Islam Nusantara: Strategi Melawan Globalisasi

 
Islam Nusantara: Strategi Melawan Globalisasi

LADUNI.ID, Jakarta - Di tengah hiruk perdebatan pro dan kontra seputar isu Islam Nusantara, Johnson beserta Anshory, Ndemo, Husni, Anang, Dony, dan Daitya yang baru kembali dari arena Muktamar NU ke-33 di Jombang buru-buru menghadap Guru Sufi usai sholat Subuh. Dengan meluap-luap, mereka secara bergantian menuturkan pengalaman bertemu dengan kaukus jaringan Keluarga Besar Nahdliyyin yang tersebar di berbagai media sosial dengan berbagai identitas seperti Sarkubiyyah, Sardem, IKNU, KMNU, Terong Gosong, Pesantren Virtual, Komunitas Batu Akik, Komunitas Gerakan Pemuda Ansor, Pesantren Budaya, Pesantren Global, Islam Nusantara,dan lain-lain. Jaringan anak-anak muda Nahdliyyin ini secara prinsip mendukung gerakan Islam Nusantara sebagaimana istilah syariahnya disampaikan KH Afifuddin Muhajir. “Tapi banyak teman-teman yang bertanya tentang latar di balik pelontaran istilah Islam Nusantara yang terkesan mendadak dan tiba-tiba menjelang muktamar NU, sehingga terjadi pro dan kontra,” kata Johnson menyampaikan pertanyaan teman-temannya yang belum faham dengan latar alasan di balik isu Islam Nusantara yang menuai pro dan kontra.

“Orang-orang berjiwa merdeka dan berpikiran bebas, tidak akan berandai-andai dan menafsir-nafsir apalagi sampai membayang-bayangkan istilah Islam Nusantara sebagai sesuatu yang baru yang sangat mengerikan,” ungkap Guru Sufi seperti berkata kepada diri sendiri. ”Hanya orang bermental inlander dan berjiwa kacung, jongos dan begundal asing sajalah yang merasa takut terhadap sebuah istilah lokal yang dimunculkan anak-anak bangsa ini. Hanya orang yang terbiasa mengikuti titah, petunjuk, arahan, dan pendiktean asing yang meributkan sebuah istilah baru yang sejatinya sudah sangat lama digunakan orang.”

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN