Biografi Tgk. Syeikh.H. Adnan Mahmud

 
Biografi Tgk. Syeikh.H. Adnan Mahmud
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi

1          Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Riwayat Keluarga
1.3       Wafat

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Masa Menuntut Ilmu
2.2       Guru-guru Beliau
2.3       Mengasuh Pesantren

3          Penerus Beliau
3.1       Anak-anak Beliau
3.2       Murid-murid Beliau

4         Organisasi, Karier, dan Karya
4.1       Riwayat Organisasi
4.2       Karier Beliau
4.3       Karya Beliau

5          Referensi

6          Chart Silsilah Sanad

1  Riwayat Hidup dan Keluarga

 1.1  Lahir
     
     H. Abu Adnan Mahmud atau yang akrab disapa Nek Abu Bakongan lahir di Desa Suak Beurembang, Kecamatan Manggeng, Kabupaten Aceh Selatan pada bulan Maret tahun 1905 M (106 tahun). Ayahnya bernama Tgk. Mahmud atau yang sering dikenal dengan Tgk. Muda Amin dan ibunya bernama Siti Hawa. Nek Abu Bakongan merupakan anak ke 8 dari 12 bersaudara.

 1.2  Riwayat Keluarga

      Nek Abu Bakongan selama hidupnya memiliki dua orang isteri. Isteri pertama bernama Khamsiyah Binti Usman yang merupakan anak dari Tgk. Usman (Tgk. Imum Bakongan). Dan Isteri kedua Nek Abu Bakongan bernama Hj. Hasani atau lebih akrab disapa Nek Ummi, yang merupakan anak dari Tgk. Ali Beutong, Kecamatan Bakongan, Kabupaten Aceh Selatan. Nek Abu Bakongan
dikarunia 7 orang anak dan semua laki-laki.

1.3   Wafat

Tgk. Syeikh.H. Adnan Mahmud wafat pada hari Selasa 27-Desember-'2011 sekitar pukul 01.00 WIB di kediamannya, Desa Keude Bakongan, Kecamatan Bakongan, Kabupaten Aceh Selatan

2  Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau

2.1  Masa Menuntut Ilmu 

Nek Abu Bakongan sejak kecil juga sudah mendapatkan pendidikan umum dari sekolah yang didirikan oleh Belanda, yaitu Vervolg School pada tahun 1914. Vervolg School (setingkat dengan SD sekarang) merupakan sekolah yang didirikan Belanda untuk pendidikan golongan pribumi.
Pada tahun 1934 dipecahkan menjadi dua yaitu Volkschool (Sekolah Desa) dengan lama pendidikan 3 tahun dan menggunakan bahasa daerah sebagai pengantar dan Vervolg School (Sekolah Sambungan) dengan lama pendidikan 2 tahun dan masih menggunakan bahasa daerah sebagai pengantar dan lulusan Vervlog School bisa mengajar di Volkschool.

Kemudian dilanjutkan ke Thawalib School Manggeng, Kabupaten Aceh Selatan selama 2 tahun. Thawalib School (Perguruan Thawalib) merupakan salah satu program Sumatera Thawalib yang bertujuan untuk menandingi sekolah umum, membendung pengaruh Kristen dan melahirkan Muslim untuk kemajuan Islam dan umatnya. Perguruan Thawalib menerapkan sistem pendidikan modern yang mengajarkan ilmu-ilmu agama sekaligus ilmu-ilmu umum guna mencetak ulama cendakiawan.

Disamping pendidikan umum tersebut, Nek Abu Bakongan juga terus melanjutkan pendidikan Islam pada guru pertamanya, yaitu Tgk. Abdullah hanya berupa pengajian pada malam di rumah Tgk. Abdullah. Kemudian pada tahun 1919, Nek Abu Bakongan melanjutkan pendidikan di Dayah Jamiah Al-Khairiyah, Kecamatan Labuhanhaji, Kabupaten Aceh Selatan. Dan pada tahun 1923 dilanjutkan di Dayah Bustanul Huda Blang Pidie, Kabupaten Aceh Barat Daya, yang dipimpin oleh Tgk. Syekh. Mahmud Lhamlom.

Nek Abu Bakongan juga pernah belajar kepada Syekh. Abuya H. Muda Waly Al-Khalidy, yang merupakan guru Thariqat Nek Abu Bakongan. Maka dapat kita ketahui bahwa Nek Abu Bakongan mendapat dua pendidikan, yaitu pendidikan umum dan pendidikan agama. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa riwayat pendidikan H. Abu Adnan Mahmud bukan hanya dibidang ilmu agama saja melainkan juga dibidang umum yaitu di sekolah yang didirikan pertama kali oleh Belanda dan juga di Dayah-dayah untuk menambah ilmu pengetahuan agama.

 2.2  Guru-guru Beliau
        Guru-guru beliau sewaktu belajar menuntut ilmu adalah: 

      1. Tgk. Abdullah
      2. Tgk. Syekh. Mahmud
      3. Syekh. Abuya H. Muda Waly Al-Khalidy,
      4.H. Abu Adnan Mahmud

2.3  Mengasuh Pesantren

Pesantren Ashhabul Yamin pertama kali dibangun oleh Nek Abu pada tahun 1937 dengan bermodalkan tanah waqaf dari salah seorang warga Keude Bakongan yang tidak terlalu luas hanya sekitaran setengah Ha. Pada masa itu, keadaan Pesantren Ashhabul Yamin sangatlah sederhana dengan fasilitas serba kekurangan hanya menjadikan bambu sebagai dinding dan anyaman daun kelapa sebagai alas duduk dan tidak layak untuk ditempati.

Dengan keadaan demikian, tidak membuat masyarakat Bakongan untuk patah semangat dalam menuntut ilmu agama dan belajar dengan Nek Abu. Dengan seiring berjalannya waktu, santri di Pesantren Ashhabul Yamin semakin bertambah dan membuat fasilitas Pesantren Ashhabul Yamin sempit. Berdasarkan hal tersebut Nek Abu ingin mendirikan Pesantren Ashhabul Yamin dengan lokasi yang lebih luas.

Pada tahun 1969 Nek Abu Bakongan mendirikan kembali Yayasan Pendidikan Islam dengan bermodalkan dana yang sangat terbatas dan serba kekurangan, dengan penuh kesabaran dan ketabahan hati beliau mendirikan Yayasan tersebut diatas lahan seluas 2 Ha yang terletak ditengah Desa Keude Bakongan. Sambil mengadakan kegiatan bidang pertanian atas bantuan masyarakat dan pemerintah daerah dan pusat sehingga lembaga pendidikan tersebut sedikit demi sedikit dapat berkembang yang diberi nama Yayasan Tgk. Chik Diribee Chik Ashhabul Yamin Bakongan-Trumon.

Pesantren Ashhabul Yamin direnovasi kembali pada tahun 1971 yang terletak dikawasan cukup strategis di Kecamatan Bakongan pada pusat Kota Bakongan yang berada tepat di jalan utama jalur lintasan Tapaktuan-Medan. Daerah ini pada awalnya berupa hutan belantara yang tidak ada satupun penduduk yang mendiami kawasan tersebut. Namun, dengan berdirinya Pesantren Ashhabul Yamin menjadi satu lahan yang sudah ramai dihuni oleh para santri yang mondok serta adanya para tamu dari pemerintahan dan swasta yang sering datang mengunjungi atau bertemu dengan pimpinan Pesantren.

Kondisi lingkungan sekitar Pesantren Ashhabul Yamin sama halnya seperti kondisi Pesantren pada umumnya yang semarak dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, baik yang berkaitan dalam proses belajar mengajar ataupun kegiatan yang berkenaan dengan ibadah lainnya. Sepeninggalnya H. Abu Adnan Mahmud pada tahun 2011 silam, kini Pesantren Ashhabul Yamin dipimpin oleh anaknya yang bernama: Tgk. H. Baidhawi Adnan atau yang dikenal dengan Abati.

3  Penerus Beliau

3.1  Anak-anak Beliau
          
          Tgk. H. Baidhawi Adnan

3.2       Murid-murid Beliau

Murid-murid Beliau adalah para santri di Pesantren Ashhabul Yamin

4  Organisasi, dan Karier

  4.1   Riwayat Organisasi
      1. Ketua Penasehat Persatuan Tarbiyah Islamiah. Organisasi ini merupakan suatu lembaga yang memberikan bantuan kepada pesantren atau dayah supaya dapat terus berkembang.
      2. Dilantik menjadi Ketua Partai Masyumi di Bakongan pada tahun 1948
      3. Diangkat menjadi Kepala Mahkamah Syari’ah bagian kewedanaan Bakongan
      4. Diangkat menjadi Wakil Ketua Dewan Penasehat Partai Islam seluruh Aceh sampai dengan tahun 2010.

4.2  Karier Beliau
Pada tahun 1971 Nek Abu pernah menjadi DPRD Provinsi Aceh selama 2 periode berturut-turut (1971-1981).

5  Metode Dakwah H. Abu Adnan Mahmud

Adapun metode dakwah yang digunakan oleh H. Abu Adnan Mahmud antara lain:

1. Al-Hikmah

Metode dakwah H. Abu Adnan Mahmud dengan Al-Hikmah hampir sama dengan metode Bil Hal yaitu dakwah yang lebih menekankan pada pola fikir yang kritis yang mampu mengembangkan perubahan dikalangan masyarakat Bakongan. Dalam memberikan argumentasi kepada masyarakat bahwa yang dilakukan oleh masyarakat selama ini tidaklah sesuai dengan ajaran Islam seperti melakukan pemujaan yang merupakan kegiatan yang banyak dilakukan oleh masyarakat Bakongan tentulah masyarakat membantah akan tetapi H. Abu Adnan Mahmud menerima dengan lapang dada dan tetap sabar dalam melakukan tugasnya sebagai pendakwah.

Argumentasi yang diberikan oleh H. Abu Adnan Mahmud dapat diterima oleh masyarakat pada saat masyarakat melihat keseharian H. Abu Adnan Mahmud tersebut bahwa yang disampaikan sesuai dengan pedoman pada Al-Qur’an, pada saat masyarakat melakukan hal-hal yang berkaitan dengan ajaran Islam, masyarakat menanyakan hal tersebut kepada H. Abu Adnan Mahmud, sehingga dapat dikatakan bahwa H. Abu Adnan Mahmud menjadi tempat masyarakat untuk memecahkan masalah, meskipun pada awalnya masyarakat sempat menentang akan tetapi dengan kesabaran H. Abu Adnan Mahmud mampu merobah pola fikir masyarakat kearah yang lebih baik lagi.

2. Al-Mau’idzah Al-Hasanah

Metode dakwah ini lebih menekankan kepada peringatan, H. Abu Adnan Mahmud selalu memberikan peringatan bagi orang-orang yang tidak memiliki
etika terhadap guru, ia mengatakan bahwa etika itu lebih penting dibandingan dengan ilmu, tanpa ada etika sesorang terhadap guru, maka ilmu yang diperoleh tidaklah berkah jadi muliakanlah guru-gurumu agar ilmu yang kita dapat berkah. H. Abu Adnan Mahmud tidak pernah lelah mengingatkan kepada santri-santrinya serta masyarakat agar senantiasa menghargai satu sama lain dan saling menolong dalam hal kebaikan. Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa H. Abu Adnan Mahmud menggunakan metode Al-Mau’idzah yang selalu memberikan peringatan kepada santri dan masyarakat agar menghargai satu sama lain dan senantiasa menghargai guru agar ilmu yang telah didapatkan menjadi berkah.

3. Al-Mujadalah

Metode dakwah Al-Mujadalah lebih menekankan pada diskusi atau pertukaran pendapat yang tidak melahirkan permusuhan diantara kedua pihak. H. Abu Adnan Mahmud melakukan metode ini dalam keadaan masyarakat Bakongan ketika terdapat masalah dalam kehidupan bermasyarakat, upaya yang dilakukan oleh H. Abu Adnan Mahmud dalam menyelesaikan permasalahan yang ada yaitu melakukan diskusi atau musyawarah dengan masyarakat untuk mendapatkan solusi yang bisa diterima oleh semua pihak dan agar tidak terjadinya permusuhan antara sesamanya.

Adapun musyawarah tersebut dilakukan di Mesjid dengan mengumpulkan masyarakat dan memberikan argumen masing-masing, dari
argumen tersebut bisa didapatkan kesimpulan sekaligus solusi yang sesuai dengan kebenarannya. Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa H. Abu Adnan Mahmud menggunakan metode Al-Mujadalah dalam menyelesaikan permasalahan yaitu mengadakan musyawarah dalam menemukan sulosi agar semua pihak dapat menerima argumen-argumen dari pihak lain dan mencari kebenaran dalam kasus tersebut agar tidak terjadinya permusuhan diantara keduanya.

4. Bil Hal (sikap atau perilaku)

Dakwah Bil Hal yaitu penyampaian dakwah dengan contoh atau teladan yang baik. Inilah dakwah yang sangat berat akan tetapi dakwah dengan metode ini sangat dianjurkan. Jadi, dapat dikatakan bahwa dakwah Bil Hal merupakan dakwah yang lebih menekankan pada perilaku atau sikap pendakwah dalam kehidupan sehari-hari dan mampu memberikan contoh teladan yang baik bagi mad’unya.

Menurut Syahfuddin yang merupakan salah satu tokoh masyarakat di Desa Darul Ihsan Kecamatan Bakongan berpendapat bahwa H. Abu Adnan Mahmud pertama kali melakukan dakwah dengan menggunakan metode dakwah Bil Hal. Syahfuddin mengatakan bahwa masyarakat Kecamatan Bakongan pada awalnya merupakan masyarakat yang kurang memahami ilmu agama. hal ini dibuktikan dengan banyaknya praktek-praktek yang menyimpang dari ajaran Islam seperti praktek kesyirikan, masyarakat Bakongan juga kurang peduli dalam hal ibadah, mereka hanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing seperti melaut dan berkebun.

Pada saat datang H. Abu Adnan Mahmud di Bakongan, dengan melihat keadaan masyarakat Bakongan banyak melakukan hal yang menyimpang dengan ajaran Islam, Syekh. H. Abu Adnan Mahmud tidak langsung menegur ataupun melarang hal-hal tersebut akan tetapi H. Abu Adnan Mahmud lebih melakukan ibadah ataupun memberi tauladan kepada masyarakat tersebut. H. Abu Adnan Mahmud setiap hari melakukan shalat berjamaah di Mesjid dan berzikir. Ia juga melakukan pendekatan secara langsung dengan masyarakat, ia selalu ramah dengan masyarakat dan membantu menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam masyarakat.

Syarifuddin juga mengatakan bahwa H. Abu Adnan berdakwah melalui perbuatan atau perilaku, hal ini dibuktikan dengan melakukan shalat, zikir, dan juga turut membersihkan tempat ibadah. H. Abu Adnan Mahmud sangat rajin dalam melakukan ibadah setiap hari serta juga melakukan silatrurrahmi dengan sesama masyarakat tanpa membeda-bedakan satu sama lain.Dari perilaku H. Abu Adnan Mahmud, masyarakat Bakongan perlahan- lahan mulai mengikuti ajaran yang dicontohkan oleh H. Abu Adnan Mahmud. Masyarakat timbul rasa ingin mendalami ajaran Islam dan mulai meninggalkan kegiatan-kegiatan yang menyimpang dari ajaran Islam serta masyarakat meningkatkan ibadah seperti shalat berjamaah, melakukan pengajian dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa dengan menggunakan metode dakwah Bil Hal H. Abu Adnan Mahmud sudah mampu membawa masyarakat Bakongan ke arah yang lebih baik yang sesuai dengan ajaran Islam dan mampu menjadi panutan untuk masyarakat Bakongan dan dengan dakwah Bil Hal tersebut Mesjid di Bakongan tidak sepi dengan jama’ah. H. Abu Adnan Mahmud juga membangun pesantren yang bertujuan untuk membantu masyarakat Bakongan dalam hal pendidikan agama serta untuk mengasah kemampuan agama dalam hal menghadapi masalah yang akan terjadi mendatang. H. Abu Adnan Mahmud tidak lupa juga menjalin silaturrahmi dengan masyarakat Bakongan untuk mempererat persaudaraan dengan masyarakat Bakongan.

5. Bil Lisan (Ceramah, Khutbah)

Dakwah dengan Lisan yaitu menyampaikan ajaran Islam dengan ceramah atau khutbah secara langsung kepada mad’u. Dalam menyampaikan pesan
dakwah, da’i harus memperhatikan pesan yang dakwah yang disampaikan sesuai dengan keadaan masyarakat setempat, agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan mudah.

Menurut Tgk. Sayed Muhammad yang merupakan murid pertama H. Abu Adnan Mahmud mengatakan bahwa H. Abu Adnan Mahmud selalu menyampaikan ceramah atau tausiah dari desa ke desa seperti dalam hal peringatan Isra’ Mi’raj, Maulid dan hari-hari besar Islam lainnya. Dalam
tausiahnya, ia mengajak masyarakat untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan mendalami ajaran Islam, ia juga mengajak masyarakat berzikir dan menyampaikan tentang ibadah-ibadah, hukum-hukum dan lainnya.

Menurut Tgk. Hamdani selaku Tgk. Imum Keude Bakongan bahwa H. Abu Adnan Mahmud melakukan tausiah dan nasihat kepada masyarakat agar senantiasa beribadah serta menjaga sitarurrahmi dengan sesama masyarakat. H. Abu Adnan Mahmud senantiasa melakukan ceramah dalam penyambutan hari besar Islam, bukan hanya di Bakongan saja akan tetapi sampai di luar Bakongan.

Menurut Syarifuddin selaku Ketua Pheut Keude Bakongan bahwa dakwah Syekh. H. Abu Adnan Mahmud dengan Bil Lisan tidak hanya dengan ceramah pada acara tertentu saja akan tetapi H. Abu Adnan Mahmud juga berkhutbah ketika Jum’at.112 Dalam menyampaikan ceramah H. Abu Adnan Mahmud menginatkan kepada semua masyarakat akhlak terhadap sesama, dalam ceramahnya ia mengatakan etika seorang santri terhadap gurunya sangat penting, tanpa etika ilmu yang telah diperoleh dari seorang guru tidak akan berkah dan apa yang dipelajari selama menjadi santri tidak dapat melekat.

Jadi, dapat dipahami bahwa dakwah Bil Lisan H. Abu Adnan Mahmud dilakukan pada kegiatan-kegiatan hari besar Islam seperti Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi, serta juga dalam khutbah Jum’at ia senantiasa memberikan tausiah-tausiah agar masyarakat Bakongan dapat menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. H. Abu Adnan Mahmud senantiasa tegur sapa dengan masyarakat Bakongan dan saling berinteraksi langsung dengan masyarakat dengan itulah yang menjadikan ia disegani dan hormati oleh masyarakat.

6. Bil Qalam (Tulisan atau karya)

Dakwah dengan Bil Qalam yaitu penyampaian pesan dakwah dengan menggunakan tulisan atau karya yang ditulis. Dakwah dengan tulisan disatu sisi
sangatlah efektif karena orang dapat membaca di manapun dan kapanpun hanya saja da’i harus membuat pesan dakwah melalui karya tersebut bisa sampai kepada mad’u.

H. Abu Adnan Mahmud tidak hanya berdakwah melalui Bil Hal dan Bil Lisan saja akan tetapi beliau juga berdakwah melalui tulisan. Salah satu karya H.
Abu Adnan Mahmud adalah berupa kitab “Raja Seulaweut”. Dalam kitab tersebut berisi shalawat-shalawat. Kitab tersebut dibaca secara rutin pada malam jum’at dan hal ini diterapkan pada semua lembaga-lembaga pengajian yang ada di Kecamatan Bakongan.

Raja Seulaweut merupakan bacaan yang memuji Rasulullah, H. Abu Adnan Mahmud mengharapkan agar semua masyarakat untuk   memperbanyak shalawat dan lebih dekat dengan Rasulullah. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa dakwah H. Abu Adnan Mahmud dengan Bil Qalam yaitu dengan meciptakan sebuah karya dalam bentuk kitab yang berjudul Raja Seulaweut yang dibaca pada setiap malam
Jum’at. Hal itu diterapkan pada pesantren dan juga ma Kitab tersebut berisi

tentang kumpulan-kumpulan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. H. Abu Adnan Mahmud membuat karya tersebut untuk menjadikan masyarakat Bakongan lebih memperbanyak shalawat kepada Nabi.

6  Referensi

https://bit.ly/3IotRvm

7.  Chart SIlsilah Sanad

Berikut ini chart silsilah sanad guru Tgk. Syeikh.H. Adnan Mahmud dapat dilihat DI SINI.


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 21 Maret 2022, dan terakhir diedit tanggal 10 September 2022.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya