INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Salah satu tanda kehidupan yang penuh berkah adalah ketika seseorang senantiasa berbagi dan menolong sesama. Kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain bukan hanya bermanfaat bagi mereka, tetapi juga membawa keberkahan dalam hidup kita sendiri.
Sebagian kaum beragama menolak pendapat atau pikiran atau produk orang lain yang berbeda keyakinan agama dengan dirinya, meskipun baik dan bermanfaat bagi kehidupan. Mereka menyebutnya kafir atau sekuler. Ini sungguh aneh dan sangat inkonsisten. Karena betapa banyak fasilitas hidup yang dipakainya sehari-hari seperti alat-alat komunikasi, transportasi, dan produk teknologi lainnya,
Kita semua harus berusaha menjauhi hal-hal yang tidak penting dan hal-hal yang tidak bermanfaat dari kesibukan urusan duniawi. Demikianlah nasihat Habib Umar yang jika benar-benar diperhatikan, maka hati akan menjadi bersih dan bersinar terang dipenuhi cahaya.
Umar bin Abdul Aziz adalah pemimpin kaum Muslimin. Seperti moyangnya Umar Ibnul Khattab, ia lebih senang dipanggil "Amirul Mukminin", pemimpin (pelayan) orang-orang beriman. Ia seorang pemimpin yang adil dan sukses melakukan reformasi.
Kalimat Laa ilaaha illallaah yang diamalkan itu sebagaimana sabda Kanjeng Nabi Muhammad SAW, "man kana awwalu kalamihi Laa ilaaha illallaah wa akhiru kalamihi Laa ilaaha illallaah dakholal jannah".
Dalam banyak kitab tarikh, di antaranya kitab Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam, dikisahkan tentang perang Uhud di mana saat itu umat Islam mengalami kekalahan, dan Rasulullah SAW pun terluka. Gigi geraham beliau patah, bibir bawahnya sobek, dahi dan keningnya yang mulia juga bercucuran darah.
Di dunia ini muncul berbagai kesusahan, musibah, masalah, bencana, kekhawatiran, krisis, penyakit dan sebagainya. Tetapi muncul satu pertanyaan; Apakah pantas kita mendeskripsikan dunia dengan sifat-sifat yang jelek itu?
Ketika Anda melihat seorang wanita berpakaian dengan cara yang tidak dapat diterima secara Islami, Anda bisa menasihatinya dengan akhlak dan cara yang baik, jangan sejenak pun berpikir bahwa dia lebih rendah dari Anda secara rohani.
Meniti "laku suluk" bukanlah meninggalkan tugas kehambaan yang lain seperti mencari nafkah untuk keluarga, mendidik dan mengasuh anak. Memahami makrifat bukan berarti menjadi pemalas dan anti syariat. Tapi, justru terpancar ketakwaannya kepada Allah secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Jika seorang nonmuslim saja bisa melakukan hal yang demikian mulia, bukankah justru sebagai seorang yang Muslim dan Mukmin dapat melakukan hal itu sebagaimana teladan Baginda Nabi Muhammad SAW?