Jasa NU Menyelamatkan Makam Nabi dari Penggusuran Wahabi

 
Jasa NU Menyelamatkan Makam Nabi dari Penggusuran Wahabi
Sumber Gambar: Makam Nabi Muhammad SAW (foto ist)

Laduni.ID, Jakarta - Inilah alasannya mengapa Habibana Umar Bin Hafizh pernah berkata bahwasanya Indonesia adalah negeri istimewa yang didoakan oleh Nabi ribuan tahun yang lalu.

Sebab satu satunya negara yang menentang penggusuran makam Nabi adalah negara Indonesia dibawah kepemimpinan KH.  Hasyim Asyari ulama Nahdlatul Ulama (NU).

Berkat usaha beliau mendirikan komite hijaz, maka makam Nabi berhasil diselamatkan dari penggusuran kelompok wahabi Saudi.

Jasa Besar NU Selamatkan Makam Nabi Muhammad dari Penghancuran Pemerintah Saudi adalah sebuah jasa yang sangat mulia.

Jasa Besar NU Selamatkan Makam Nabi Muhammad dari Penghancuran Pemerintah Saudi

Komite Hijaz mungkin saat ini masih ada orang yang belum tahu tentangnya, yaitu sebuah komite yang sangat melegenda dalam sejarah NU. Coba bayangkan, ketika itu Indonesia belum merdeka dari penjajahan Belanda, dalam keadaan serba susah para Ulama Aswaja di Jawa masih sempat mencermati apa yang tengah terjadi di Hijaz (Arab saudi). Waktu itu di Hijaz  dalam masa-masa awal berdirinya kerajaan Arab Saudi.

Waktu itu betapa para Kyai dan ulama Jawa gundah gulana mendengar kabar bahwa makam Rasulullah SAW akan diratakan dengan tanah atau dibongkar oleh penguasa Saudi yang ditopang penasehat Wahabi. Para ulama Jawa waktu itu berupaya keras mencari cara bagaimana mencegah pihak penguasa Hijaz agar tidak membongkar makam Nabi Muhammad SAW. Sungguh ini pekerjaan berat, dalam keadaan serba sulit di masa penjajahan Belanda, dimana transportasi dan alat komunikasi yang terbatas, para kiyai harus berangkat ke Hijaz dalam missi penyelamatan makam Rasulullah SAW.

Pada tahun 1924-1925 Arab Saudi baru saja berdiri, dipimpin oleh Ibnu Saud, Raja Najed yang ber-aliran Wahabi. Aliran ini sangat dominan di tanah Haram, sehingga aliran lain tidak diberi ruang dan gerak untuk mengerjakan mazhabnya. Semasa kepemimpinan Ibnu Saud, terjadi eksodus besar-besaran ulama dari seluruh dunia. Mereka kembali ke negara masing-masing, termasuk para pelajar Indonesia yang sedang mencari ilmu di tanah Hijaz.

Aliran Wahabi yang terkenal puritan, berupaya menjaga kemurnian agama dari musyrik dan bid’ah namun secara membabibuta dan melalui kekerasan. Maka beberapa tempat bersejarah, seperti rumah Nabi Muhammad SAW dan sahabat, termasuk makam Nabi Muhammad pun hendak dibongkar. Umat Islam Indonesia yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) merasa sangat perihatin kemudian mengirimkan utusan menemui Raja Ibnu Saud. Utusan inilah yang kemudian disebut dengan Komite Hijaz.

Komite Hijaz ini merupakan sebuah kepanitiaan kecil yang dipimpin oleh KH Abdul Wahab Chasbullah. Setelah berdiri, Komite Hijaz menemui Raja Ibnu Suud di Hijaz (Saudi Arabia) untuk menyampaikan beberapa permohonan, seperti meminta Hijaz memberikan kebebasan kepada umat Islam di Arab untuk melakukan ibadah sesuai dengan madzhab yang mereka anut. Karena untuk mengirim utusan ini diperlukan adanya organisasi yang formal, maka didirikanlah Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926, yang secara formal mengirimkan delegasi ke Hijaz untuk menemui Raja Ibnu Saud.***