Amanah dalam Arti Tanggung Jawab Sosial Manusia Kepada Sesama

 
Amanah dalam Arti Tanggung Jawab Sosial Manusia Kepada Sesama
Sumber Gambar: Oleg Magni dari Pexels

Laduni.ID, Jakarta – Amanah memiliki arti terpercaya atau dapat dipercaya, selain itu juga amanah merupakan titipan atau pesan yang harus disampaikan kepada orang yang berhak. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata amanah menunjuk arti pesan yang dititipkan kepada orang lain yang harus disampaikan.

Dalam pandangan Islam setiap orang adalah pemimpin, baik itu pemimpin bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat maupun yang lainnya. Sebab, manusia adalah makhluk sosial dan mempunyai tanggung jawab sosial pula. Tentu saja semua itu akan dimintai pertanggung jawaban. Rasulullah SAW bersabda:

( ﻛﻠﻜﻢ ﺭﺍﻉ ﻭ ﻛﻠﻜﻢ ﻣﺴﺆﻭﻝ ﻋﻦ ﺭﻋﻴﺘﻪ ‏( ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ

Artinya: ”Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya.” (H.R. Muslim).

Fenomena yang terjadi saat ini adalah seringkali amanah dijadikan sebuah komoditi untuk meraih kekuasaan atau materi (dunia). Sehingga saat ini banyak sekali orang yang meminta amanah kepemimpinan dan jabatan, padahal belum tentu orang tersebut mempunyai kapabilitas untuk menjalankan amanah itu. Rasulullah mengancam akan hancurnya sebuah bangsa.

ﻗﺎﻝ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭ ﺍﻟﺴﻼﻡ : ﺇﺫﺍ ﺿﻴﻌﺖ ﺍﻷﻣﺎﻧﺔ ﻓﺎﻧﺘﻈﺮ ﺍﻟﺴﺎﻋﺔ ، ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ : ﻛﻴﻒ ﺇﺿﺎﻋﺘﻬﺎ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ؟ ﻗﺎﻝ : ﺇﺫﺍ ﺃﺳﻨﺪ ( ﺍﻷﻣﺮ ﺇﻟﻰ ﻏﻴﺮ ﺃﻫﻠﻪ ﻓﺎﻧﺘﻈﺮ ﺍﻟﺴﺎﻋﺔ ‏( ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ

Artinya: “Bila amanah disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya. Dikatakan, bagaimana bentuk penyia-nyiaannya?. Beliau bersabda, “Bila persoalan diserahkan kepada orang yang tidak berkompeten, maka tunggulah kehancurannya”. (H.R. Bukhari).

Amanah menempati posisi ‘strategis’ dalam syariat Islam. Rasulullah SAW sendiri mendapat gelar Al Amin (yang bisa dipercaya). Amanah menjadi salah satu pembeda kaum muslim dengan kaum munafik. Sebagaimana sabda Rasulullah dari Abu Hurairah:

( ﺁﻳﺔ ﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻖ ﺛﻼﺙ -: ﺇﺫﺍ ﺣﺪﺙ ﻛﺬﺏ ، ﻭﺇﺫﺍ ﺃﻭﻋﺪ ﺃﺧﻠﻒ ، ﻭﺇﺫﺍ ﺃﺅﺗﻤﻦ ﺧﺎﻥ ‏( ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ

Artinya: “Tanda-tanda munafik itu ada tiga: apabila bicara, dia dusta; apabila berjanji, dia ingkari; dan apabila dipercaya (amanah), dia berkhianat”. (Hadist Sohihain).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah memperingatkan umat Islam agar tidak sembarangan memberikan amanah (kepercayaan) dalam hadis yang artinya: Barang siapa yang mengangkat seseorang (untuk suatu jabatan) karena semata-mata hubungan kekerabatan dan kedekatan, sementara masih ada orang yang lebih tepat dan ahli dari padanya, maka sesungguhnya dia telah melakukan pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman”. (H.R. al-Hakim).

Dengan demikian, meminta jabatan (amanah) sebagai pemimpin merupakan perbuatan yang dicela. Amanah akan menjadi penyesalan di akhirat kelak. Betapa tidak, jika seorang yang mendapat amanah tidak menjalankan dengan baik, mengingkari janjinya dan menipu saudaranya maka ia diharamkan masuk surga. Rasulullah mengancam pemimpin yang menghianati dan menyelewengkan amanah yang telah di bebankan kepadanya dengan ancaman berat.


Editor: Nasirudin Latif