti apa kalimatnya yang penting tuliskan. Awal-awal mungkin tulisan kita tidak enak dibaca, namun seiring berjalannya waktu jika kita terus melatihnya tentu akan semakin baik dan semakin indah dibaca. Dan yakinlah setiap kalimat yang anda goreskan akan memberikan manfaat bagi setiap yang membacanya, maka disaat itulah anda akan merasakan kebahagiaan yang tak terkira.


Editor: Nasirudin Latif