Khutbah Jumat: Internalisasi Tradisi di Bulan Suci

 
Khutbah Jumat: Internalisasi Tradisi di Bulan Suci

KHUTBAH I

اَلْحَمْدُ ِللهِ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مُبَارَكًا، وَفَرَضَ عَلَيْنَا الصِّيَامَ لِأَجْلِ التَّقْوٰى. أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مَحَمَّدٍ الْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. يَاۤأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءٰمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Mengawali khutbah ini, tidak bosan-bosannya, khatib mengajak kepada diri khatib pribadi dan seluruh jamaah untuk senantiasa bersyukur pada Allah swt atas segala anugerah nikmat yang kita terima dalam kehidupan ini. Dan juga mari kita terus meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt, bukan hanya diucapkan melalui lisan kita saja, namun terlebih dari itu ditancapkan dalam hati dan diwujudkan dalam perbuatan kita sehari-hari. Di antara wujud komitmen bertakwa itu adalah senantiasa menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang menjadi panutan kita dan tiap sunnahnya selalu kita teladani.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Datangnya bulan Ramadhan selalu dinanti oleh setiap muslim di seluruh penjuru dunia, tidak kecuali muslim di Indonesia. Sebelum memasuki bulan suci Ramadhan tepatnya di bulan Rajab dan Sya’ban, umat Islam Indonesia selain melaksanakan amalan-amalan sunnah yang dianjurkan dan diajarkan agama juga menggelar sejumlah tradisi yang sudah turun temurun dilaksanakan oleh nenek moyang. Tradisi dan kebiasaan menyambut datangnya bulan suci tersebut hampir merata digelar di seluruh pelosok negeri dengan kekhasan dan karakteristik masing-masing.

Seluruh kaum muslimin di seluruh penjuru dunia sangat menanti-nanti kehadiran bulan Ramadan. Saat waktunya tiba, dengan gegap  gempita  semboyan  “Marhaban Ya Ramadan”  menyebar dalam kesehariannya. Poster-poster dengan semboyan  tersebut bertebaran,  baik  di jalan,  di  media  massa,  bahkan hingga  di  media  sosial.  Bulan  Ramadhan menawarkan  hal-hal  positif  di  dalamnya. Adanya  hal-hal  positif  yang  menyenangkan dapat  membuat  seseorang  merasakan  kegembiraan.

Nuansa  gembira  menyambut  bulan Ramadan tertuang dalam salah  satu hadis. Rasulullah  Saw.  bersabda:  “Barangsiapa bergembira dengan masuknya Bulan Ramadan, Allah  akan  mengharamkan  jasadnya  masuk neraka”.  Dalam  tradisi  ulama-ulama  salaf terdahulu, terkenal ucapan doa yakni: “Ya Allah sampaikanlah  aku  dengan  selamat  ke Ramadan,  selamatkan  Ramadhan untukku,  dan selamatkanlah aku hingga selesai Ramadhan.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Dalil maupun doa yang dipanjatkan, secara langsung  menegaskan  bahwa  bagi  seorang muslim memiliki  rasa  bahagia  ketika  bulan  Ramadhan datang  adalah  sebuah  keniscayaan.  Rasa bahagia ini pun diekspresikan dengan amalan-amalan khusus. Dalam tradisi Islam, setidaknya ada tiga amalan saat menyambut  bulan Ramadhan, yakni: (1) amalan hati berupa keikhlasan dan rasa gembira, (2) berziarah ke makam orang tua yang telah mendahului, dan (3) saling memaafkan antar sesama.

Di Indonesia, dapat  disaksikan  adanya beberapa tradisi di dalam bulan Ramadan. Tradisi-tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia memperlihatkan betapa pentingnya  kehadiran bulan Ramadhan bagi seorang muslim Indonesia. Selain persoalan ritual ibadah, bulan Ramadhan juga bertaut dengan tradisi, sehingga pengaruhnya  semakin  kuat  dan  mengakar  serta memengaruhi  kehidupan  sehari-hari  seorang muslim.  Segala kebiasaan berubah,  sebisa mungkin  perbuatan  baik  selalu  dilaksanakan, sementara  perbuatan  jelek harus ditinggalkan. Hal ini mengubah pola  perilaku,  gaya  hidup, hingga perubahan psikologis.

Secara psikologis, baik tradisi Islam maupun beberapa tradisi budaya nusantara yang telah disebutkan, memperlihatkan adanya penguatan kebahagiaan yang muncul menjelang bulan Ramadhan. Dalam hal ini, terdapat kecenderungan perubahan emosi  positif  saat bulan Ramadhan datang.  Tradisi Islam maupun tradisi nusantara, memandang bulan Ramadhan sebagai bulan yang penuh dengan kesempatan melakukan perbuatan baik.  Dalam Islam, kebahagiaan akan datang  salah  satunya  saat perbuatan baik  dilakukan  manusia. Bulan  Ramadan juga merupakan  bulan pencerahan spiritual,  yang mampu  meningkatkan  kesejahteraan  secara  psikologis,  sehingga berimplikasi  pada  kebahagiaan.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Bagi masyarakat Indonesia pemahaman akan agama bukan hanya penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin, atau nilai. Namun juga disertai dengan keyakinan dan kesadaran yang diwujudkan dalam sikap dan prilaku. Selain itu pemahaman dan pemaknaan agama juga adalah proses menormakan masyarakat yang tidak berhenti sampai institusionalisasi saja, akan tetapi norma-norma tersebut sudah mendarah daging dalam jiwa anggota-anggota kemasyarakatan. Tradisi dan kebudayaan sudah terbentuk sebagai suatu norma yang dibakukan dalam kehidupan masyarakat kebutuhan satu dengan lain berbeda, perbedaan masyarakat tergambar dalam Al Qur’an Q.S. al-Hujurat/49: 13 dan Q.S. al-A’raf/7: 199:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.” (Qs. Al Hujurat: 13)

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ

Artinya: “Jadilah pemaaf, perintahlah (orang-orang) pada yang makruf, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh.” (Qs. Al A’raf: 199).

Kata Urf  dalam ayat tersebut dipahami oleh para ahli ushul fiqh sebagai sesuatu yang baik dan menjadi kebiasaan masyarakat. Hal itu menunjukkan akan kebolehan berhujah dengan al-urf jika suatu permasalahan tidak ditemukan dalilnya dalam nash.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Dalam kaitannya dengan tradisi-tradisi dalam menyambut bulan suci Ramadhan Sebagaimana di dalam Q.S. al-A’raf/7: 199 menurut Imam Syarkhasyi dan mazhab Hanafi di dalam kitabnya al-Masbuth mengatakan bahwa sesungguhnya yang ditetapkan ‘urf seperti yang ditetapkan dalil nash. Sesuai dengan hadis Nabi saw: Abu Bakar telah menceritakan kepada kami 'Ashim dari Zirr bin Hubaisy dari Abdullah bin Mas'ud berkata; Sesungguhnya Allah melihat hati para hamba, lalu Dia mendapati hati Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sebagai sebaik-baik hati para hamba, lalu memilihnya untuk diriNya, Dia juga mengutsnya dengan risalah kemudian Dia melihat pada hati para hamba setelah hati Muhammad, maka Dia mendapati hati para sahabat sebagai sebaik- baik hati para hamba, lalu menjadikan mereka sebagai pembantu NabiNya, berperang membela agamanya. Maka apa yang dilihat oleh kaum muslimin satu kebaikan, maka di sisi Allah adalah baik dan apa yang mereka pandang buruk, maka di sisi Allah juga buruk. (HR. Ahmad, no. 3418).

Pada hadis tersebut, baik dari segi redaksi maupun maksudnya, menunjukkan bahwa kebiasaan-kebiasaan atau tradisi-tradisi baik yang berlaku di dalam masyarakat Islam yang sejalan dengan tuntutan umum syariat Islam, adalah juga merupakan sesuatu yang baik di sisi Allah. Sebaliknya, hal-hal yang bertentangan dengan kebiasaan atau tradisi yang dinilai baik oleh masyarakat, akan melahirkan kesusahan dan kesempitan dalam kehidupan sehari-hari.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Jadi kebiasaan dan tradisi masyarakat Indonesia yang sudah melekat dan dilaksanakan dalam bulan suci Ramadhan merupakan perkara yang dibolehkan selama tradisi tersebut tidak bertentangan dengan rambu-rambu yang ditetapkan oleh syariat agama. Mengingat tradisi-tradisi tersebut sudah sangat mendarah daging dalam masyarakat Indonesia.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلُقْرءَانِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهٗ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، َأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

Oleh: Ahmad Baedowi, M.Si.