Membaca Geliat Politik Islam di Indonesia

 
Membaca Geliat Politik Islam di Indonesia
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Sangat menarik sekali menulusuri geneologi politik Islam di Indonesia. Kehadirannya tidak bisa sekedar dipahami secara dikotomis dalam pengertian hitam-putih.

Kompleksitas sejarah dan sosial (historical-sosilogical view) ruang politik di Indonesia telah menghadirkan politik Islam beragam warna. Sebut saja ada Islam garis keras, moderat, terorisme bahkan juga komunis.

Dua dekade terakhir, di Barat terdapat animo Islamopobhia yang beranjak dari anggapan bahwa Islam bergerak di ruak politik, unfairly political step (baca: terorisme). Bukti historis seperti serangan WTC tahun 2001 turut mengafirmasi bahwa Islam adalah terorisme.

Label Islam sebagai teroris ini terus menjadi tren label politik yang sangat liar. Berbagai fakta teror seperti bom Bali tahun 2002 dengan jumlah korban beragam terus menguat menjadi perhatian dunia saat itu. Lalu belakangan ada kelompok teroris yang berkedok negara Islam, ISIS, dan berbagai gerakan yang semacamnya.  

Walau demikian, Islam di Indonesia tidak dapat dikatakan sebagai bagian dari terorisme. Hal ini dikarenakan akar politik Indonesia yang memang tidak hanya satu warna. Sejarah dan keadaan sosial seperti tumbangnya orde baru, krisis ekonomi dan korupsi menjadi setting sosial yang tidak dapat disisihkan dari bentuk politik Islam di Indonesia.

Maka, tidak dapat kita benci buta terhadap beragam warna dan bentuk politik Islam di Indonesia. Terorisme barangkali kita semua mengutuknya, tapi kita harus ingat bahwa terorisme itu adalah akibat dari situasi sosial juga tidak bisa dinafikan.

Begitu juga sebagian besar kita juga phobia terhadap PKI dengan komunisnya, namun kadang kita malah bertekuk lutut di bawah ketiak kapitalisme. Bahkan barangkali kita juga tidak pernah mengerti bahwa akar persoalannya adalah kejahatan massif kapitalisme itu jauh lebih kejam dari sekedar komunisme. 

Dalam sebuah kesempatan, Haji Agus Salim pernah menyampaikan bahwa jika harus memilih anti terhadap komunis maka lawanlah pula dosa kapitalisme.

Maka, pada dasarnya politik tidak sekedar persoalan kekuasaan, apalagi sekedar hura-hura dan gerakan jalanan, tetapi lebih dari itu semua adalah perjuangan dan cita-cita untuk kemaslahatan rakyat. Demikian pula yang menjadi inspirasi politik Islam di Indonesia, yang tidak lain juga diilhami oleh nilai-nilai Islam, sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 25 Mei 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Ach. Tijani

Editor: Hakim