Memahami Hadis Perintah Perang

 
Memahami Hadis Perintah Perang
Sumber Gambar: dok. pribadi/FB Fahrizal Fadhil

Laduni.ID, Jakarta – Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam diutus sebagai kasih sayang untuk alam semesta. Membawa ajaran yang penuh dengan cinta dan kasih sayang, tanpa kekerasan dan juga pemaksaan. Ini adalah konsep penting yang harus ditanamkan di awal.

Kemarin waktu pergi ke pameran buku terbesar di Afrika, saya tidak banyak membeli buku. Hanya mampir ke Stand Al-Azhar dan beberapa stand yang saya rasa tidak ada di belakang kuliah. Salah satu buku yang terbeli di Al-Azhar berjudul Al-Inhiraf fi Fahmi Al-Sunnah 'Inda Al-Jama'at Al-Mutasyaddidah. Kitab karya Syekh Aiman Al-Hajjar yang membahas tentang hadis-hadis yang disalah pahami oleh para ekstrimis, sehingga mereka berani menumpahkan darah umat muslim dengan menggunakan tameng hadis.

Ada banyak sebab yang membuat pikiran mereka menjadi cacat, di antara belasan sebab yang disebut oleh Syekh Aiman dalam bukunya, menurutku ada dua sebab yang sangat berpengaruh terhadap munculnya pemikiran ekstrimis; tidak memahami bahasa dan penggunaan kalimat tertentu dalam bahasa Arab, dan tidak memiliki guru yang memberikan manhaj yang benar dalam memahami Nash Al-Quran dan hadis.

Tidak memahami bahasa Arab akan membuat mereka menjadi orang yang buta dalam membaca. Iya, mereka dapat membaca huruf tapi tidak dengan maknanya. Akhirnya mereka menjadi tekstualis yang fanatik. Tidak memiliki guru yang memberikan manhaj dalam memahami Nash akan membuat mereka mengedepankan hawa nafsu dalam mengutip ayat dan hadis. Dalil yang sesuai dengan bisnis mereka, akan mereka setujui, adapun yang lain akan mereka hempaskan begitu saja.

Misalnya saja dalam hadis riwayat Sayyidina 'Umar, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لا إله إلا الله وأن محمدًا رسول الله، ويقيموا الصلاة، ويؤتوا الزكاة، فإذا فعلوا ذلك عصموا مني دماءهم وأموالهم  الا بحق الإسلام وحسابهم على الله.

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Jika mereka sudah melakukan hal itu, maka darah dan harta mereka terjaga kecuali apa yang berkaitan dengan hak Islam, dan perhitungannya pada Allah.”

Para ekstrimis akan memahami hadis ini dengan memerangi orang yang tidak beriman, dan orang yang memiliki penyakit Islam phobia beranggapan bahwa islam tersebar karena sebab pedang yang terangkat. Padahal nyatanya tidak seperti itu.

Sebelum menjelaskan maknanya, biasanya para ulama akan mengumpulkan semua riwayat hadis agar dapat memahami hadis secara utuh. Karena biasanya pada riwayat lain ada tambahan lafaz atau pengurangan. Dan ini menjadi pertimbangan.

Hadis yang disebutkan di atas, diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Iman dan diriwayatkan oleh Muslim juga dalam kitab Iman. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya, namun dengan penambahan kalimat:

ثم قرأ (فذكر إنما أنت مذكر ٭ لست عليهم بمصيطر).

Setelah menyebutkan hadis di atas, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kemudian membaca, “Berikanlah peringatan (wahai Muhammad) karena sesungguhnya engkau hanya memberikan peringatan. Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.”

Tambahan dalam Musnad Imam Ahmad ini menjadi penting karena akan menjelaskan tujuan dakwah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, yaitu mengingatkan manusia, tanpa menghakimi pilihan mereka. Karena sebatas mereka tidak beriman, bukan berarti itu menjadi legalisasi untuk memerangi mereka.

Setelah riwayat sudah dikumpulkan, baru ulama menjelaskan setiap kalimat pada hadis. Pertama kali yang harus difahami adalah objeknya, dalam hadis ini kalimat An-Nas. Para ulama memahami Alif Lam dalam kalimat tersebut memberikan makna lil ahdi bukan lil jinsi, artinya objek yang diperangi adalah sekelompok manusia tertentu, bukan semua manusia yang tidak beriman.

Landasan pemahaman tersebut adalah kehidupan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Saat beliau sedang berada di Madinah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam hidup berdampingan dengan beberapa masyarakat Yahudi, dan Rasulullah tidak pernah memerangi mereka meskipun mereka tidak beriman. Ini memberikan artian bahwa makna hadis di atas bukan untuk semua orang yang tidak beriman.  

Kalimat selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah kalimat (أقاتل). Syekh Muhammad Sa'id Ramadhan Al-Buthi dalam salah satu bukunya memberikan penjelasan terhadap perbedaan kalimat (أقاتل) yang digunakan oleh hadis tersebut dan kalimat (أقتل). Kalimat yang digunakan oleh hadis maknanya adalah menjawab serangan musuh, jika orang yang tidak beriman menyerang terlebih dahulu, maka umat muslim akan menyerang kembali sebagai pertahanan diri. Sedangkan kalimat kedua (أقتل) maknanya adalah membunuh atau menyerang tanpa sebab, dan ini tidak digunakan oleh hadis.

Maka jika disimpulkan, makna hadis tersebut mengarah kepada sekelompok manusia tertentu yang tidak beriman dan mereka menyerang umat muslim terlebih dahulu. Barulah umat muslim akan menyerang balik sebagai perlindungan diri, dan peperangan akan berhenti jika mereka mau mengucap syahadat, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat.

Faidah dari kitab Al-Inhiraf fi Fahmi Al-Sunnah 'Inda Al-Jama'at Al-Mutasyaddidah karya Syekh Aiman Al-Hajjar.

Kamis, 3 Februari 2022
Oleh: Gus Fahrizal Fadil


Editor: Daniel Simatupang