Kelompok Taliban Tantang Amerika Serikat untuk Perang

 
Kelompok Taliban Tantang Amerika Serikat untuk Perang

LADUNI.ID, Sher Mohammad Abbas Stanikzai, ketua delegasi Taliban dalam pembicaran dengan Amerika Serikat (AS) mengatakan, kubunya siap untuk berperang 100 tahun lagi dengan AS, jika Washington menginginkan hal itu. Meski demikian, Taliban selalu siap untuk kembali memulai pembicaraan damai dengan AS.

Abbas menjelaskan, pembicaraan damai antara AS dan Taliban dibatalkan oleh Presiden Donald Trump beberapa hari sebelum penandatanganan perjanjian formal yang direncanakan. Draf tersebut, ucap Abbas, bahkan telah diparaf oleh kedua pihak dan Qatar, sebagai tuan rumah pembicaraan.

Seperti dilansir Russia Today pada Jumat (13/9), Abbas mengatakan "Sejauh menyangkut Taliban, keputusan AS dapat dengan mudah dibalik dan perjanjian mulai berlaku seperti yang disepakati,".

Menurut informasi yang diberitakan dalam situs Sindo News “Kami masih berkomitmen untuk negosiasi. Sikap kami adalah bahwa tidak ada solusi untuk konflik kecuali negosiasi dan kecuali perdamaian di atas meja. Kami berharap Trump memikirkan kembali pengumumannya dan kembali ke meja perundingan,".

Ketua delegasi Taliban juga mengatakan, pihaknya berperang dengan AS karena terpaksa. Bukan Taliban yang datang ke AS, tapi Washington mengirimkan tentara ke Afghanistan untuk memerangi Taliban.

Dirinya menyebut, legitimasi Trump untuk menghentikan pembicaraan bertentangan dengan pernyataan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo dan mengatakan AS membunuh lebih dari 1.000 Taliban selama sepuluh hari sebelumnya, saat negosiasi sedang berlangsung. Trump memutuskan menghentikan pembicaraan karena mendengar pengakuan Taliban, bahwa mereka dibalik serangan yang turut menewaskan tentara AS.

"Pompeo mengakui bahwa mereka telah membunuh 100 Taliban. Jika mereka dapat membunuh seribu dari kita, mengapa kita tidak bisa membunuh satu atau dua dari mereka? Ini hak kita. Kita harus membela diri dan membela rakyat kita," ucap Menlu Amerika Serikat.

Abbas mengatakan, pemerintahan Trump terbukti tidak berbeda dengan pemerintahan Barack Obama, yang juga mengadakan pembicaraan damai dengan Taliban. Dia mempertanyakan komitmen Washington untuk menyelesaikan situasi dan mengakhiri apa yang sekarang merupakan perang anti-pemberontakan selama 19 tahun yang tampaknya tidak bisa dimenangkan AS melalui kekuatan militer.

"Jika pihak Amerika tidak mau bernegosiasi dan mereka tidak menginginkan perdamaian di atas meja, kami akan dipaksa untuk membela diri. Kami bisa melakukannya selama 100 tahun," tukasnya.