Saat itu tepat pada 17 Agustus, Mbah Malik ditemani dengan muridnya, Habib Luthfi pergi ke suatu tempat di daerah Pemalang. Mbah Malik meminta kepada supirnya, Pak Suyuti untuk berhenti dahulu. “Pak Yuti, berhenti dulu,” ucap Mbah Malik kepada sopirnya. “Kita istirahat di tempat yang adem,” ajak Mbah Malik
Nabi bersabda, “Tahun depan – jika Allah menghendaki – maka kita puasa pada hari kesembilan.” Belum sampai tahun depan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam wafat (HR Muslim)
Mungkin hanya di Indonesia punya tanggal merah lebih banyak dari negara lainnya. Bisa jadi rekor, bahwa benar di kita sering dapati libur karena warna di tanggalnya merah. Entah dari mana asal usulnya lalu kemudian kita kini hanya menerimanya, tanpa bisa protes ke siapapun
Ibu kandung bernama tanah air Nusantara ini, baginya harga diri, baginya keistimewaan, baginya kemuliaan dan baginya jiwa raga kita.
Mbah Ma’shum (Mbah Shum) Lasem lahir pada tahun 1870 merupakan salah seorang pendiri Jam’iyyah NU bersama Kyai Hasyim Asy’ari dan para Kyai lain pada tahun 1926. Setelah Indonesia merdeka, beliau pernah menjadi anggota Konstituante (sekarang MPR).