INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Pada akhirnya, keharmonisan rumah tangga adalah tujuan utama yang harus diusahakan. Namun, dengan cara pandang Gus Baha, setiap momen, baik yang manis maupun pahit, bisa menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
“Saya tidak punya daya untuk berdiri, sebab Kanjeng Nabi berdiri tepat di depan saya. Saya merasa kehabisan akhlak. Jangankan ilmu, ibadah dan mujahadah saya, dari pakaian pun saya malu bertemu Kanjeng Nabi,” jawab Kyai Hamid sambal menangis tersedu-sedu.
Dalam tradisi Islam, bertawassul kepada Nabi SAW dipandang sebagai bentuk penghormatan dan kecintaan kepada beliau, serta pengakuan atas kemuliaan yang diberikan Allah kepadanya sebagai rasul terakhir.
Perjanjian Najran berisi tentang komitmen dalam menjaga persaudaraan yang telah disepakati antara Nabi Muhammad SAW dan pendeta Nasrani. Hadis yang memuat keterangan ini diyakni terbuti autentik dan telah teruji kebenarannya.
Umat Islam biasanya menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi dengan beragam tradisi dan budaya. Setidaknya di setiap acara peringatan tersebut, dibacalah kitab Maulid Nabi, seperti Al-Barzanji, Ad-Diba'i, Simtud Durar, Syaraful Anam, Ad-Dhiyaul Lami', dll.
Karena keikhlasan dan ketulusan cinta pengarang Maulid Simtudduror, banyak yang merasa seakan orang yang membacanya mendapatkan satu ketenangan dan rasa rindu atau syauq yang mendalam pada Nabi Muhammad SAW.
Segala hal yang mengantarkan kita pada sebab kebaikan tetap dijalani, tanpa menafikan doa yang menegaskan kita tetap bergantung kepada Allah SWT.
“Nabi itu ummi, nggak bisa baca tulis. Supaya jelas, wahyu yang dibawa Nabi itu murni dari Allah, bukan hasil baca buku, bukan hasil belajar dari siapa-siapa,” jelas Gus Baha.
Nasihat Imam Syafi’i yang dituangkan dalam syair indah di atas sangat relevan dalam kehidupan modern. Pola hidup tidak sehat, konsumsi makanan dan minuman berlebihan, serta hilangnya kontrol diri dalam berbagai aspek kehidupan sering kali menjadi sumber penyakit dan penderitaan.
Rasulullah SAW kembali menatap pemuda tersebut dengan pandangan yang teduh dan senyum yang menentramkan hati, kemudian balik bertanya, "Wahai pemuda, apakah kamu pernah sakit, pernah dikhianati, dizalimi pernah tak enak hati, pernah gundah tanpa sebab yang pasti, pernah mendapat masalah yang besar?"