Biografi Habib Ali Alwi bin Thohir Al Husainy

 
Biografi  Habib Ali Alwi bin Thohir Al Husainy

Daftar Isi

1          Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Riwayat Keluarga

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Mengembara Menuntut Ilmu
2.2       Guru-guru Beliau
2.3       Mendirikan dan Mengasuh Pesantren

3          Penerus Beliau
3.1       Anak-anak Beliau
3.2       Murid-murid Beliau

4          Organisasi, dan Karier
4.1       Riwayat Organisasi
4.2       Karier Beliau

5          Metode Dakwah Beliau

6          Referensi

7         Chart Silsilah Sanad

1 Riwayat Hidup dan Keluarga

 1.1  Lahir

KH. Habib Ali Alwi bin Thohir lahir di desa Hitu kabupaten Maluku Tengah kecamatan Leihitu pada tanggal 2 September 1966. Beliau merupakan putra ke 6 dari 7 bersaudara pasangan dari Habib Alwi bin Husein bin Thohir dan Anawiyah binti Utsman, ayahnya seorang pengusaha swasta yang sukses saat itu, dan yang lebih istimewa adalah KH. Habib Ali Alwi bin Thohir adalah keturunan ke-6 dari seorang ulama besar di Hadramaut Yaman, al-Imam al-Qutubul Irsyad Al-Habib Abdullah Bin Husein bin Thohir, yang bergelar "Dua Pemilik Lautan Ilmu Lahir maupun Batin" dan juga pengarang kitab salaf, Sulam at-Taufik yang menjadi rujukan di Pondok-pondok Pesantren di Indonesia termasuk di Pondok Pesantren Modern al-Husainy yang dipimpinnya saat ini.

Sebagai keturunan dari seorang ulama besar dan da'i di Maluku, KH. Habib Ali Alwi bin Thohir, sejak kecil beliau memiliki cita-cita tinggi untuk mengembangkan dan memajukan Islam. Pendidikan yang diterima dari orang tuanya, menjadikan beliau seorang yang selalu perihatin pada keadaan di sekelilingnya. Sejak kecil beliau terkenal dengan jiwa sosialnya dan inilah yang membuat beliau kokoh untuk mengembangkan dakwah Islam.

Genap berusia empat tahun, beliaupun merantau ke Jakarta dan tinggal bersama pamannya Habib Yahya bin Husein bin Thohir di Angke Jakarta Barat

1.2   Riwayat Keluarga
  
Pada tahun 1994, pengagum tokoh Hadrotus Syiekh, Hasyim Asy'ari dan Syekh Nawawi Tanara ini, menyunting seorang gadis Purwakarta yang bernama Dra. Laila Nurlaila Bajri. Gadis cantik berperawakan Arab ini merupakan teman dari adik perempuan beliau. Dari pernikahan tersebut, beliau dikaruniai tiga putra. Putra pertama beliau bernama Muhammad Husein bin Ali bin Thohir, putra kedua bernama Ali Zainal Abidi bin Ali bin Thohir dan terakhir adalah Muhammad Al-Baqir bin Ali bin Thohir yang merupakan putra bungsu beliau.

2  Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau

2.1   Mengembara Menuntut Ilmu 

Selama satu tahun, setelah itu beliapun pindah ke rumah kakak perempuannya, tepatnya di Kebun Jahe Jakarta. Pertama kali beliau bersekolah di Madrasah Diniyah al-Mansyuriah Jembatan Lima Jakarta Barat, milik seorang ulama besar Betawi, Guru Mansur kakek dari da'i kondang Yusuf Mansur. Setelah satu tahun di Madrasah Diniyah al-Mansyuriah, beliaupun melanjutkan pendidikan dasarnya di MI al-Ittihad Jakarta Pusat, pendidikan dasarnya di MI al-Ittihad hanya ditempuh tidak kurang dari 4 tahun saja, ketika masuk di sekolah tersebut beliau langsung masuk ke kelas 2, kemudian ke kelas 4, 5 dan 6 hal itu karna kecerdasan beliau yang luar biasa.

Empat tahun mengenyam pendidikan dasar di MI al-Ittihad, Pondok Pesantren Tebu Ireng adalah pilihan beliau untuk melanjutkan pendidikannya menengah pertama dan menengah atas, tekad beliau untuk menjadi orang sukses terbukti dengan prestasi-prestasi yang beliau raih serta aktif dalam berbagai organisasi kepesantrenan dan kesiswaan, juara kelas sudah menjadi langganan beliau setiap kali pembagian raport, ketua OSIS, wakil ketua OPI (Organisasi Pelajar Islam) Tebu Ireng, beliau pernah menjabatnya. Di pondok ini keahlian pidatonya semakin mahir dan banyak dikenal orang. Beberapa kali beliau meraih juara pidato baik di Tebu Ireng maupun di luar pesantren. Pada tahun 1981, tepatnya waktu kelas dua aliyah beliau menjadi jurkam PPP (Partai Persatuan Pembangunan) di Tebu Ireng, Jombang-Jawa Timur .

Kesungguhan dan kearifan KH. Habib Ali Alwi bin Thohir dalam mempelajari ilmu-ilmu agama membuat pemahaman beliau tentang wawasan keislaman semakin terbuka. Sehingga pada tahun 1982-1983 beliau mulai aktif ceramah di masjid-masjid dan khutbah Jum'at di Jakarta.

Lulus dari Aliyah, beliau melanjutkan studinya ke Perguruan Tinggi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jakarta pada tahun 1985, dan beliau mengambil Fakultas Ushuluddin, Jurusan Perbandingan Agama. Semasa di kampus pun beliau aktif membina lembaga-lembaga dakwah kampus di Universitas Indonesia (UI) kedokteran, Universitas Nasional (UNAS), Universitas Borobudur, instansi pemerintahan dan swasta, beliau juga sering mengikuti perlombaan-perlombaan ceramah.

2.2   Guru-guru Beliau
       
  Guru-guru beliau sewaktu belajar menuntut ilmu adalah:

  1. Habib Alwi bin Husein bin Thohir
  2. Habib Yahya bin Husein bin Thohir
  3. KH. Yusuf Hasyim

2.3  Mendirikan dan Mengasuh Pesantren  

Berdirinya Pondok Pesantren al-Husainy berawal dari penyerahan tanah wakaf dari H. Sano seluas 6020 meter di kawasan Serpong, Lengkong Wetan pada tanggal 9 September 1991 kepada Habib dan kakak perempuan beliau yang bernama Syarifah Alawiyah yang juga sebagai ketua Yayasan Nur as-Sholihat. Tanggal 7 maret 1994 Habib dengan kakaknya ke notaris Thaif Fauzi Ar, untuk mencatat secara resmi berdirinya Pondok Pesantren Al-Husainy di bawah nawungan yayasan Nur As-Sholihat yang selama ini sudah di bina di Jakarta. Pada saat berdirinya, tanah wakaf tersebut beliau dirikan TK, MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah).

Pada tahun 1993 didirikan asrama santri dan MTS, kemudian pada tahun 1994 berdirinya MA. Kini daerah sekitar Pondok Pesantren al-Husainy berdiri kawasan komplek perumahan Bumi Serpong Damai (BSD) dan selain itu di sekitar pesantren ini ada sebuah pemukiman warga non muslim dan gereja yang berjarak 100 meter. Namun berkat dukungan masyarakat luas, dan kepiawan Habib dalam pembinaan agama masyarakat, pesantren dengan sistem modern itu tetap tumbuh dan berkembang dalam mempertahankan pendidikan Islam.    

3  Penerus Beliau           

3.1  Anak-anak Beliau 

   Anak-anak beliau yang menjadi penerus perjuangan di antaranya:

  1. Muhammad Husein bin Ali bin Thohir 
  2. Ali Zainal Abidi bin Ali bin Thohir
  3. Muhammad Al-Baqir bin Ali bin Thohir

3.2  Murid-murid Beliau 

       Murid-murid beliau adalah para santri di pesantren al-Husainy

4  Organisasi,dan Karier         

 4.1  Riwayat Organisasi

 Drs. KH. Habib Ali Alwi bin Thohir Al Husainy berkecimpung berbagai organisasi di antaranya:         
       Ketua Tanfidziah PKB Kabupaten Tangerang.

4.2  Karier Beliau

Karier Drs. KH. Habib Ali Alwi bin Thohir Al Husainy menanjak karena keilmuannya beliau, banyak posisi karier yang diduduki di antaranya:

  1. Beliau adalah Pengasuh pesantren
  2. Da'i
  3. Pada tahun 1999 terpilihlah beliau menjadi anggota DPRD Kab. Tangerang.
  4. Pada tahun 2004, beliau terpilih kembali menjadi anggota DPRD Prov. Banten dari Dapil Kab. Tangerang.
  5. Pada tahun 2009 beliau pun dipilih lagi menjadi Anggota DPRD Prov. Banten dari Dapil Kota Tangerang
  6. Pada Pemilu 2014 yang lalu beliau terpilih menuju Senayan sebagai Anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah), Senator RI mewakili Rakyat Provinsi Banten.    

5  Metode Dakwah Beliau

Metode yang digunakan Habib Ali dalam berdakwah adalah dengan memperhatikan retorika, dakwah dengan memperhatikan retorika adalah memaparkan suatu masalah agama dan kemudian orang merasa terlibat dengan masalah yang sedang dipaparkan. Dia berpendapat, bahwa retorika dalam dakwah bil-lisan adalah suatu keterampilan berbahasa atau seni berbicara di hadapan orang lain dengan lisan secara sistematis dan logis untuk memberikan pemahaman dan meyakinkan orang lain. Retorika juga merupakan salah satu perangkat ilmu yang mendukung proses pelaksanaan dakwah, sehingga retorika dan dakwah bil-lisan sudah tidak dapat dipisahkan.

Sebagai seorang da'i profesional, Habib Ali memiliki penampilan yang sempurna dari cara berpakaian, berakhlak, gaya penampilan, raut wajah, mimik suara, penjiwaan, hingga kata-kata yang tersistematis dengan tegas dan enak didengar. Berkaitan dengan profesionalisme seorang da'i, dia memaparkan bahwa da'i yang profesional adalah da'i yang memiliki pengetahuan dan wawasan luas dalam bidang dakwah, serta tahu tugas hingga fungsi sebagai seorang pendakwah.

6  Referensi

https://text-id.123dok.com/document/7q0e323y-retorika-dakwah-kh-habib-ali-alwi-thohir.html
https://archive.is/JqzRR

7  Chart Silsilah Sanad

Berikut ini chart silsilah sanad guru Drs. KH. Habib Ali Alwi bin Thohir Al Husainy dapat dilihat DI SINI.


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 14 April 2022, dan terakhir diedit tanggal 10 September 2022.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya