Azan dan Iqamah Saat Pergi Haji, Sunatkah?

 
Azan dan Iqamah Saat Pergi Haji, Sunatkah?

Azan merupakan salah satu perkara yang disyariatkan kepada kita, terlebih saat menjelang shalat lima waktu. Hal yang sama juga dengan iqamah. Sunat azan dan iqamah juga dianjurkan saat musafir terutama berpergian ke tanah suci.

Azan dan iqamah berpergian ke tanah suci telah dianut oleh mayoritas masyarakat dan ini pun bukan tidak ada dalil dan pegangan, namun para ulama telah menjelaskannya dalam beberapa kitab karangan ulama.

Salah satunya sebagaimana dijelaskan dalam kitab I’anatut Thalibin, Juz 1 hlm 23 berikut ini dengan bunyinya: قوله خلف المسافر—أي ويسنّ الأذان والإقامة أيضا خلف المسافر لورود حديث صحيخ فيه قال أبو يعلى في مسنده وابن أبي شيبه: أقول وينبغي أنّ محل ذالك مالم يكن سفر معصية  "Kalimat 'menjelang bepergian bagi musafir' maksudnya dalah disunnahkan adzan dan iqamah bagi seseorang yang hendak bepergian berdasar hadits shahih. Abu Ya’la dalam Musnad-nya dan Ibnu Abi Syaibah mengatakan: Sebaiknya tempat adzan yang dimaksud itu dikerjakan selama bepergian asal tidak bertujuan maksiat." (Kitab Ianah Thalibin: I: 25).

Memperkuat argumen diatas dalam sebuah hadis juga disebutkan pemahaman yang sama, hadist tersebut berasal dari Malik bin Al Huwairits, ia berkata,: أَتَى رَجُلاَنِ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – يُرِيدَانِ السَّفَرَ فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « إِذَا أَنْتُمَا خَرَجْتُمَا فَأَذِّنَا ثُمَّ أَقِيمَا ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمَا أَكْبَرُكُمَا » “Ada dua orang yang pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka berdua ingin melakukan safar. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Jika kalian berdua keluar, maka kumandangkanlah azan lalu iqomah, lalu yang paling tua di antara kalian hendaknya menjadi imam.” (HR. Bukhari no. 630).

Dikisahkan juga Sahabat Bilal Birabah juga pernah melakukan azan dalam perjalanannya musafir Umar Bin Khattab ke negeri Syam, ini juga disebutkan dalam kitab Ianah, berbunyi: فائدة: لم يؤذن بلال لأحد بعد النبي صلى الله عليه وسلم غير مرة لعمر حين دخل الشام فبكى الناس بكاء شديدا – قيل إنه أذان لأبي يكر إلي أن مات ... الخ

"Faidah: Sahabat Bilal tidak pernah mengumandangkan adzan untuk seseorang setelah wafatnya Nabi Muhammad kecuali sekali. Yaitu ketika Umar bin Khattab berkunjung ke negeri Syam. Saat itu orang-orang menangis terharu sejadi-jadinya. Tapi ada khabar lain: Bilal mengumandangkan adzan pada waktu wafatnya Abu Bakar."

Bukan hanya itu anjuran azan dan iqamah juga disebutkan telah dipraktekkan oleh Rasulullah Saw sendiri dan ini sebagaimana disebutkan dalam hadist: من طريق أبي بكر والرذبري عن ابن داسة قال: حدثنا ابن محزوم قال حدثني الإمام على ابن أبي طالب كرم الله وجهه وسيدتنا عائشة رضي الله عنهم—كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا استودع منه حاج أو مسافر أذن وأقام – وقال ابن سني متواترا معنوي ورواه أبو داود والقرافي والبيهقي "Riwayat Abu Bakar dan Ar-Rudbari dari Ibnu Dasah, ia berkata: Ibnu Mahzum menceritakan kepadaku dari Ali dari Aisyah, ia mengatakan: Jika seorang mau pergi haji atau bepergian, ia pamit kepada Rasulullah, Rasul pun mengadzani dan mengomati. Hadits ini menurut Ibnu Sunni mutawatir maknawi. Juga diriwayatkan oleh Abu Dawud, al-Qarafi, dan al-Baihaqi." (Shahih Ibnu Hibban, Juz II, 36:)

Helmi Abu Bakar El-Langkawi, Dewan Guru Dayah MUDI Samalanga, Bireun, Aceh.