Biografi KH. Nuril Arifin Husein (Gus Nuril)

 
Biografi KH. Nuril Arifin Husein (Gus Nuril)
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi

1          Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Riwayat Keluarga

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Mengembara Menuntut Ilmu
2.2       Guru-guru Beliau
2.3       Mendirikan dan Mengasuh Pesantren

3          Penerus Beliau
3.1       Murid-murid Beliau

4          Organisasi, dan Karier
4.1       Riwayat Organisasi
4.2       Karier Beliau

5         Metode Dakwah Beliau
5.1       Dakwah Berbasis Multikultural

6        Referensi

7        Chart Silsilah Sanad

 

1  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1  Lahir
KH. Nuril Arifin Husein akrab dipanggil Gus Nuril. Lelaki kelahiraan asal Ujungpangkah Kulon, Gresik, 12 Juli 1959 beliaui adalah seorang pecinta Gus Dur sejati.

1.2  Riwayat Keluarga
Istri dari Gus Nuril bernama Hj. Dina Supriyanti, S.Sos. dan mempunyai empat anak bernama Muhammad Mustofa Mahendra, S.E. Kartika Dewi Ayu Sabrina, S.Kom. Layung Astri Nurul Azizah, S,Pd. Farah Candra Ardina, Am.Keb.

2  Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau

2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
KH. Nuril Arifin Husein adalah sosok tokoh kyai yang sangat antusias dalam menimba ilmu agama pada masa mudanya. Ilmu agama yang didapatkan dari beberapa kyai, Gus Nurilmenekuni dengan serius dan mendalam, sehingga dapat menjadi seorang kyai Pondok Pesantren yang pernah menjadi tempat nyantri Gus Nuril, diantaranya:
1) Pondok Pesantren Assahadatein di Subang yang diasuh oleh Kyai Ahmad.
2) Pondok Pesantren Sunan Kali Jaga di Malang Jawa Timur yang diasuh oleh Gus Nur Salim.
3) Gus Nuril juga pernah menjadi santri kalong dibeberapa kyai diantaranya:
   Belajar dari banyak kyai secara langsung diantaranya:
1. Gus Jogo Reso di Muntilan pada tahun 1987 samapai tahun 1989.
2. Gus Nur Salim di Malang pada tahun 1987 samapai tahun 1989
3. Gus Ali di Sidoarjo pada tahun 1988.
4. Mbah Kholil Sonhaji di Purwodadi pada tahun 1989.
5. Mbah Nur Moga di Pemalang pada tahun 1990 sampai 1993.
6. Kyai Abdul Aziz di Salatiga pada tahun 1995.

2.2  Guru-guru Beliau
Belajar dari banyak kyai secara langsung diantaranya:
1. Kyai Ahmad
2. Gus Nur Salim
3. Gus Jogo Reso
4. Gus Nur Salim
5. Gus Ali
6. Mbah Kholil Sonhaji
7. Mbah Nur Moga
8. Kyai Abdul Aziz

2.3  Mendirikan dan Mengasuh Pesantren

Beliau adalah pendiri dan mengasuh pondok pesantren Soko Tunggal. Pondok Pesantren Soko Tunggal terwujud sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah dengan Rahman dan Rahimnya telah memberikan kehidupan berupa sumber rizki serta ilmu yang disebarluaskan dengan sarana mencapai kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.

KH. Nuril Arifin Husein memberikan nama Soko Tunggal mempunyai tujuan agar masyarakat khususnya santri menyadari bahwa semua umat di muka bumi ini berasal dari ciptaan Allah SWT. Allah menciptakan manusia berbangsa-bangsa, bersuku-suku untuk saling mengenal bukan untuk saling bermusuhan. Terkait dengan perbedaan agama menurut paradigma Gus Nuril semua agama itu berasal dari Allah SWT, mengenai kebenaran masing-masing agama tersebut tidak perlu dipermasalahkan, biarlah menjadi urusan Allah SWT.

Jika ada penyimpangan ajaran agama maka hal itu biar menjadi tanggung jawab orang itu sendiri. Islam adalah agama yang rahmatan lil a’lamin jadi memang sewajarnya bahwa agama Islam memberikan rahmat bagi umat seluruh alam agar tercapai kemaslahatan dalam hidup.

3  Penerus Beliau

3.1  Murid-murid Beliau
1) Eko Mulyono
2) Wahyu Setiawan
3) Wahyu Permana
4) Ahmad Zainuri
5) Bejo
6) Zaky
7) Abdul Aziz
8) Habib Ulinuha
9) Maulana
10) Nur Muhammad
11) Wagiman Dwi Eko P
12) Gusti
13) Badrul Ulum
14) Gilang
15) Dohan
16) Kasiran
17) Nanang Firmansyah

4  Organisasi, Karier dan Karya

4.1  Riwayat Organisasi
1. Sebagai ketua Forkhagama pada tahun 17 Desember 2015 sampai sekarang.
2. Gus Nuril juga menjabat sebagai pengurus KNPI Jawa Tengah padatahun 1984 dan tahun 1985
3. Menjadi pengurus Ansor Jawa Tengah tahun 1992.
4. Dewan Pendekar Ikatan Pencak Silat Pagar Nusa pada tahun 2013.
4.2  Karier Beliau
Pengasuh pesantren Soko Tunggal

5  Metode Dakwah Beliau

5.1  Dakwah Berbasis Multikultural
Dengan komitmennya yang penuh terhadap Indonesia yang multikultural, Gus Nuril muncul sebagai tokoh yang sangat kontroversi. Gus Nuril dikenal sebagai sosok pembela yang benar dan berani berbicara dan berkata yang sesuai dengan pemikiran Gus Nuril, meskipun akan berseberangan dengan banyak orang. Apakah itu kelompok minoritas atau mayoritas. Pembelaannya kepada kelompok minoritas dirasakan sebagai suatu hal yang berani. Sehingga beliau malah dituduh lebih dekat dengan kelompok minoritas daripada komunitas mayoritas muslim sendiri.

Apabila kita menilaipada pemikirannya, maka akan kita dapatkan bahwa sebagian besar pendapatnya jauh dari interes politik pribadi atau kelompoknya. Ia berani berdiri didepan untuk kepentingan orang lain atau golongan lain yang diyakninya benar. Malah sering seperti berlawanan dengan suara kelompoknya sendiri.

Dalam wawancara dengan Gus Nuril, bahwa dakwah yang disampaikan di Gereja dan Masjid Gus Nuril selalu menerapkan cinta damai atas Negara yang berlandaskan Pancasila dan bhineka tunggal ika. Kesatuan Negara yang utuh dan tidak membeda-bedakan bangsa, suku, adat istiadat
dan kepercayaan mereka sehingga dapat hidup berdampingan menjadi negara yang multikultural sehingga tercipta Tawaazun adil seimbang sehingga memberikan ruang gerak untuk menciptakan persaudaraan antar umat beragama. KH. Nuril Arifin Husein juga menyampaikan ceramahnya dengan
bahasa yang santun, sifat arahman yang Maha Pengasih terhadap seluruh makhluk membuat Gus Nuril selalu membawa pesan damai dalam pesan dakwahnya.

Gus Nuril adalah murid dari Gus Dur yang selalu menghimbau kepada jamaah dari berbagai kalangan untuk selalu cinta damai. Gus Nuril selalu berpegang dengan ajaran Gus Dur yang menyebar rahmat penyebar kasih di berbagai keyakinan dan tidak pernah memandang rendah minoritas. Tidak membedakan suku, bangsa dan golongan. Dalamdakwah dan pemikiran beliau di landasi dengan ayat alquran dalam surat al Hujjarat 13

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ (١٣)

Artinya ; “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”( Alhujjarat; 13)

Agama itu untuk mendamaikan, bukan untuk saling memusnahkan dan saling menciderai. Menurut Gus Nuril perbedaan itu tidak sedikitpun mengurangi penghormatan mereka terhadap yang lain serta tidak mengurangi sedikit pun keyakinan agamanya. Menurut Gus Nuril, konsekuensi dari kedua penafsiran itu punya implikasi yang luas. Mereka yang terbiasa dengan formalisasi, akan terikat kepada upaya-upaya untuk mewujudakn “sistem Islami” secara fundamental dengan mengabaikan pluralitas masyarakat. Akibatnya, pemahaman seperti ini akan menjadikan warga negara non-
muslim menjadi warga negara kelas dua. Bagi Gus Nuril, untuk menjadi muslim yang baik, seorang muslim kiranya perlu menerima prinsip-prinsip keimanan, menjalankan ajaran (rukun) Islam secara utuh, menolong mereka yang memerlukan pertolongan, menegakkan profesinalisme, dan bersikap sabar ketika menghadapi cobaan dan ujian. Konsekuensinya, mewujudkan sitem Islami atau formalisasi tidaklah menjadi syarat bagi seseorang untuk diberi predikat muslim yang taat.

Gerakan dakwah KH. Nuril Arifin Husein sendiri tentang Islam adalah bahwa Gus Nuril melarang keras Islam menggunakan kekerasan karena Islam sendiri adalah agama yang damai. Akan tetapi Gus Nuril membolehkan menggunakan jalan kekerasan disaat situasi tertentu, misalkan ketika terdesak. Tetapi selama jalan damai masih bisa ditempuh Gus Nuril melarang menggunakan kekerasan, kembali kepada hukum asalnya bahwa Islam agama yang rahmatan lil alamin.

Islam adalah sumber asli pemikiran, nilai-nilai, dan ide- ide. Pandangan Gus Nuril Islam adalah keyakinan yang menebar kasih sayang, yang secara mendasar toleran dan menghargai perbedaan. Islam adalah agama kasih sayang dan toleran sekaligus agama keadilan dan kejujuran. Artinya, Islam adalah keyakinan yang egaliter, keyakinan yang secara fundamental tidak mendukung perlakuan yang tidak adil karena alasan kelas, suku, ras, gender, atau pengelompokanpengelompokan lainnya dalam masyarakat bagi KH. Nuril Arifin Husein, Islam adalah keimanan yang mengakui bahwa, dalam pandangan Tuhan, semua manusia adalah setara.

Bagi Gus Nuril perbedaan itu tidak harus disikapi dengan tindak kekerasan, namun harus disikapi dengan toleransi dan sikap pengharagaan yang tinggi atas adanya perbedaan tersebut. Gerakan dakwah multikultural yang dilakukan Gus Nuril lebih menekankan pada dua pendekatan
yaitu:

5. 1.1  Pendekatan Budaya
Dalam menjalankan Gerakan dakwahnya, Gus Nuril menggunakan pendekatan budaya sebagai upaya untuk mendekati masyarakat. Pendekatan
budaya yang digunakan oleh Gus Nuril adalah dengan cara melalui dakwah Bil Lisan yang secara langsung disampaikan. Dalam dakwah multikultural yang dilakukan oleh Gus Nuril, mad’unya tidak hanya berbeda secara ras, suku dan etnis saja, namun ada beberapa audiens dari jamaah ceramah Gus Nuril yang beragama non muslim.

Dengan adanya hal ini menambah semangat Gus Nuril dalam menyampaikan dakwahnya. Bagi Gus Nuril dakwah dengan menggunakan pendekatan kultural adalah sebuah langkah yang tepat di tengah-tengah kemajemukan masyarakat Indonesia, karena negara Indonesia adalah
negara yang beragam sehingga tidak mungkin para mubaligh saat ini menyebarkan nilai-nilai ajaran Islam dengan cara konvensional, terlebih-lebih
budaya matrealis dan hedonis yang berasal dari bangsa Barat sudah melanda bangsa Indonesia.

Belum lagi arus globalisasi yang begitu deras menerjang masyarakat kita saat ni, terutama kalangan muda, mau tidak mau membuat Gus Nuril dan mubaligh lainnya berpikir bagaimana caranya untuk menyampaikan Islam dengan menarik.

5.1.2  Pendekatan Sosial
Pendekatan sosial dalam dakwah KH. Nuril Arifin Husein adalah aktivitas dakwah yang dilakukan Gus Nuril terkadang dalam aktivitas dakwahmya
diselingi dengan aksi sosial yang diprakarsai olehyayasan juga mendirikan pantai asuhan yang bernama “Tarbiyatush Shibyan Soko Tunggal” dan juga kegiatan baksos. Melalui konsep kedua ini, Gus Nuril mencoba untuk memberdayakan umatnya dengan cara memberikan bantuan ekonomi berupa
sembako kepada masyarakat muslim dan non muslim yang tidak mampu secara materi, sehingga dengan sembako yang diberikan kepada masyarakat yang berlatar belakang yang tidak mampu dan bisa meringankan beban mereka.

Berdasarkan fakta yang penulis temui dalam gerakan Dakwah yang dilakukan oleh Gus Nuril, dapat disimpulkan bahwa aktifitas dakwah yang dilakukan Gus Nuril adalah termasuk dalam model dakwah multikultural yang berorientasi pada pendekatan kultural.

6  Referensi

https://gusnuril.wordpress.com/profil/

7   Chart Silsilah Sanad

Berikut ini chart silsilah sanad guru KH. Nuril Arifin Husein (Gus Nuril) dapat dilihat DI SINI.


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 20 Januari 2022, dan terakhir diedit tanggal 09 September 2022.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya